Seventy Three

1.3K 122 39
                                        

Hai guys!

Sebelum membaca mari kita VOTE sama sama dengan cara :

-tekan layar ini sekali
-setelah ada tanda bintang dibawah, tekan tanda bintang tersebut sampe jadi Oranye.
-DAN WELL DONE! kamu udah kasi dukungan.

Terimakasih!
Selamat Membaca!

Dokter Herman menatap Saaih sedih. Ia terlihat mengenaskan. Refleks Dokter Herman mengelus kepala Saaih pelan. "Jangan berpikir terlalu banyak Saaih, nanti penyakit kamu itu kambuh." Dokter Herman mencoba untuk menasihati Saaih yang tengah menunduk mencoba menyembunyikan wajahnya yang berlinang air mata.

Saaih tak bisa berkata-kata lagi. Ia rasanya sudah menyerah untuk bertanya pada Dokter Herman, ia hanya mencoba memastikan blog yang dibacanya kemarin di google.

Saaih menghela nafas kasar. Sudah cukup, ia lelah untuk terus bersedih. "Boleh saya pulang besok?" tanya Saaih tanpa basa-basi.

"Keadaan kamu masih belum pulih, jangan besok," ucapan Dokter Herman membuat Saaih mendengus kesal.

"Terus kapan?" tanya Saaih pada dokter paruh baya tersebut.

"Yaaa, sampai keadaan kamu pulihlah," ucapnya sambil menyentil cairan infus yang macet menurutnya.

Saaih memutar bola matanya malas. "Rawat jalan juga ga boleh dok?" tanya Saaih mencoba tawar menawar.

"Tidak, tunggulah beberapa saat hingga keadaan kamu benar benar pulih,"

"Saya tidak ingin ini terulang lagi,"

"Jangan pernah mencoba keluar dari rumah sakit ini tanpa persetujuan saya lagi Saaih," ucapnya Dokter Herman tegas membuat Saaih semakin kesal.

"Yaudah 2 hari?" tanya Saaih mulai bernegosiasi.

"Tergantung dengan keadaan kamu Saaih," ucapnya lagi.

"3 hari?" tanya Saaih kembali.

"Jawaban saya masih sama." ucap Dokter Herman masih tetap fokus pada selang infus.

"Dalam 2 hari saya akan pulang, dan saya bakal check-up terus, buka block dari Dokter, janji ga bakal makan junk food, janji ga bakal ngedit, ga bakal begadang," yups. Sekitar 2 bulan yang lalu Saaih memblock Dokter Herman sebab terus memaksanya untuk check-up padahal dirinya sangatlah lemas dan keadaan saat itu tak memungkinkan.

"Biarin saya pulang ya dok? Setidaknya sisa hidup saya, saya habiskan untuk keluarga saya," ucap Saaih mulai sendu.

"Saaih, jangan mulai lagi." ucap dokter paruh baya itu kesal.

"Iya, saya ga bakal mulai lagi, tapi bolehkan pulang dalam 2 hari lagi?"

Dokter Herman terdiam, membuat wajah Saaih semakin kecut. "Udah ah lama, cari angin ah!" ucapnya mencoba turun dari ranjangnya.

"Eits,, tunggu mau kemana kamu?" tanya Dokter Herman.

"Keluarlah," ucapnya "Gimana sih?" sambungnya. Saaih menatap kesal Dokter Herman.

"Biar saya suruh perawat ambil kursi roda dulu," sargah Dokter Herman.

"Gausah, ribet, kan 2 hari lagi saya pulang," ucapnya sambil tersenyum jahil.

"Terserahlah,"

"Tapi saya ikut," tambah Dokter Herman.

Saaih memajukan bibirnya sebentar, mencoba menimang-nimang apakah Dokter Herman boleh ikut atau tidak.

My Life •Saaih Halilintar•Where stories live. Discover now