"Forty One"

1.8K 127 15
                                        

"Bang Atta tangan Fateh gerak gerak!" pekik Sajidah yang sedari tadi menggenggam tangan Fateh yang terbaring.

"Hah?! Serius Jid?" tanya Atta tak percaya.

"Iya" ucap Sajidah tak memindahkan pandangannya dari jari jemari Fateh yang mulai bergerak.

"Fateh? Ayo bangun teh, ini umi. Umi kangen banget sama kamu" ucap Umi lirih sambil terus mengelus puncak kepala Fateh.

Secara perlahan Fateh mulai membuka kelopak matanya. Samar samar ia melihat langit langit ruangan berwarna putih.

Di mana ia sekarang?
Ini bukan kamarnya.
Kenapa ada masker oksigen yang menutupi wajahnya sekarang?
Bukankah tadi ia bersama Saaih?
Di mana Saaih?

"Fateh?" tanya Umi tak percaya, melihat putranya itu sudah membuka matanya. Benar benar suatu anugrah.

Fateh lalu melihat Umi, yang duduk tepat berada di samping ranjangnya. Dilihatnya wajah ibunya itu yang kelelahan.

"Fateh biar abang panggil dokter" ucap Atta meninggalkan ruangan tersebut.

Tak lama Atta lalu kembali lagi dengan Dokter Indra di sampingnya.

Dengan cekatan Dokter Indra mencheck keadaan Fateh.

"Berkat donor itu, keadaannya sekarang sudah mulai membaik. Tetapi tetap masih dalam pengawasan." ucap Dokter Indra

"Kami akan mengawasi Fateh sampai beberapa jam kedepan nanti. Setelah nanti benar benar stabil baru kita pindahkan ke ruangan rawat inap biasa" tambah Dokter Indra

"Oh begitu dok,, terimakasih" ucap Atta

"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu" ucap Dokter Indra meninggalkan ruangan tersebut.

"Mi ateh kenapa?" tanya Fateh dengan suara yang sangat kecil karena tertutup masker oksigen.

"Nanti aja umi ceritanya, sekarang kamu istirahat dulu ya" ucap Umi

"Kamu laper gak teh? Biar abang beliin sesuatu di kantin rumah sakit" tanya Thariq.

Fateh hanya menggeleng lemah menjawab pertanyaan Thariq.

"Bang saaih mana?" tanya Fateh lemah

"Kenapa nanyain dia sih?" sela Atta

Fateh yang mendapat balasan yang tak diduga dari abangnya hanya bisa mengerutkan keningnya. Dan lebih memilih untuk diam karena ia merasa begitu lemas bahkan hanya untuk membantah.

"Kenapa main bentak sih bang? Udah cukup Saaih aja yang abang bentak" ucap Thariq geram

Saaih? Bentak? Apa maksudnya?. Batin Fateh

"Udahlah kalian ini, dari kemarin bertengkar terus. Ini rumah sakit. Jadi please jaga attitude kalian di sini." Sohwa berusaha melerai.

Fateh yang tidak mengetahui apapun lebih memilih untuk diam. Dan mencoba untuk mengingat ingat lagi apa yang terjadi saat itu.

***
"Semuaa coba kumpul semua di ruang tamu, sekarang!!!!" teriak Iyyah menggunakan toa dari ruang tamu.

Mendengar panggilan dari Iyyah semua lalu langsung berhambur keluar dari kamar masing masing, dan pergi ke ruang tamu.

"Ada apa?" tanya Saaih bingung

"What happened? Ka iyyah?" ucap Qahtan yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Ada apa kak?" tanya Fatim & Muntaz

"Jadi gini,, Fateh udah sadar, baru aja tadi dikabarin sama abi." ucap Iyyah bersemangat.

"Serius kak?" tanya Fatim tak percaya

"Alhamdulillah" ucap Saaih dan Muntaz bersamaan.

"Iyaa, jadi gimana kalo kita pergi ke rumah sakit bareng bareng." ajak Iyyah

"Yaudah aaih panggil bang Bani suruh anter dulu" ucap Saaih hendak pergi

"Eh tunggu,, kaka belum selesai" ucap Iyyah menghentikan Saaih.

