Alex sudah pulang. Tetap tidak ada perubahan dalam hubungan mereka. Justru, Mauren akhirnya merasa lega dan bebas. Melanjutkan aktifitasnya seperti biasa, membuat olahan kue sesuai pesanan pembeli. Memperlajari resep dan model kue untuk resefensi yang akan diiklankan.
Mauren menyediakan apa saja yang kira-kira dia butuhkan. Seperti ketika malamhari dia merasa lapar, di lemari pendingin sudah tersedia beberapa jenis makanan sehat. Dia juga rutin mengikuti olahraya yoga untuk ibu hamil. Mauren benar-benar menikmati dan merawat apa yang dia punya sekarang.
Mungkin Mauren terlalu mandiri sehingga tidak memerlukan siapapun di sampingnya. Dia sangat nyaman dan sendiri. Tanpa adanya larangan atau protes yang kerap kali Alex lontarkan. Bikin Mauren semakin tidak menyukainya.
"Hai, Mauren! Sepertinya kamu sedang senang."
Mauren menoleh pada asal suara. Seorang wisatawan asing yang menggunakan bahasa Indonesia seadanya menyapa Mauren. Dia adalah David, lelaki asal Amerika yang sedang liburan di Bali.
"Hai, David!" Balas Mauren dengan senyum tipis.
Hotel yang disewa oleh David tidak jauh dari rumah Mauren. Mereka sering berpapasan di pantai dan temapt-tempat transaksi umum, sehingga mereka mulai akrab. David sudah satu bulan di Bali, dia adalah seorang freelance. Bekerja dimana saja yang penting terkoneksi internet.
"Aku nggak melihat kamu beberapa hari ini ke pantai. Kamu pergi?" Tanya David lagi. Keduanya berdiri di bibir pantai, saat ombak datang kaki keduanya basah oleh air laut.
"Bukan. Aku hanya sedikit sibuk." Elak Mauren pelan.
David manggut-manggut, lalu melirik perut Mauren. "Bagaimana kabar bayi kamu? Mereka baik?"
Mauren tersenyum lebar dan mengelus perutnya dengan sayang. "Iya, mereka sangat baik dan nggak rewel."
"Itu baik! Kamu beruntung memiliki mereka." Puji David tak segan-segan.
Mauren terkekeh, mengiyakan. Dia snagat beruntung memiliki calon anak-anak yang baik. Tidak menyulitkan Mauren dengan banyak permintaan. Mauren sangat menyayangi anaknya, menikmati proses kehamilan sampai melahirkan nanti.
"Mau minum yang segar-segar?" Ajak David. "Aku yakin kamu gampang capek berdiri cukup lama dari tadi."
"Lumayan." Aku Mauren manggut-manggut.
"Baiklah! Ayo istirahat sambil minum."
Davin mengajak Mauren ke sebuah kafe pinggir pantai. Banyak pengunjung yang datang, namun mereka tidak perlu antri untuk memesan makanan. Pelayan kafe segera menghampiri mereka dan mengangsurkan buku menu.
Mauren sangat menyayangi kandungannya, dia memesan jus yang menyehatkan dengan sedikit es batu. Seangkan David memesan cola dan makanan ringan untuk menemani mereka menikmati sore yang indah.
"Kerjaan kamu gimana? Lancar?" Mauren bertanya setelah pelayan kafe pergi.
David mengangkat bahu. "Yah, seperti biasa. Nggak ada yang menarik." Davin menunjukkan sedikit rasa bosan dalam pekerjaannya. Namun, pekerjaan tersebut membuatnya bisa mengunjungi banyak tempat di berbagai Negara. Karena dia tidak membutuhkan kantor yang mengatur jadwal rutin kerja. "Toko kue kamu gimana? Banyak yang order?"
"Lumayan. Aku makin sibuk cari referensi jenis kue di internet buat promosi." Jelas Mauren santai.
"Kue buatan kamu enak. Pasti banyak yang suka. Seperti aku menyukainya."
"Terima kasih."
David mengingatkan Mauren pada Andreas. Mungkin karena mereka tinggal lama di luar negeri sehingga tidak ragi-ragu untuk melayangkan pujian dan bicara langsung pada intinya. Mauren lebih nyaman seperti itu, tidak mesti menebak-nebak apa yang dirasakan lawan bicaranya.
"Aku baru selesai membuat resep baru. Nanti aku akan mengirim ke tempat kamu. Semoga kamu suka."
"Oh, astaga! Aku sangat tersanjung!" David tidak bisa membendungnya.
"Yah, semacam kelinci percobaan." Kekeh Mauren bercanda.
"Aku nggak peduli! Aku menunggu kue-kue buatan kamu!"
"Terima kasih." Lalu mereka tertawa bersama.
David dan Mauren sering mengobrol santai bertukar cerita sambil memandang keindahan pantai. Umur mereka yang tidak beda jauh, bikin obrolan mereka nyambung. Mauren memiliki teman selain Ida. Kadang mereka bertiga terlihat seperti sebuah keluarga bahagia yang sedang menanti kelahiran anak kembarnya.
David baik dan sopan. Ida juga nyaman saat lelaki itu bergabung dengan mereka. Biasanya Ida sibuk main ponsel sedangkan Mauren dan David mengobrol.
