Hai guys!
Saranku sebelum baca ini lebih baik baca chapter sebelumnya supaya kalian inget alur ceritanya..
Hehe maaf ya udah 2 bulan ga up:v
Kali ini aku nulis lebih banyak dikit ya kira" 1700 kata.
Semoga puas yah!
Oiya jangan lupa sebelum baca inget VOTE!
Karna VOTE sangat penting bagi seorang author:v
Dahlah banyak kali aku bacot:v intinya jangan lupa VOTE!
Dan Maaf baru bisa up sekarang:(
Happy reading~
Cover by : @alivarosiana (instagram)
Sudah 2 minggu Saaih dirawat inap di rumah sakit. Dan selama itu juga Saaih sama sekali tak memberikan tanda tanda kesembuhannya.
Hal ini benar benar membuat keluarganya bingung dan juga sedih. Bingung, sebab setiap Dokter Herman dipertanyakan tentang hal ini, ia selalu mengatakan bahwa kondisi Saaih sudah membaik.
Lalu kenapa hingga detik ini Saaih juga belum memberikan tanda tanda kesembuhannya?
Sampai kapan mereka harus bertahan melihat Saaih yang terus terbaring lemah.
"Dok, dari mana dokter bisa menyimpulkan kalo ini sedang baik baik saja?" tanya Thariq geram.
"Tapi semuanya memang baik baik saja."
"Baik baik dari mana?! Sudah 2 minggu Saaih belum juga sadar! Apa itu pantas disebut baik baik saja?!" suara Thariq yang berat serta wajahnya yang memerah sebab menahan amarah. Serta diikuti kepalan tangannya yang kian menguat seperti siap untuk menghantam siapapun yang ada di sana.
"Liq," tangan lembut Sajidah kini sudah berada di pundak Thariq.
"Hufttt" Thariq membuang nafasnya kasar. Dan perlahan menutup matanya.
"Liq, ini bukan salah dokternya liq, kita harus lebih sabar lagi liq, sabar." ucap Sajidah mencoba menyadarkan Thariq.
"Maaf ya dok, adik saya memang agak emosian." ucap Sajidah malu.
Dokter Herman hanya menjawab dengan anggukan kepala. "Saya permisi dulu" ucapnya lalu meninggalkan ruangan tersebut.
Thariq kembali membuka matanya, menoleh ke samping, melihat ranjang adiknya.
Yang lagi lagi dengan pemandangan yang sama, berwajah pucat serta dengan mata yang masih tertutup rapat.
Thariq mulai melemah, ia kembali ke tempatnya. Tempat biasanya ia menunggu Saaih membuka kelopak matanya itu. Di kursi tepat di samping ranjang Saaih.
Perlahan tangan Thariq mulai menggenggam erat tangan dingin Saaih. Ia lalu kembali menunduk sedih. "Kenapa lu ga pernah puas bikin gua terus nangis'in elu?"
"Liq" Sajidah lalu memeluk Thariq dari belakang. "Kamu harus kuat juga liq,"
"Kita semua terpukul, kita semua sedih, tapi kita harus tetep sabar liq."
***
Sudah pukul 19.00 Atta sudah bersiap untuk bergantian dengan Thariq ke rumah sakit.
"Bang, ateh ikut ya?" bujuk Fateh dengan wajah lesu. "Kan abang sendiri doang ke sana, ateh ikut ya, biar abang ada temen."
"Kan ka mimah katanya ga bisa ikut, dia pilek ama batuk." ucap Fateh.
"Sakit? Mimah sakit?" tanya Atta, langsung pergi ke kamar adik perempuan pertamanya itu.
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