"Ada apa?" tanya Saaih mengangkat salah satu alisnya

"Kamu aja yang anter kita ya." pinta Iyyah

"Lha?"

"Come on bang Saaih" Qahtan mencoba membujuk Saaih.

"Please" Saleha kini ikut juga membujuk Saaih.

"Tapi? Gi-,"

"Udahlah ihh,, yuk sekarang siap si-," ucap Iyyah memotong ucapan Saaih.

"Tapi aaih gamau" potong Saaih.

"Kenapa?" seketika semua pandangan menuju ke arah Saaih.

Sebenarnya ia juga ingin mengantar mereka. Tapi bagaimana jika penyakit nya itu muncul disaat ia sedang menyetir?

"Kenapa sih masalah nyetir aja dibesar besarin? Udah pokoknya fix bang Saaih yang nganter kita" sela Fatim.

"Yaudah yuk sekarang siap siap" ucap Iyyah.

Semua tak mempedulikan pendapat Saaih dan lebih memilih meninggalkannya yang masih melamun di ruang tamu sendiri.

"Udahlah" ucap Saaih pasrah. Ia lalu naik keatas kembali untuk mengambil handphone, dan obatnya yang berada dikamarnya. Lalu langsung bergegas untuk memanaskan mobilnya.

"Semua udah siap kan?" tanya Iyyah mengecek adiknya satu persatu.

"Udah deh kayaknya kak" ucap Fatim

"Yaudah yuk berangkat" ucap Muntaz

***
"Kak Jidah, Bang Saaih mana? Dia baik baik aja kan?" tanya Fateh yang kini sudah tak menggunakan masker oksigen lagi.

"Hmm" Sajidah terlihat begitu bingung

"Jawab lah, dia baik baik aja kann?" tanya Fateh

"Udah berapa kali abang bilang? Jangan tanya tanya lagi tentang dia." ucap Atta

"Emang kenapa sih bang?" tanya Fateh

"Dia itu yang udah bikin kamu kayak gini. Tau?" ucap Atta penuh dengan penekanan di setiap kata katanya.

"Maksudnya?" tanya Fateh bingung

"Udah teh mending sekarang kamu istirahat aja" sela Sajidah agar tak lebih memperpanjang masalah.

"Udah jid, pokoknya dia harus tau." ucap Atta lagi

"Udah lah bang. Jangan sekarang, kasian Fateh masih lemes biar dia istirahat dulu" ucap Sohwa mencoba mendorong tubuh Atta menuju sofa yang ada di sana.

Untung Thariq gaada di sini sekarang, kalo gak makin berabe udah. Batin Sajidah.

Fateh yang melihat itu lagi lagi hanya bisa mengerutkan keningnya. Sambil menatap pada Sajidah tatapannya seperti bertanya pada Sajidah. Ada apa ini?. Dan Sajidah hanya membalasnya dengan anggukan kepala seolah olah mengatakan bahwa semuanya baik baik saja.

Tetapi Fateh tetap tak yakin.
Seperti ada sesuatu yang telah mereka semua sembunyikan darinya. Entah apapun itu ia sama sekali tak tau.

Tiba tiba kenop pintu pun terbuka terlihat Abi, Umi, dan Thariq tengah membawa makanan mereka.

"Assalamualaikum" ucap Umi seraya menutup kembali pintu tersebut.

"Waalaikumsalam"

"Ini teh, bubur kesukaan kamu. Sekarang kamu makan ya" ucap Umi membuka bungkusan bubur tersebut.

Abi lalu melihat sekelilingnya. Seperti ada yang tak beres. Ia lalu bertanya.

"Ada apa sama kalian semua? Kok mukanya pada tegang?" tanya Abi karena merasa ada yang tak beres dengan anak anaknya.

---***---
Hai guys Thank-you for reading!!!
Dan jangan lupa juga buat Vote dan Comment ya!!!

1 vote + 1 comment, 1 dorongan buat semangat lanjut❤

Makasii😘💓💚❤

My Life •Saaih Halilintar•Where stories live. Discover now