"Biar abang yang nyetir liq," ucap Atta menengadahkan tangannya tanda meminta kunci mobil dari Thariq.
Thariq lalu menyerahkan kunci mobil pada Atta. "Yaudah mi, Oliq anter adik adik pulang dulu. Kalo ada apa apa jangan lupa kabarin," ucapnya seraya menyalami tangan Umi dan Abinya.
***
Thariq menyandarkan tubuhnya di samping king size miliknya, mencoba untuk melepas penat. "Huh" Thariq membuang nafas kasar sambil sesekali mengusap wajahnya kasar.
Ia lalu teringat sesuatu, sekitar dua hari yang lalu ia menemukan foto lamanya bersama Saaih, yang ia temukan di dalam meja saat ia mencoba mengambilkan obat Saaih.
Foto tersebut memang terlihat sangat usang, tetapi entah kenapa itu malah menambah keindahan dalam foto tersebut.
Hari ini benar benar melelahkan baginya. "Gua benci ngomong gini ke elu tapi jujur gua sayang elu!" ucap Thariq seraya menatap foto tersebut tajam.
"Haha. Satu hal yang perlu elu tau, gua ga pernah galau kek gini."
"Ya walaupun gua emang sering galau ditinggal cewe gua,"
"Sakit sih."
"Tapi lebih sakit lagi saat gua berpikir kalo elu bakal ninggalin gua!"
"Segala keputus asaan elu itu, bikin gua juga ikut ngerasa sakit." ucapnya seraya menunjuk nunjuk foto tersebut, tanpa sadar ia telah menitikkan air matanya berkali kali.
"See? Mr. Saaih Halilintar? Lu udah berhasil buat abang lu ini seharian penuh nangisin elu!" tetesan air mata Thariq tersebut basah.
"Udahlah ih, lu menang, gua nyerah,"
"Jangan prank gua lagi, please bilang ini prank, gua udah ga kuat, gua cape."
"Bangun ih, teriak prank sekenceng kencengnya" ucap Thariq lalu memeluk kedua lututnya.
Kali imiangis Thariq bukanlah tangis yang mudah terdengar, sama sekali tak ada sesenggukan. Hanya air mata yang keluar dari mata pemuda gagah yang tengah hancur hatinya itu.
Tanpa ia ketahui, Fateh tengah mengintip Thariq dari balik pintu kamar. Dadanya juga menjadi ikut merasakan sesak mendengar ucapan Thariq.
Tanpa ragu lagi Fateh langsung masuk ke kamar Thariq. Dan segera memeluk erat abangnya dari samping.
"Don't be sad bang Thariq, everything will be alright" ucap Fateh sambil mengusap pipi Thariq lembut mencoba menghapus air mata abangnya itu.
Tanpa pikir panjang Thariq langsung mendekap tubuh kecil Fateh "Tapi kapan teh? Kapan semuanya bakal berjalan baik baik aja?" tanya Thariq.
"Ateh ga tau bang, tapi itu pasti bakal terjadi bang, abang ga perlu nangis"
"Bang Saaih pasti bakal baik baik aja, dan abang juga harus kuat" ucap Fateh mencoba menyemangati Thariq.
"Thanks teh:)" ucap Thariq sambil mengacak acak rambut Fateh.
"Sans aja lah, kata abi kan kita harus saling menguatkan" ucap Fateh tersenyum.
Tetapi tak lama kemudian pandangan Fateh berpindah ke foto usang yang tengah digenggam Thariq. "Oh iya, ini foto apa bang?" tanya Fateh penasaran.
"Oh ini? Foto abang dulu ama Saaih, foto udah lama sih"
"Astagaa,, udah kek pisah ama mantan aja ah, pake genggam genggam foto lama segala"
"Tapi btw ini gara gara lama jadi kegiatan aesthetic yak:v" ucap Fateh tersenyum sambil menatap lekat lekat foto tersebut yang lebih tepatnya matanya terfokus akan pemuda botak yang terlihat dalam foto tersebut.
Ia juga tak bisa membohongi dirinya sendiri, kalau ia juga merindukan abang jahilnya itu.
'Harapan Ateh cuma satu bang, semoga kata kata perpisahan tadi siang itu ga benar benar menjadi kata kata perpisahan terakhir kita.' batinnya sambil tersenyum mengelus foto tersebut.
"Ateh juga merasakan rasa takut yang sama kok bang:)"
~~~
UwU
Kangen ga?
Ngga?
Yah:(
Thankyou for reading!
Don't forget to VOTE!
Ditunggu vote kalian.
MAAF KEUN KEMALAMAN:VV
Oiyaa aku ada info penting,,
Jadi selagi kalian misal nunggu aku upload silahkan coba cek cerita buatan temen aku Widycndr
Cerita dia ga kalah bagus loh!
Silahkan bantu vote cerita dia juga ya!
Makasih!❤
ESTÁS LEYENDO
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
"Sixty Seven"
Comenzar desde el principio
