"Kak Jidah cepetan siap siapnya,, kasian Saaih sendiri di rumah sakit" ucap Thariq terus mencoba mengetuk pintu kamar Sajidah
"Sabarlah liqq,, ini bentar lagi siap kok" ucap Sajidah dari dalam pintu kamar
"Oke yuk sekarang berangkat" ucap Sajidah setelah mengunci pintu kamarnya.
***
'Jadi selama ini pekerjaan, hobby, dan keahlianku ini yang buat penyakit ini datang?' ringis Saaih dalam hati
"Tapi dok,, bukan saya satu satunya yang ngedit dirumah dan kena radiasi handphone, komputer. Bukan saya satu satunya" ucap Saaih lirih. Dan pada saat itu juga bulir bulir air matanya jatuh.
Dokter Herman menarik nafas dalam dalam dan berkata "Tapi kekebalan tubuh kamu lemah,, ini yang membuat semua ini terjadi. Saya mohon kamu harus tabah ya" sambil terus menepuk bahu Saaih
"Apa masih ada kemungkinan untuk saya bisa sembuh dok??" ucap Saaih terbata bata
"Pasti,, kami pasti akan mencoba melakukan yang terbaik untuk kesembuhan kamu" ucap Dokter Herman meyakinkan Saaih
~~~
Thariq dan Sajidah telah sampai di rumah sakit. Mereka mulai menaiki tangga, menuju ke kamar Saaih.
"Assalamualaikum" ucap Sajidah sambil mendorong gagang pintu berwarna coklat tersebut. Tak ada jawaban
"Saaih? Lho Saaih kemana?" ucap Sajidah histeris
"Tenang dulu kak,, mungkin aja dia ada di kamar mandi. Tunggu disini bentar biar oliq cek" ucap Thariq menenangkan kakaknya itu
Thariq mengecek kamar mandi, tapi tetap tidak ada siapa pun disana.
"Ato dia ada di kantin rumah sakit?" ucap Thariq berusaha agar tetap tidak panik
"Ngga mungkin liq,, dia jalan aja ga kuat, lagipula ngapain coba dia ke kantin? Kan bang Atta udah beliin dia banyak makanan" ucap Sajidah menunjuk kantong plastik besar
"Coba telpon dia kak" ucap Thariq lagi
"Ok"
Tanpa berlama lama Sajidah lalu menelpon nomor Saaih. Tapi handphone Saaih malah berdering di ranjangnya. Saaih tak membawa handphone.
"Dia gabawa handphone liqq" ucap Sajidah yang kini benar benar panik
"Tenang dulu kak Jidah" ucap Thariq terus menenangkan kakaknya itu
"Ato jangan jangan dia kenapa napa,, yaampun Saaih dimana sih kamu?" ucap Sajidah yang semakin histeris
"Kita tanya resepsionis aja kak,, mungkin mereka tau sesuatu" usul Thariq
~~~
"Jadi kamu harus lebih sedikit dan kalau bisa tidak menggunakan handphone atau komputer untuk sementara waktu" ucap Dokter Herman
Saaih yang daritadi menunduk mulai mengangkat kepalanya lagi mendengar pernyataan dari Dokter Herman. Jujur ia menyesal menanyakan ini semua andai ia tidak datang dan menanyakan ini semua, mungkin sekarang tidak akan ada beban lagi dalam otaknya.
"Hei,, kamu baik baik saja?" ucap Dokter Herman yang membuyarkan lamunan Saaih
"Ga boleh ngedit?" tanya Saaih dengan wajah polosnya dan kantong matanya yang hitam
"Sebaiknya jangan dulu, yang berhubungan dengan radiasi barang barang seperti itu sebaiknya dijauhkan dulu" ucap Dokter Herman
Bagaimana caranya mengungkapkan perasaan Saaih saat ini?
Nano nano.
Jujur saja masalah video Youtube sama sekali tidak berpengaruh pada perekonomiannya, bukan itu yang ia khawatirkan. Bahkan perusahaan keluarga lebih dari cukup untuk menghidupi mereka.
Yang kini ada dipikirannya adalah
Ia tidak ingin menjadi beban bagi keluarganya. Ia sudah membulatkan bahwa ia akan melanggar pantangan tersebut. Ia akan mengedit seperti biasa, ia harus memberikan suatu karya, harus bisa menghasilkan sesuatu. Kini ia jadi semakin yakin untuk menyembunyikan penyakitnya pada semua orang.
.
.
.
Haii guys happy malming,, makasi buat yang udah baca,, jangan lupa di vote yaa ❤❤
Makasiiii❤❤❤
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
