"Kak imah ama bang Atta mau balik ke rumah sakit lagi?" tanya Fatim
"Iya,, kan kita giliran" jawab Sohwa
"Ohh,, nanti kalo ada apa apa kasi tau Iyyah ya" tambah Iyyah
"Iyaa,, sekarang kamu paling besar,, jaga mereka berdua ya" ucap Atta
"Iyaa bang" ucap Iyyah
"Then what about him?" tanya Muntaz
"Who?" tanya Atta
"Bang Saaih" ucap Muntaz lagi
Seketika ekspresi wajah Atta menjadi berubah. Antara marah dan juga sedih. Ada rasa sedikit penyesalan dalam hatinya,, seharusnya ia tak menamparnya tadi di depan banyak orang. Tapi bukankah ia ditekan untuk bertindak tegas?.
Tetapi tetap menurutnya itulah yang ia namakan bertindak tegas.
"Maksudnya?" ucap Sohwa membuyarkan lamunan Atta
"Iyaa, sampai sekarang bahkan kita ngga tau Saaih ada di mana" ucap Iyyah
"Iya kak,, ngga kita coba cari aja?" tanya Fatim
"Sekarang masih hujan,, nanti biar bang Atta yang nyari sama Thariq" ucap Sohwa
"Kita coba cari sekarang yuk mim" tatap Atta yakin
"Hm,, ayo lah bang" ucap Sohwa ragu
"Yaudah kalo gitu kalian hati hati ya" ucap Muntaz
~~~
"Kira kira dia kemana ya mim?" tanya Atta terus fokus pada jalanan
"Gatau bang" ucap Sohwa sambil matanya terus mencari cari
Tiba tiba handphone Sohwa berdering
"Bang Sajidah nelpon" ucap Sohwa
"Yaudah angkat"
"Halo jidd,, ada apa?"- Sohwa
"Kok lama banget sih,, udah mau maghrib lho" -Sajidah
"Kita masih cari Saaih" -Sohwa
"Owh,, tapi gini si Oliq katanya badannya udah lengket. Mau mandi" -Sajidah
"Kalo kamu mau nunggu sendiri di rumah sakit,, suruh Thariq pulang aja. Lagian kenapa coba ga mau ikut kita pulang" -Sohwa
"Oo iyaa,, yaudah. Jidah tutup telponnya" -Sajidah
***
"Liq kamu pulang aja sana" ucap Sajidah
"Terus kak idah sendiri disini?"
"Iyaa,, kamu pulang aja. Bang Atta ama kak Mimah lagi cari Saaih"
Ada sedikit rasa lega di hati Thariq mendengar kabar itu. Ia senang Atta bisa menyadari kesalahannya dan bisa mengalahkan ego nya itu.
"Yaudah kalo gitu oliq pulang ya"
"Iyaa,, tapi kamu naik apa?"
"Ini udah mesen Go-jek"
"Yaudah hati hati ya liqq"
***
Kali ini benar benar rasanya tubuh sudah sangat lemas. Ia duduk sejenak di pinggir trotoar untuk beristirahat. Ia kira pusing yang ia abaikan tadi akan hilang. Ternyata tambah parah, sampai sekarang bahkan ia tak menemukan angkutan umum berlalu lalang.
Ia lalu melihat lagi apple watch yang melingkar ditangannya. Sudah pukul 17.00. Ini berarti sebentar lagi maghrib,, tapi sampai sekarang ia belum menemukan angkutan umum.
Setelah lama menunggu akhirnya,, ia melihat Taksi yang hendak lewat. Seketika refleks ia langsung melambaikan tangannya.
"Pak antar saya yaa ke rumah,, nanti saya tunjukkan arahnya"
"Oohh iyaa dikk,, silahkan masuk" ucap sopir taksi berkumis tersebut
***
Sampai di rumah Thariq langsung mandi. Dan juga makan sore dengan adik adiknya di rumah. Walau Atta dan Sohwa yang katanya sudah pergi mencari Saaih. Tetapi tetap saja ada rasa khawatir dalam hatinya.
"Bang,, udah ada kabar?" tanya Fatim mencuci piringnya
"Belum" ucap Thariq singkat sambil terus memainkan handphonenya
"Abang mau sekarang ke rumah sakit sekarang?" tanya Iyyah
"Ngga ntaran aja,, biar habis sholat ntar" ucap Thariq masih fokus pada handphonenya
"Abang ngapain sih dari tadi?" tanya Muntaz
"Nelponin abang kamu nihh,, tau gak" ucap Thariq dengan nada kesal+resah
"Siapaa?" tanya Muntaz lagi
"Bang Saaih lahh,, gimana sihh" ucap Thariq kesal
***
"Udah dulu deh bang nyari nya" celetuk Sohwa
"Kenapa?" tanya Atta masih fokus pada jalanan
"Ke rumah sakit dulu yuk,, biar nanti sekalian sholat di sana" ucap Sohwa
"Owh iya,, yaudah deh" ucap Atta lagi
***
"Dek ini rumahnya di mana ya?" tanya sopir itu bingung
"Belok dikitt pak" ucap Saaih lirih sambil memegangi kepalanya. Rasanya kali ini kepalanya benar benar sakit.
"Ooiya iya"
Saaih tak berani menutup matanya ia terus melihat jalanan.
"Yang ini ya rumahnya?" tanya sopir itu lagi
"Bukan,, maju dikit lagi pak" ucap Saaih
"Oh ini,,"
"Iyaa" ucap Saaih keluar dari mobil dan langsung membayar taxi nya.
Dan langsung membuka pintu rumahnya
"Eehh dikk,, ini kelebihann" ucap sopir taxi itu dari luar
"Ambil aja pak" ucap Saaih langsung masuk ke rumahnya
"Alhamdulillah, makasih ya dik" ucap sopir itu lalu pergi.
Saaih memilih masuk ke rumahnya lewat depan melewati tangga tangga di rumahnya. Karena menurutnya itu lebih cepat,, ditambah lagi ia merasa sangat lelah hari ini.
Saaih berjalan melewati tangga itu secara perlahan ia takut jika nanti ia ambruk saat ia jalan.
Tok Tok Tok...
Di dalam POV
"Siapa tu?" tanya Fatim
"Udah biar abang aja yang buka" sela Thariq
"Yaudah"
Thariq lalu membuka pintu putih legendaris milik gen halilintar tersebut. Betapa terkejutnya ia melihat Saaih kini berada di hadapannya.
"Saaih?" teriak Thariq histeris,, langsung memeluk Saaih yang basah kuyup
"Lu kemana aja sih?,, abang telpon ga dijawab" omel Thariq seraya terus memeluk erat Thariq
Kini Saaih benar benar pusing. Ia tidak bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya. Ia lalu pingsan di pelukan Thariq.
"Saaih?!" teriak Thariq
Haii guyss makasi buat 4k readers ato sider. Aku mau minta maaf kemarin ga sempet up.
Btw kasi kritik dan saran donk buat cerita inii. Misal kalian pinginnya cerita ini up jam berapa atau yang lain lain.
Dan tetep jangan lupa buat pencet tombol bintangnyaa ya.
Makasiii💕❤❤
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
