'Lu di mana si?' batin Thariq.

Setiap panggilan yang ia lakukan selalu ditolak oleh Saaih. Ia lalu mencoba menelepon Bang Alfath. Dan yass! Diangkat!

Refleks Thariq langsung menepi untuk berbicara pada Bang Alfath.

"Halo, Assalamualaikum bang!" ucap Thariq tergesa gesa.

"Waalaikumsalam, ada apa liq?" -Bang Alfath

"Saaih sama abang?" -Thariq

"Sejam yang lalu sih iya"
"Tapi sekarang ngga" -Bang Alfath

"Maksudnya?!" -Thariq

"Iyaa, dia minta anter ke tempat kek bukit kecil begini. Abistu dia naik sendiri. Udah sejam sih dia ga turun turun" -Bang Alfath

"Apa?!"
"Kok abang kasi sih?!"
"Keadaan dia lagi ga baik baik aja lho!"
"Kalo dia kenapa-napa gimana?" -Thariq

Thariq mulai menghembuskan nafas panjang. Mencoba menstabilkan emosinya. "Yaudah sekarang abang share location!"

Flasback Off

"Hahahaha" Saaih tertawa mendengar cerita Thariq ia lalu terduduk.

Thariq masih tak mengerti apa alasan Saaih tertawa. Ia benar benar tak mengerti apa isi pikiran Saaih saat ini. Dan ia lebih memilih duduk di sanping Saaih yang masih tengah tertawa.

Lama kelamaan tawanya melemah, bahkan kini tak terdengar lagi suar tawa dari Saaih. Ia kembali menatap kosong hamparan pemandangan hijau yang berada di depannya. "Apa Saaih selemah itu di mata abang?" tanya Saaih.

"Bukan gitu ih! Abang itu khawatir"

"Gimana kalo kamu bener bener bakal lakuin itu?" tanya balik Thariq.

"Bagaimana pun masalahnya mah, Aaih juga pasti masih inget kalo bunuh diri itu dosa" ucapnya tersenyum menatap Thariq.

"Kenapa sih abang negatif thinking terus?"

"Coba deh rasakan ketenangan yang ada di sini" ucap Saaih bangun dari duduknya, dan merentangkan tangannya seperti mempersilahkan semilir angin menerpa tubuhnya itu.

Menutup matanya, menikmati suara cuitan burung terus terdengar di telinganya, dan bau tanah yang hangat menenangkan dirinya. Dan tak lupa hamparan pemandangan hijau yang berada di depan matanya. Terlihat sangat indah di matanya. Ini semua seperti relaksasi baginya.

Thariq mengikuti apa yang dilakukan Saaih. Ia juga merasakan ketenangan yang sama. Setelah beberapa bulan ini selalu terbebani masalah keluarga, bisnis, pekerjaan atau yang lainnya.

"Di mana kamu bisa ketemu tempat semacam ini?" tanya Thariq masih tetap menutup matanya.

"Diajak temen,, dulu Saaih bener bener sering ke sini sendiri"

"Mungkin dua kali seminggu" ucapnya.

"Kamu udah terlalu lana di sini, ayo sekarang kita pulang" potong Thariq.

"Gak, Aaih gak mau pergi ke mana pun. Abang pulang aja, nanti apa yang mereka pikir kalo abang ga di rumah"

"Mereka-,"

"Mereka udah tau" potong Thariq.

Saaih membuka matanya, menatap Thariq lekat lekat. Mengerutkan keningnya. Ia masih tidak mengerti apa yang dimaksud Thariq.

"Iya, mereka udah tau. Jadi sekarang ayo pulang ih" ucap Thariq langsung menarik tangan Saaih.

Sedangkan Saaih menahan tubuhnya seperti tak ingin ikut pergi bersama Thariq.

"Kenapa abang kasi tau?" tanya Saaih.

Thariq pun melepaskan genggamannya ia maju dua langkah dari Saaih. Ia tak ingin menatap Saaih saat ini.

"Apa kamu ga capek sama semua ini ih? Sama semua drama dan kepura-puraan ini?"

"Apa kamu ga muak sama semua ini ih?" ucap Thariq dengan suaranya yang berat.

"Tapi dengan kasi tau mereka ga bakal buat masalah itu menghilang bang"

"Mereka pasti bakal malu! dan semakin membenci Saaih!" ucapnya.

"Ngga! Itu ga bakal terjadi! Kalaupun itu terjadi, abang akan selalu ada buat kamu!" ucap Thariq yakin.

Tes...

Tetesan darah kembali menetes dari hidung Saaih. Refleks Saaih langsung mengambil sapu tangan yang berada di dalam kantongnya. Dan membersihkan hidungnya tanpa sepengetahuan Thariq.

'Ah shit!' gerutunya dalam hati. Kepalanya semakin sakit, telinganya berdengung. Bahkan kini ia hanya bisa melihat tubuh tegap Thariq samar samar.

Hingga akhirnya tubuhnya benar benar roboh, menghasilkan dentuman ringan yang mengejutkan Thariq.

"Saaih?!"

-<>-<>-<>-

HAII GAISS THANKYOU FOR READING & VOTE!

BTW AKU ADA PENAWARAN
80 VOTE LANJUT YAA!

SENGAJA BANYAK BIAR GA LANGSUNG BESOK:V

THANKYOU!❤😘😘❤

My Life •Saaih Halilintar•Where stories live. Discover now