"Lah salah elu kenapa gak manggil," ucap Thariq santai.
"Kepala gue sakit bang," ucap Saaih dengan wajah datarnya.
"Lah, tu tau sakit, malah keluyuran ga jelas," dengus Thariq kesal.
"Lah, gue lu tinggal pacaran, gue sendirian di sini, ya gue bosen lah," ucap Saaih kesal.
"Yauda iye maap," kini Thariq mencoba untuk mengalah.
"Tapi sekarang untuk kedua kslinys gue minta stop dulu yaa, ntar kalo elu kenapa-napa yang ada gue yang ribet,"
"Elu tidur, gue tidur, kita tenang,"
"Oke?" ucap Thariq dengan suara lembut yang dibuat buat.
"Tapi bang, tu cewe mukanya ga asing, tapi gue ga tau dia siapa bang,"
"Tapi dia cantik bang, kok dia mau ya ama yang bentukannya kek elu?" ucap Saaih dengan nada yang menjengkelkan.
"Ih! Tidor Ih, Tidor!" ucap Thariq sedikit berteriak, membuat Saaih sedikit terkejut. Tetapi ia kembali tersenyum jahil.
"Santelah, baru juga ketemu pacar masak uda emosi gini," ucap Saaih dengan nada mengejek.
Thariq tak menghiraukan Saaih lagi, ia sudah lelah membujuk adiknya itu. Kaki jenjangnya kini menuju ke sofa yang berada di seberang ranjang Saaih. Merebahkan dirinya di sofa yang terbilang cukup empuk bagi tubuhnya yang lelah ini.
"Udah tidur? Ciahh anaknya ngambekan," goda Saaih lagi.
"Rese lu Ih!" dengus Thariq kesal.
***
Selang seminggu kemudian Saaih sudah boleh dipulangkan.
"Tapi tetep ga boleh begadang, makan junk food, inget jadwal check-up, jangan lupa minum obat, apalagi pura-pura lupa minum obat, sama lagi satu, block saya dibuka, biar gampang hubungi kamu," ucap Dokter Herman panjang lebar.
"Itu aja kan dok?" tanya Saaih.
"Ehm, lagi satu, jangan berpikir terlalu keras, nanti penyakit kamu kambuh," tambah Dokter Herman lagi.
"Berarti udah kan ya?"
"Udah boleh pulang kan?" tanya Saaih memastikan, karena mobil orang tuanya sudah terparkir di lobby rumah sakit.
"Kalau ada apa-apa kamu bisa telepon saya,"
"Sekarang udah boleh?" tanya Saaih lagi.
"Sama satu lagi," ucap dokter tersebut, membuat Saaih mendengus kesal.
"Apaan dok?" tanyanya.
"Hati hati di jalan," ucap Dokter tersebut tersenyum jahil.
Saaih hanya bisa mendengus kesal, "Iye dok, iyee," ucap Saaih.
***
Saaih disambut karena kepulangannya kembali ke rumah, sebulan lebih bukanlah waktu yang singkat untuk meninggalkan rumah.
Melihat ruang tengah rumah mereka mengingatkannya pada perdebatan hebat yang terjadi antar dirinya, Thariq, dan Atta. Walau masalah tersebut telah lenyap tetapi Saaih masih tak bisa menghapus potongan kejadian yang dibencinya itu.
Jika kalian berpikir kalau hubungan Atta dan Saaih langsung membaik, kalian salah besar. Karena sesungguhnya mereka masih diselimuti ego mereka masing masing untuk bersikap saling terbuka.
"Mih, Aaih boleh ke kamar duluan gak?" ijin Saaih karena merasakan sakit di kepalanya sebab mengingat hal itu semua.
"Yaelah bang, baru juga dateng, masa mau ke kamar? Sini lah bang, kita ngumpul dulu," ucap Fateh mencoba membujuk Saaih.
"Teh, kasi abang kamu istirahat dulu, dia pasti masih lemes Teh," ucap Umi mencoba menjelaskan pada Fateh yang manyun karena Saaih memilih untuk cepat-cepat ke kamarnya.
"Yaudah deh, Aaih duduk-duduk di sini dulu," ucap Saaih sambil memegang pipi Fateh gemas. "Muka lu gausa di monyong-monyongin gitu, nambah jelek muka lu Teh," guyon Saaih.
