Tanpa berlama lama mereka lalu duduk di samping ranjang Saaih. Thariq langsung duduk dan menggenggam tangan Saaih yang terinfus. Dan meletakkan tangan Saaih itu di dahinya sendiri.
"Wake up please" ucap Thariq lirih, air matanya terjun bebas dari mata indah Thariq.
Sajidah yang duduk di samping Thariq hanya bisa mengusap pundak Thariq. Seperti mencoba menyemangatinya.
Thariq yang mulai sadar dari kesedihannya itu pun mulai menghapus air matanya dan menatap Sajidah lekat lekat.
"Oh iya, kakak cewe ke sini? Sendiri, udah malam pula" ucap Thariq khawatir.
"Oh itu, tadi bang Alfath anter kaka" ucap Sajidah.
"Kaka cuma sendiri? Mereka?" tanya Thariq heran lalu ia langsung melanjutkan ucapannya lagi.
"Mereka pasti gamau kan? Ga heran sih" ucapnya tersenyum hambar, sambil memalingkan wajahnya dari hadapan Sajidah.
"Liq," Sajidah menyentuh pundak Thariq seperti ingin menyadarkan dia tapi langsung ditepis oleh Thariq.
"Liq,"
"Mereka ga tau semua ini, jangan salahin mereka juga" Sajidah mencoba menjelaskan. Tapi dibalas tatapan tajam dari mata Thariq.
"Emang harus tau dulu baru boleh peduli? Apa salahnya sih peduli kak?" tanya Thariq.
"Tapi liq, mungkin besok mereka bakal jenguk. Lagipula kalo sekarang, yang ada mereka bakal tau semua ini" ucap Sajidah.
Hening.
Hanya terdengar suara alat pendeteksi jantung yang terus saja berbunyi. Selama beberapa saat mereka semua hening. Sebenarnya Thariq sudah muak dengan semua pembelaan Sajidah pada saudara saudaranya. Sudah tak ada gunanya lagi mereka menjawab semua itu.
Krietttt...
Dua perawat datang ke dalam ruang ICU.
"Permisi, jam kunjungannya sudah habis. Biarkan pasien istirahat ya" ucap salah satu perawat, sedangkan yang satunya lagi mencheck infus, nadi, dan lain lain
"Kapan dia bisa sadar?" tanya Sajidah.
"Mungkin besok atau dua hari lagi kak, tergantung bagaimana keadaannya besok"
"Untuk sekarang sih mulai ada perkembangan bisa dibilang keadaannya mendekati kata stabil" ucap salah satu perawat sambil sibuk mencatat keadaan Saaih.
"Okay" ucap keduanya, lalu segera keluar dari ruang ICU.
Setelah mengganti baju mereka, mereka lalu terduduk di ruang tunggu.
"Ayo kita pulang liq," Sajidah menarik tangan Thariq.
Thariq lalu melihat arloji nya, sudah pukul 03:00 pagi. Tanpa berlama lama ia lalu mengangguk pelan.
Mereka memesan taxi online, untuk mengantarkan mereka pulang
Skip Keesokan Paginya...
Setelah menuntaskan aktivitas pagi mereka, Thariq dan Sajidah segera bergegas menuju rumah sakit kembali.
Thariq dan Sajidah langsung bergegas menuju ruang ICU, ruangan di mana Saaih di rawat. Sampai sekarang bahkan Saaih sama sekali tak menunjukkan tanda tanda ia segera sadar.
Tapi sampai sekarang sore hari pun mereka masih setia menunggu Saaih untuk segera membuka matanya.
19:00
Bahkan kini mereka berdua sudah sempat untuk pulang ke rumah kembali untuk menyelesaikan semuanya. Tapi Saaih belum juga kunjung bangun.
Tapi,
YOU ARE READING
My Life •Saaih Halilintar•
Fanfiction"Saaih Halilintar" Siapa sii yang gatau Saaih Halilintar? Presidennya sasquad Bagian dri gen halilintar Sosok yang selalu ceria, pecicilan, ga bisa diam,, hingga Penyakit dan semua masalah itu datang hingga ia menjadi berubah. *HANYA FIKSI SEMATA GU...
"Fifty Five"
Start from the beginning
