SAAT ORANG-ORANG DESA MENJADI LEBIH MAKMUR DARI PADA DIRIMU

87 10 0
                                    

Di sepanjang perjalanan, entah ke kota mana pun, kita pasti melewati desa-desa yang begitu banyak. Atau saat kita main ke teman yang memilih hidup di pinggiran kota atau saat diri sendiri terpaksa hidup di sana. Sebagai seorang seniman, pebisnis, pedagang, pekerja kantoran, atau orang yang hanya sekedar lelah dengan dunia.

Kita melihat desa-desa yang kita lewati berkembang begitu cepatnya. Sedangkan kita, entah mengapa, tak bergerak ke mana-mana.

Rumah-rumah menjadi lebih besar. Beberapa di antaranya terparkir mobil berwarna putih atau hitam. Toko-toko besar dan berlantai dua mulai menjadi pemandangan yang biasa. Beberapa orang memiliki truk. Sedangkan lainnya mobil pickup. Bahkan di sebuah desa yang jauh dari kota besar, beberapa orang bisa membangun sebuah gudang dan jenis usaha, semacam mebel, begitu sangat besarnya. Yang dipikir-pikir, akan menghabiskan beberapa miliar rupiah.

Ada yang membangun toko bangunan. Ada yang membangun semacam toko ritel. Dan lainnya, memiliki usaha cukup memuaskan di pasar dan pinggiran jalan raya.

Masuk ke dalam dunia pedesaaan, jalan-jalan mulai mulus dan rapi. Bayangan desa yang miskin semakin punah dan menghilang. Rumah-rumah mulai membesar, menjadi tembok, dengan luas tanah yang membuat kita sakit hati. Beberapa di antara orang desa memiliki mobil dan rumah yang hanya bisa diimpikan oleh para lulusan perguruan tinggi dan kaum terpelajar yang merasa dirinya istimewa hanya karena tinggal di ibu kota besar.

Saat orang-orang perkotaan yang mengenyam perguruan tinggi menjadi sangat kesulitan mendapatkan pekerjaan dan hanya puas dengan gaji seadanya. Sebagian orang desa sudah membangun usaha, menjadi bos, memiliki begitu banyak tanah dan aset berharga, dan hidup sangat nyaman. Dan lucunya, banyak di antara orang-orang pedesaan sukses menjadi pejabat publik dan pengusaha besar.

Saat kamu terbiasa memasuki pedesaan dan saat ini posisi hidupmu dalam keadaan abu-abu. Kamu akan merasa malu dan terpukul hanya sekedar lewat di jalan pedesaan saja. Saat orang-orang yang sering kamu anggap kampungan, ndeso, dan segala ejekan tak menyenangkan itu ternyata hidupnya jauh lebih makmur dan mapan dari pada dirimu, yang hidup dalam kebanggaan akademis, intelektual, dan ruang-ruang perkotaan.

Banyak dari kita, kalangan terpelajar, harus puas dengan uang tak seberapa setiap bulannya. Dan beberapa perempuan, hanya mampu mendapatkan rumah saat sudah memiliki suami. Itu pun kebanyakan rumah dari hasil jerih payah suami. Dan jika calon suami dari kalangan kaum terpelajar ini terlalu lama hidup dalam keputusasaan eksistensial, sedangkan umur kian menua. Masa depan menjadi terasa suram dan jauh lebih menakutkan dari pada orang-orang pedesaaan, yang sudah sangat mapan dengan memiliki rumah dan keberanian mereka untuk mencari uang bahkan sampai ke negeri yang jauh.

Kebanggaan kita akan runtuh saat melihat mantan buruh pabrik menjadi sosok yang sukses. Tukang becak yang sekarang jadi pengusaha. Buruh bangunan yang hari ini memiliki banyak toko dan jenis usaha. Dan seorang petani, yang hidupnya lebih nyaman dari pada kita yang setiap hari kebingungan dalam mengurus keuangan kita yang tak seberapa.

Sebenarnya, hanya sekedar melihat rumah pedesaan saja, yang kian membesar dan mulai diisi dengan mobil. Sudah cukup membuat perasaan kita tertusuk-tusuk. Di usia kita yang kian menua, rumah tetap saja tidak punya, gaji tak seberapa, dan hidup di kantoran yang seolah elegan tapi nyatanya, kita serba kekurangan dan selalu khawatir mengenai hari esok.

Di perkotaan besar, saat kita menghabiskan uang kita di galeri-galeri seni, di mal-mal besar, di beragam cafe yang tak ada habisnya, dan terlalu sibuk dengan segala jenis gaya hidup yang meresahkan diri. Orang-orang yang dianggap jauh dari dunia dan dipandang sebelah mata. Memiliki hidup yang jauh lebih mapan dengan etika kerja yang jauh lebih baik dari pada kita; kaum terpelajar perkotaan yang sampai usia tua pun, masih sangat kesusahan untuk sekedar memiliki rumah. Dan begitu aman dengan gaji yang sedikit dan sangat tak memuaskan itu.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant