MENGHINDARI MASALAH KITA DI ABAD 21 INI

5.8K 313 23
                                    

Mulai sekarang, kita harus menghindari masalah-masalah serius dan apa saja yang kelak akan menjadi beban psikologis besar dalam hidup kita

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


Mulai sekarang, kita harus menghindari masalah-masalah serius dan apa saja yang kelak akan menjadi beban psikologis besar dalam hidup kita. Dari pada nantinya harus bingung dan repot dengan pilihan yang tak bijak dan salah arah. Lebih baik dari sekarang, kita mulai memeriksa diri kita sendiri. Mengecek dan mendaftar masalah apa saja yang kita punya dan kemungkinan-kemungkinan masalah yang terjadi di masa depan.

Dengan lebih awal memilah-milah masalah yang kita miliki, dan mengetahuinya lebih rinci sejak dini. Kita akan bisa mempersiapkan masa depan kita lebih baik. Juga agar tidak menyia-nyiakan masa kini yang kelak akan jadi masa lalu yang disesali.

Ada beberapa hal yang benar-benar harus kamu hindari di abad 21 ini. Abad di mana orang mudah marah, gila, depresi, tak bijak, dan bisa membunuh orang dengan seenaknya sendiri. Tontonan kematian akibat pembunuhan nyaris terjadi setiap hari, tapi kenapa tak pernah jadi isu psikologi dan psikiatri nasional? Juga kenapa tak pernah menjadi perbincangan umum layaknya acara populer televisi agar orang-orang memahaminya jauh lebih baik?

Karena ini adalah Indonesia. Ekonomi lebih utama dari pada kesehatan jiwa dan ilmu pengetahuan. Menjadi kaya lebih dianjurkan dari pada menjadi intelektual. Karena itulah, mulai sekarang, kamu lebih baik mulai mendaftar masalah-masalahmu hari ini yang nantinya akan menghambat masa depanmu. Terlebih masa depan kesehatan jiwamu yang rentan dan mudah retak.

Kita harus tidak hanya mandiri secara ekonomi. Tapi kita juga harus mulai mandiri mempelajari diri kita sendiri, saat para ahli kewalahan dengan jumlah pasien gangguan jiwa yang terus meningkat. Juga, untuk mendewasakan diri bahwa kita bisa mengurus diri lebih baik. Tidak hanya pintar dalam mengurus ekonomi. Tapi juga kejiwaan kita sendiri.

Di depan jiwa yang rapuh dan retak, uang sebanyak apa pun tak akan bisa menyelamatkanmu. Itulah sebabnya kemandirian finansial harus didampingi dengan pemahaman atas diri sendiri. Dalam artian psikologi keseharian kita dan kesehatan jiwa kita hari ini dan yang akan datang.

Karena kita telah memasuki abad di mana, kita begitu mudahnya menjadi kaya dan mapan. Tapi begitu rapuhnya secara intelektual dan kejiwaan.

Dalam sisi intelektual, kita memiliki ketakutan luar biasa bertemu orang-orang pintar dan pandai. Kita takut, bahwa kita tampak lebih bodoh di depan mereka dan susah untuk mengeluarkan suara. Itulah sebabnya, banyak dari kita sebisa mungkin menghindari terlibat dengan ruang-ruang berpikir dan berdebat. Dan akhirnya mengurung diri sendiri di dalam cangkang pergaulan kita yang nyaris sama. Ruang aman di mana pikiran, wawasan, dan ilmu pengetahuan kita tak dihakimi.

Ketakutan ini, jika terus dilanjutkan akan menjadi masalah besar kemudian hari. Karena akan membentuk kecemasan dan sikap rendah diri di tengah bisnis yang makmur dan kekayaan yang melimpah. Hal semacam itu tak seharusnya terjadi. Ini juga akan menjadi masalah bagi orang tua yang tak menyelesaikan masalah itu, yang pada akhirnya diwariskan ke anak-anaknya.

Anak-anak yang dimilikinya tidak diajarkan untuk memiliki pikiran yang kokoh. Tapi malah diajarkan untuk menghindarinya, seperti halnya orang tua mereka. Ini adalah masalah psikologi serius yang menjangkiti kelas menengah atas Indonesia. Ketidakpercayaan diri di ruang akademis dan intelektual publik. Bahkan sekedar mengangkat tangan dan mengeluarkan pendapat pun rasanya menjadi sangat menakutkan.

Ini juga yang membentuk karakter negara hari ini. Yang akhirnya berdampak kepada banyak hal.

Dalam hal kejiwaan, kita juga tak kalah buruknya di bandingkan isi kepala kita. Tontonan pembunuhan setiap hari, kasus bunuh diri, perselingkuhan, hidup bebas yang entah untuk lari dari ketidakmenentuan hidup, perasaan hampa, cemas, takut, dan kebosanan yang datang melanda.

Berita-berita yang hari ini kita lihat, adalah cerminan dari kita sebagai masyarakat. Kumpulan dari satu orang ke satu orang lainnya, yang jumlahnya begitu banyak. Terkadang, atau bahkan terlalu sering, mewakili perasaan kita sebagai perorangan.

Tontotan kerapuhan hidup dan psikologi diri kita yang rentan, bisa kita lihat dari teman dekat kita sampai diri kita sendiri. Sebuah tontonan bagaimana begitu banyaknya orang gagal dan kewalahan dalam mengatur dan mengatasi masalah-masalah psikologis yang mereka alami.

Karena apa? Karena jarang orang merencanakan rancangan psikologi keseharian mereka. Tak pernah berpikir untuk mengamankan kejiwaan mereka dan memberikan perhatian banyak bagi masa depan kesehatan jiwa mereka sendiri.

Kesehatan jiwa kita yang penting, tak pernah masuk dalam kurikulum sekolah, rancangan kebijakan nasional, dan juga, jarang diajarkan oleh orang tua kita sendiri. Yang mungkin saja, mereka juga tak pernah mendapatkan bimbingan untuk hal semacam itu.

Hasilnya, tren orang tua kaya dengan anak-anak yang sakit secara kejiwaan telah menjadi budaya populer hari ini. Sebuah budaya baru, dari budaya lama yang jauh, yang mana, di samping orang tua kaya, kemungkinan besar akan ada anak-anak yang rentan secara kejiwaaan.

Ini menjadi hal yang tak menyenangkan bagi orang tua manapun, yang berharap bahwa kemapanan ekonomi akan menghasilkan keluarga yang tenang, damai, dan harmonis. Tapi malah menghasilkan anak-anak yang lahir dengan kebingungan dan perasaan hampa tak dimengerti.

Kekayaan melahirkan sakit jiwa, adalah kasus besar yang harus segera dibenahi dengan segera. Karena dalam psikologi yang semestinya, kekayaan seharusnya mencegah gangguan kejiwaan itu sendiri atau paling tidak, mampu menekannya dengan cukup efektif.

Ada banyak hal yang harus kita pikirkan sejak kita belum menjadi orang tua. Hal yang menyangkut kejiwaan kita dan masalah-masalah yang kita hadapi hari ini.

Terlebih, bagaimana menghadapi dunia sosial sekaligus dunia kita sendiri, yang seringkali sama-sama sakitnya.

Untuk hal semacam itu, kita harus merencanakan kemapanan keuangan kita sekaligus psikologi keseharian kita sendiri tanpa harus repot-repot disuruh dan diingatkan oleh orang lainnya.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon