Cieee challengenya berhasil, ini nih, baca yaa! Jangan lupa VOTE juga sebelum baca!
.
.
.
.
BRUKKK...
PRANGGG....
Dentuman ringan dan suara pecahan piring itu membuat semua orang melihat pada arah suara.
Terlihat Saaih sudah tergeletak di lantai. Ia sudah tidak kuat lagi, kepalanya sakit. Dan juga kondisi tubuhnya yang tidak fit, ditambah lagi ia makan terlalu sedikit, sehingga hanya ada sedikit asupan saja yang masuk ke dalam tubuhnya. Sehingga membuat dirinya jatuh pingsan.
"Ya allah ih, kamu kenapa?" ucap Umi panik. Sambil mencoba menepuk nepuk pipi Saaih yang pucat.
"Biarin oliq bawa dia ke kamar mi," Thariq langsung menggendong Saaih sampai kamarnya.
"What is it?!" ucap Qahtan yang menyadari ceceran cairan kental berwarna merah terlihat jelas, yang terus berceceran dari tangan Saaih.
***
"Bang Saaih kenapa sih? Ini bukan pertama kalinya lho dia pingsan kek gini" gumam Fateh
"Emang kapan, dia pernah kek gini teh?" tanya Abi
"Waktu itu juga pernah, waktu dia baru aja selesai sholat Subuh" jelas Fateh.
"Ya allah ih, kamu kenapa nak" Umi tak henti hentinya menangis. Ditambah lagi dengan pengakuan Fateh yang membuat dirinya semakin khawatir.
Thariq dan Sajidah saling bertatapan. 'Keknya ini udah waktunya'. Batin keduanya.
"Kalian semua bisa keluar dulu gak?" tanya Thariq, mencoba membubarkan adik adiknya.
"Kecuali Umi, sama Abi" tambah Sajidah.
"Abang ama Mimah gak boleh ikut jid?" protes Atta.
"Abang jangan dulu ya, ntar aja" ucap Sajidah mencoba menahan tangisnya.
Kini di kamar itu hanya ada Umi, Abi, Thariq, Sajidah dan Saaih yang masih belum sadar.
Thariq mengunci pintu kamar itu dari dalam. Agar tak ada yang bisa mendengar percakapan mereka nanti.
"Kalian mau ngomong apa?" tanya Abi khawatir.
"Sebenernya Saaih," belum selesai Sajidah berbicara ia sudah tak bisa menahan tangisnya. Tangisnya pecah saat itu juga, ia rasanya juga tak sanggup untuk menceritakan semua pada Umi, Abi nya.
"Jangan bikin Umi takut jid," Umi semakin tak tenang.
Thariq menarik nafas dalam, lalu melihat wajah pucat Saaih kembali. Ia juga ikut meneteskan air matanya. Sambil memijat pelipisnya pelan.
"Kalian ini kenapa? Jangan seperti ini lah" Umi semakin takut, karena melihat sikap keduanya yang begitu aneh.
"Thor, kamu harus bisa jelasin semua ini!" ucap Abi tegas.
Karena terisak, Thariq sudah tak sanggup lagi untuk berkata kata. Ia lalu membongkar laci Saaih. Ia menemukannya! Selembar amplop coklat yang masih berisi cap dari rumah sakit Harapan Jaya.
Dengan tangan yang gemetar Thariq memberikan amplop coklat itu.
"Apa ini?" Abi menerima amplop coklat itu lalu membukanya.
Abi dan Umi membaca semua isi laporan itu. Hingga ada satu paragraf yang membuat Umi tak bisa menahan tangisnya.
"Kenapa kamu baru kasi tau, sekarang liq?" ucap Umi menggoyangkan tubuh Thariq yang masih menunduk.
"Liq, kamu tau kan ini bukan penyakit biasa, bukan hal yang sepele?!" kini Abi yang mulai bertanya.
"Sejak awal kita juga udah minta dia biar ngomong jujur sejak awal. Tapi dia takut-," Sajidah menghentikan ucapannya.
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
