"Twenty Eight"

1.8K 121 12
                                        

Thariq masih termenung memikirkan ucapan adiknya tadi. Memang benar dengan cara operasi  pengangkatan tumor primer, dengan sebisa mungkin mengangkat dan membersihkan sel-sel tumor. Atau bisa dibilang pasien tidak akan lagi terkena kanker. Ucapan dokter Herman itu masih terekam jelas ditelinganya

Tapi masalahnya Sajidah pasti tidak akan mau adiknya itu dioperasi. Karena teringat akan dulu paman mereka yang dioperasi dan operasi itu gagal sehingga merenggut nyawa paman mereka.

Dan juga ia masih takut untuk memberikan izin pada Saaih untuk melakukan operasi itu. Bagaimana kalau itu benar benar gagal, dan merenggut nyawa adiknya. Benar benar tak terbayangkan.

"Eh bang, di menit ini mau dikasi efek apa?" ucap Saaih membuyarkan lamunan Thariq

"Eh eh yang mana?" ucap Thariq terkejut

"Mikirin apaan sih?, pacar yak?" ucap Saaih cengengesan

"Ngga, udah lu diem aja. Ini kasi efek ini aja" ucap Thariq menunjuk satu fitur di layar komputernya

Tes

Cairan kental berwarna merah, mulai mengalir turun dari hidung Saaih. 'Sial, mimisan lagi' umpatnya dalam hati

"Eh bang, aaih mau ke toilet dulu ya" ucap Saaih sambil memegangi hidungnya

"Itu kenapa hidung ditutup tutup" ucap Thariq menunjuk tangan Saaih

"Oh ini aaih bersin" ucap Saaih berbohong langsung meninggalkan abangnya itu
---
Selalu terjadi saat ia memainkan handphone, laptopnya jujur saja ini benar benar tidak nyaman.

Ia lalu segera mencuci tangannya dan melihat kaca kembali untuk antisipasi bila nanti masih ada darah di hidungnya. Seperti biasanya juga setiap ia mimisan pasti kepalanya langsung ikut pusing. Dan seperti biasanya pula ia akan mengabaikan hal itu juga.

Ia lalu kembali ke ruang edit dengan wajah yang terlihat baik baik saja.

"Lama banget si kencing doang" ucap Thariq sambil memasukkan satu suap es krim lagi ke dalam mulutnya.

"Ih, itukan es krim aaih" ucap Saaih mengalihkan topik pembicaraan

"Masa sih?, oh, yaudah abang minta" ucap Thariq santai.

-_- dengan wajah bete nya ia lalu kembali duduk dan mulai mengedit

***

"Yashhhh akhirnya lese juga" ucap Saaih bersemangat

"Yuhu" ucap Thariq sambil mengacak acak rambutnya.

"Yaudah sekarang tidur yuk udah jam setengah dua belas nieh" ucap Saaih menunjuk jam dinding yang sudah
menunjukkan pukul 23.30

"Skuy" ucap Thariq bersemangat langsung berlari ke kamar Saaih

"Woy kemana tuh?!" ucap Saaih kesal

"Ke kamar lu lah" ucap Thariq sambil berlari meninggalkan Saaih

"Kan lu bilang suruh tidur" lanjut Thariq

"Ya tidur ke kamar lu lah" teriak kesal Saaih

"Sssttt udah deket kamar lu pun" protes Thariq

"Serahlah" ucap Saaih pasrah

Skip Pagi

"Bang collab ama ateh ya" ucap Fateh sambil mengunyah sarapan paginya

"Iya" ucap Saaih langsung mengiyakan ucapan Fateh padahal ia tak mendengarnya terlalu jelas
---
"Bang jadikan?" ucap Fateh sambil mengangkat salah satu alisnya

"Ngapain?" tanya Saaih yang tak tau apa apa

"Collab lah" ucap Fateh bete

"Emang kamu ada ngomong ama abang?" tanya Saaih polos

"Lah, tadi kan ateh udah bilang ama abang" ucap Fateh kesal

"Oo,yaudah ayo, rencananya mau kek gimana?" tanya Saaih langsung karena ia rasa tubuhnya sudah lebih baik dari hari kemarin. Dan juga semalaman ia ngedit sama sekali tidak ada rasa sakit kepala yang ia alami saat bantu mengedit Fateh

"Jadi gini,, kita bakal challenge di lapangan basket deket rumah itu lho" ucap Fateh bersemangat

"Berdua doank?"

"Ngga sekampung" ucap Fateh kesal

"Aelah ngegas baee"
"Terus terus? Kita ngapain" lanjut Saaih

"Challenge"

"Lah abang juga tau Challenge, tapi challenge nya apa?"

"Pokoknya nanti aja disana ateh kasi tau"

"Yaudah sana minta izin dulu"

"Ateh mau minta izin ama bang Thariq aja biar dikasi izin" ucap Fatrh cengengesan

"Serahh lu aja dah bambang" ucap Saaih duduk di sofa kuning milik Gen Halilintar

Tak lama kemudian

"Udah ayo bang" ucap Fateh menarik tangan Saaih

"Udah dikasi?" tanya Saaih meyakinkan lagi

"Udahhh,, ayo"

"Opening lah,, trus bang Baninya mana?" ucap Saaih

"Bang Bani udah nunggu diluar, makanya ayo cepett" ucap Fateh tidak sabaran

"Yaudah yuk"
---
"Hai fatners jadi kita bakal melakukan challenge!" ucap Fateh berbasa basi di kamera

"Ya masalahnya challenge nya apaan?" protes Saaih

"Ya pokoknya nanti pasti abang tau"

"Nah sekarang kita bakal lari, dan yang menang sampai di sana. Bakal menang challenge pertama. Okay?"

"Ok, siapa takut"

Saat mereka lari yang memimpin adalah Saaih. Tetapi saat di tengah perjalanan tiba tiba Saaih merasakan sakit kepala yang sama persis seperti saat itu. Rasanya bukan pusing biasa. Sangat sakit seperti di tusuk tusuk. Karena hal itu ia berhenti berlari dan menepi di pinggir jalan sambil memegangi kepalanya.

Fateh nampak belum menyadari Saaih yang tidak ada di depannya. Fateh malah kini meninggalkan abangnya berlari jauh. Tiba tiba ia teringat lagi pada abangnya yang ia tak lihat daritadi. Fateh lalu mendongak kebelakang dan melihat abangnya tengah kesakitan karena penyakitnya kambuh lagi

"Bang, abang kenapa?" teriak Fateh dari jauh

Saaih masih tidak menjawab, kepalanya begitu sakit. Kepalanya begitu sakit, ia hanya bisa menatap Fateh dari kejauhan saja.

Dan ia juga melihat dari kejauhan sebuah mobil melaju kencang mendekat.

"Fateh minggir!" teriak Saaih, tetapi tetap tak terdengar karena dirinya tengah menahan rasa sakit itu

"Apa?, ayo lah bang, bang bani udah nunggu disana!" teriak Fateh

"Fateh minggir!" teriak Saaih, karena melihat mobil itu melaju semakin cepat dan Fateh masih berdiri di tengah jalan.

"Ayo cepet!" teriak Fateh dari jauh

Saaih lebih memilih mengabaikan rasa sakitnya. Ia berlari ke arah Fateh untuk menyelamatkannya tetapi Bruakkk

Gimana ya kelanjutannya? Jangan lupa buat vote ya biar aku lebih semangat nulisnyaa. Terimakasih❤

My Life •Saaih Halilintar•Donde viven las historias. Descúbrelo ahora