"Ka idah?"
"Hei liq! Ngapain kamu disana?" ucap Sajidah sambil melambaikan tangannya
Thariq lalu berjalan mendekat Sajidah dan berkata
"Oliq mau cari Saaih"
Sajidah lalu mengingat lagi kejadian tadi, ia baru ingat adiknya itu tidak ada di rumah sakit.
"Terus sekarang udah ketemu?" tanya Sajidah
"Belum kak, oliq gatau dimana dia sekarang, mana sekarang hujan lagi" ucap Thariq resah
"Udah dulu carinya yuk,, bang Atta ama kak Sohwa baru aja abis beli makan siang. Sekarang kita makan siang dulu yuk" ucap Sajidah sambil menarik pergelangan Thariq
Thariq yang mendengar pernyataan kakaknya itu langsung menepis tangan Sajidah.
"Maksud kaka apa? Kita makan saat kita aja gatau dia udah makan apa belum?" ucap Thariq yang hendak pergi
"Ntar dulu dengerin kaka" ucap Sajidah langsung mencekal pergelangan Thariq.
"Bukan gitu maksud kaka liq ta-"
"Gapapa oliq ngerti kok,, kaka makan duluan aja oliq mau cari Saaih aja" ucap Thariq yang hendak pergi lagi
"Liq jangan kayak anak kecil" ucap salah satu suara.
Seketika suara itu membuat Thariq kembali menoleh ke belakang.
"Jujur Thariq ga mau cari masalah lagi ama abang. Thariq cuma pengen cari Saaih aja bang"
"Emang bisa kemana sih anak itu?, ntar juga balik lagi. Mending sekarang lu makan aja" ucap Atta lagi
"Lagipula ngapain sih lu bela-belain tuh anak. Udah jelas jelas dia yang salah" tambah Atta
"Yang salah bukan dia bang,, tapi elu. Karena elu gatau apa yang sebenarnya terjadi" ucap Thariq dengan nada menahan emosi
***
Saaih kembali mengusap pipi lembutnya yang sedikit berwarna merah tersebut akibat tamparan tadi. Ia lalu menatap telapak tangan yang ia gunakan untuk mengusap pipinya itu.
Sambil tersenyum sinis, tetapi dengan tatapan kesedihan. Sambil bergumam "Gua udah kehilangan salah satu saudara gua". Ia membulatkan bahwa ia telah kehilangan Bang Atta dalam hidupnya.
"Andai gua gak punya penyakit seperti ini, emang salah gua selama ini apa sih? Bisa sampe kena penyakit kayak gini!?" teriaknya disaat hujan deras sedang mengguyur bumi.
"Gua tau, hidup gua secara materi emang lebih dari cukup. Emang kalo gua ngeluh sekarang, sama artinya kayak gua ga pernah bersyukur." teriaknya sambil menatap langit yang tiada henti menurunkan butiran butiran air ke bumi.
"Tapi cuma satu pertanyaan gua, Salah gua apa selama ini??, sampai punya penyakit seperti ini?" teriaknya histeris sambil terduduk di rerumputan basah dan tetap tak memindahkan pandangannya pada langit
"Arghhhh gua benci gua lemah kayak gini" ucap Saaih sambil mengusap pipinya kasar
***
"Kita harus cepat cepat mendapatkan donor ginjalnya. Karena bila semakin lama, keadaannya bisa menjadi lebih buruk" ucap Dokter Indra pada semua orang di ruangan kamar Fateh
"Astagfirullahaladzim" ucap Sohwa
"Kita harus kemana lagi nyari donor ginjal buat Fateh?" ucap Iyyah terisak
Thariq hanya terdiam, ia bahkan tak bisa memberikan mereka semua solusi. Ia hanya bisa menatap wajah Fateh yang pucat itu.
"Ya sudah kalo begitu saya permisi dulu" ucap Dokter Indra meninggalkan ruangan tersebut.
"Sekarang kita harus cari pendonor dimana bang?" tanya Sohwa menepuk pundak Atta yang sedari tadi melamun.
Atta hanya menggeleng, menutup matanya rapat rapat, sambil memijat pelipisnya.
Begitu banyak beban juga yang ada di otak Atta. Bahkan sekarang ia belum sama sekali memberitahu kedua orang tuanya itu.
Hai guys makasi buat yang baca. Maaf masih sedikit, semoga ga bosen bosen buat baca ceritanya ya. Jangan lupa buat vote yaaa
Makasii💕❤
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
