"Apa harus kehilangan dulu baru abang bisa mengerti apa arti dari memiliki?" Thariq sama sekali tak memindahkan pandangannya dari Atta.

Setiap kata kata yang diucapkan Thariq yang biasanya tak memiliki pengaruh bagi Atta kini malah menyakiti hatinya, bagaikan pedang tajam yang siap untuk merobek hati seorang Atta Halilintar.

"Abang minta maaf." ucap Atta dengan suaranya yang parau karena habis menangis.

Thariq sama sekali tak bereaksi, air matanya mengering. Tapi hatinya jelas jelas menangis, berpesta merayakan kehadiran luka. Yang bisa diartikan itu lebih buruk dari menangis biasa.

"It's okay" ucap Thariq menepuk pundak Atta, mencoba menguatkan abangnya, padahal dirinya juga tengah rapuh saat itu.

Andai Atta tau setiap detik ia selalu dihantui rasa takut akan kehilangan Saaih. Bukan sekali, dua kali, tetapi setiap saat, setiap detiknya. Ia selalu dihantui rasa takut.

"Abang ga pernah nyangka kalo Saaih bisa dapat penyakit semacam ini, bagaimana bisa?" Atta masih tak percaya.

Thariq hanya menggeleng tak menjawab pertanyaan Atta.

"Jangan pernah pergi lagi bang,," ucap Thariq dengan suaranya yang parau.

"Saaih butuh abang," ucap Thariq sambil menunduk.

Atta hanya terdiam, tak ada sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Dirinya hancur mendengar pernyataan Thariq. Refleks Atta langsung memeluk Thariq. Pelukan hangat yang benar benar dirindukan keduanya setelah lama tak pernah berpelukan seperti ini.

"Sorry liq,, sorry" tangis Atta semakin deras.

"Jangan tinggalin dia bang, dia butuh elu" ucap Thariq dengan air mata yang juga ikut membasahi pipinya. Untuk kali ini ia tak bisa membohongi dirinya bahwa inilah yang ia rindukan selama ini.

Krietttt...

Dokter Herman beserta 2 asistennya keluar dari ruang IGD. Terlihat wajah mereka yang murung membuat hati Thariq dan Atta menjadi tak tenang.

"Bagaimana dok?" tanya Atta langsung menghampiri Dokter Herman.

"Keadaannya kritis,," seketika ucapan Dokter Herman itu sukses membuat sekujur tubuh Atta dan Thariq lemas.

"Untuk sementara waktu kami akan menempatkannya di ICU agar mendapatkan perawatan yang lebih intensive, hingga keadaannya lebih stabil" ucap Dokter Herman.

"Kami ingin masuk menjenguknya,," ucap Atta, mencoba untuk menerobos masuk.

"Kami mohon jangan dulu,, ini juga demi kebaikan adik kamu" ucap Dokter Herman menahan tubuh Atta.

"Setelah keadaannya sedikit membaik,, kami pasti bakal membiarkan anda menjenguknya"

"Tapi untuk sekarang sebaiknya jangan dulu" ucap Dokter Herman.

Atta pun akhirnya menyerah dan terduduk di kursi.

"Yaudah makasi dok,," ucap Thariq mempersilakan Dokter Herman pergi.

"Liq! Kita harus ketemu sama dia! Abang mau minta maaf sama dia! Udah terlalu banyak kesalahan yang abang perbuat ke dia!" ucap Atta seperti orang frustasi.

"Tenangin diri abang dulu,," ucap Thariq menuntun abangnya itu duduk ke kursi dan pergi ke kantin rumah sakit membelikan Atta sebotol air mineral.

Tak lama Thariq lalu kembali lagi dengan sebotol air mineral. Ia melihat Atta iba, ia terlihat seperti frustasi, tatapannya kosong. Hampa.

Thariq lalu menepuk pundak Atta pelan, Atta pun refleks menatap Thariq. "Ada apa?" tanya Atta, sambil menatap mata Thariq.

Thariq pun tersenyum tipis lalu memberikan sebotol air pada Atta "Minum dulu,, abang terlalu banyak nangis" ucap Thariq langsung menyodorkan minumnya.

"Makasi" ucap Atta langsung meneguk habis air minum yang diberikan Thariq.

"Sholat yuk," ajak Thariq. Tanpa berlama lama Atta langsung menganggukkan kepalanya.

Skip...

"Kak jidah? Udah ada kabar belum?" tanya Fateh terus bertanya pada Sajidah.

"Belum," ucap Sajidah terus mencoba untuk menelepon Thariq dan Atta. Ia benar benar kesal pada mereka berdua, kenapa keduanya sama sekali tak bisa mengangkat telponnya?,, sesibuk itukah?

Ditambah lagi Atta yang tak mengizinkan Sajidah kemana mana, dan lebih memilih untuk pergi sendiri.

Hatinya benar benar tak tenang, entah mengapa firasat buruk terus saja menghantui dirinya.

"Kak kita susul aja gimana?" tanya Fateh.

"Mau susul ke mana tehh?? Kita aja gatau mereka di mana sekarang" ucap Sajidah.

"Jid, kita tanya bang Alfath aja,, kan tadi Bang Alfath yang anter Saaih pergi"

"Itu dia baru aja dateng" ucap Sohwa menunjuk asal bunyi mesin mobil yang dihidupkan.

***
Thanks For Reading!
Don't forget to VOTE!

LOVE YOU!❤💚💛💙💜🧡
Happy Satnight!❤
~AUTHOR

My Life •Saaih Halilintar•Место, где живут истории. Откройте их для себя