"Serah abang lah," ucap Fateh ngambek.
Saaih menatap Fateh yang cemberut, ide jahil muncul dalam benaknya.
"Dahlah abang ikut ngambek juga," ucap Saaih mengambil plastik obat serta inhaler-nya. Yang bahkan sampai saat ini ia masih tak mengerti jalan pikiran dokter itu memberikannya inhaler.
"Mih, Aaih ke kamar," pamit Saaih pada Uminya sekaligus pada keluarganya yang berada di ruang tengah.
Pamitan Saaih hanya dibalas anggukan singkat oleh Uminya. Sedangkan Saaih langsung naik ke atas menuju kamarnya, sambil tersenyum miring karena memikirkan wajah Fateh yang semakin cemberut karenanya. Tapi senyum tersebut kembali memudar sebab rasa sakit yang lagi-lagi muncul.
***
Saaih menutup pintu kamarnya. Meski semua anggota keluarganya tau tentang penyakitnya ini tetapi tetap saja ia tak ingin membuat keluarganya khawatir. Setelah mengunci pintu kamarnya, ia segera meminum obat pereda rasa sakit yang biasa diminumnya. Baru saja ia berada di rumah ini tapi rasa sakit itu sudah mulai menyiksanya.
Saaih memandang tabung kecil yang berisi pil obat tersebut sebentar "Entah kapan gua bisa gak ketergantungan sama elo lagi," ucap Saaih mencoba berbicara pada tabung kecil penuh dengan pil merah. Seolah-olah tabung tersebut akan menjawab pertanyaannya. Tersadar pil tersebut tak akan menjawab Saaih mulai tertawa renyah mentertawakan dirinya sendiri.
Tak lama kemudian Saaih lalu langsung merebahkan dirinya di king size yang sangat ia rindukan itu. Perlahan sedikit demi sedikit rasa sakit di kepalanya menghilang. Ia memejamkan matanya.
Tok Tok Tok...
Saaih memutar bola matanya malas. "Siapa?" tanyanya malas.
"Ateh," jawab suara di balik pintu.
Saaih mulai beranjak bangun tapi tak membuka pintu, hanya ada senyum kemenangan yang terbit dari bibirnya. Fateh pasti sedang merengut kesal di balik pintu.
Ia segera membuka pintu kamarnya, dan benar saja kini ia disuguhkan dengan pemandangan Fateh yang tengah merengut di depannya.
"Kenapa?" tanya Saaih tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Fateh menatap Saaih malas, ia langsung masuk ke dalam kamar Saaih tanpa seizin pemiliknya. Membuat Saaih benar benar kesal rasanya.
"Masih marah Teh?" tanya Saaih pada Fateh yang wajahnya terlihat masih masam.
"Siapa juga yang marah," ucap Fateh tanpa mau melihat Saaih.
Saaih tersenyum geli melihat ekspresi Fateh yabg tengah ngambek. "Kalo ga marah, peluk bisa kali?" ucap Saaih merentangkan tangannya.
Fateh masih terdiam, ia masih tetap tak memandang wajah Saaih. Namun di detik berikutnya ia langsung menyambar tubuh Saaih untuk berpelukan.
"Mana bisa lu ngambek dari gue," ucap Saaih sombong sambil mengacak rambut lebat Fateh.
"Yaudah deh, Ateh kalah." ucap Fateh lesu.
"Gitu dong," ucap Saaih dengan penuh kemenangan. "Sumpah kamu kalo ngambek kaya Bang Thor," ucap Saaih terkekeh. Tiba-tiba ia ingat kembali pada kejadian di mana saat ia memergoki Thariq tempo hari.
Bersamaan dengan ingatannya pada kejadian itu rasa penasaran akan identitas wanita tersebut pun muncul.
Terbesit di pikiranmya untuk menanyakan tentang wanita itu pada Fateh. "Bang Thor, pernah ngajak cewe ke rumah ga?"
~*~*~*~
Heiyo gengzz,,
Cewe itu masih menjadi misteri yahh hahaha:vvv
So, kira-kira dia itu siapa sih?
Coba sini main tebak-tebakkan sama author di kolom komen:vv
THANK YOU FOR READING + VOTE!
Next? Vote!
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
Seventy Four
Start from the beginning