Ketika matahari mulai terbenam, mereka langsung pulang. David tidak membiarkan Mauren pulang sebelum maghrib. Dia mengantar sampai depan rumah meski sering ditolak oleh Mauren.
Sama seperti saat ini, David sekalian mengambil kue buatan Mauren untuk dibawa pulang. Lelaki itu berseri-seri senang, mendapatkan kudapan lezat dari teman baiknya di Bali.
David pamit pulang dan bersamaan saat Mauren menutup pintu, ponselnya berdering dari Alex. Mauren mengabaikannya, meletakkan ponsel di atas meja setelah menonaktifkan suaranya. Mauren sibuk membersihkan tubuhnya dan menyiapkan makan malam.
Dia mengecek ponsel lagi ketika hendak tidur. Rupanya Alex menerornya, mengirim pesan beruntun dan panggilannya masuk. Mauren sudah terbiasa, tapi niat untuk mengangkatnya tidak ada.
Mauren terganggu saat mencari resep. Terpaksa mengangkat tanpa menyapa. Suara helaan nafas lega terdengar dari seberang line. Alex menyapa lembut dan melupakan Mauren sedang mempermainkannya.
"Kamu dari mana?" Tanya Alex.
"Biasa." Jawab Mauren singkat.
"Udah makan?"
"Hem."
"Boleh face time?"
"Nggak."
"Baiklah." Alex mengalah. "Besok aku mau pergi ke Kalimantan."
"Hem."
Tidak ada respon baik. Mauren tidak tertarik dengan kegiatannya. Dia sangat dingin tapi Alex menerimanya. Dia tersenyum kecut di seberang line.
"Anak-anak kita gimana hari ini?"
"Baik."
"Hari ini kami bikin kue lagi? Ada orderan apa?"
"Hem."
"Mauren..." Panggil Alex tiba-tiba serius. "Aku nelpon kamu tiap hari boleh?"
"Aku sibuk."
"Sebentar aja. Aku pengin denger suara kamu tiap hari. Pengin tahu keadaan kamu, keadaan anak-anak."
"Kami baik di sini. Kamu nggak perlu khawatir."
"Satu kali dua hari?" Alex tidak menyerah, memberikan penawaran.
"Biar aku yang nelpon kamu." Balas Mauren.
"Berapa kali seminggu?"
"Satu kali dua minggu. Sesuai kontrak."
"Bisa kita melupakan kontrak sebentar?"
"Aku menghargai apa yang sudah kita sepakati." Tolak Mauren halus tapi menusuk.
Mereka terdiam cukup lama. Mauren menunggu Alex menyelesaikan panggilan, sedangkan Alex menunggu Mauren bicara.
"Aku mau istirahat." Alex tidak langsung menjawab membuat Mauren ragu untuk memutuskan sambungan telpon. "Selamat malam."
"Tunggu sebentar lagi." Mauren menghentikan niatnya. "Boleh aku bicara sebentar lagi?"
"Hem?" Mauren tidak tertarik.
"Aku..." Alex menjeda. "Dulu aku berharap kamu ninggalin aku supaya kamu bisa hidup normal seperti anak-anak lain. Kamu pacaran sama anak baik-baik. Aku udah rusak, dan aku nggak mau kamu ikutan rusak. Kenapa kamu nggak mau pergi? Kenapa kamu pergi setelah aku nggak bisa lepas dari kamu?"
Mauren diam, tidak mau menjawab.
"Mauren..."
"Aku nggak mau ingat masa lalu." Jawab Mauren dingin. "Aku mau istirahat. Selamat malam."
Mauren memutuskan sambungan telpon sepihak lalu air matanya tiba-tiba menetes lagi. Hormon membuat perasaan Mauren sentimentil. Dia menyeka kasar dan ponselnya berdering lagi. Nama Alex terpampang di layar kecil itu, Mauren mengabaikannya lagi.
Menonaktifkan suara dan memindahkannya di atas nakas. Maruen mengubah posisi tidurnya, namun layar ponsel itu terus berkedip-kedip dan pesan beruntun masuk.
Mauren kembali pada posisi semula dan meraih ponsel tersebut kemudian mengusap layar. Menempelkan pada telinga tanpa suara.
"Mauren, kamu okay?"
"Hem."
"Aku minta maaf. Aku nggak bermaksud menyakiti kamu." Sesal Alex tidak tenang.
Mauren tidak menjawab.
"Mauren..." Alex kembali menjeda. "I love you. Aku selalu cinta sama kamu!"
Mauren tetap diam.
"Jaga kesehatan kamu. Tolong telpon aku kalau kamu ada apa-apa."
"Hem."
"Daddy sayang anak-anak."
Air mata Mauren kembali meluruh. Perasaannya campur aduk tak menentu. Berat menerima keadaannya sekarang. Hampir setiap malam Mauren menangis tanpa sebab dan ketiduran dalam keadaan berantakan.
***
Jakarta, 27 Juli 2021
Yakali 10 tahun jadi ratu kalah sama yang 6 tahun tapi tersakiti melulu 🤪
Gak semudah itu move on dari pangeran, Ferguso!
Btw kalian ada yang nangis gak sih baca cerita ini?
Spam komen sebanyak-banyaknya =>
Follow akun shopee gue ya. Nanti open PO Possessive EX cuma di sini :)
Kalian wajib baca geng najong-najong di Karyakarsa nih untuk tau lebih banyak rahasia dibalik cerita selama ini!