KENAPA PENDERITA GANGGUAN JIWA MENOLAK DIBERI SARAN?

331 25 0
                                    

Mereka meminta saran ke banyak penderita gangguan kejiwaan lainnya. Juga ke orang-orang yang peduli dan ingin memberikan solusi. Tapi, kebanyakan dari penderita gangguan kejiwaan ini, setelah diberi nasihat dan arahan, malah mereka menolaknya. Mengacuhkannya. Tak peduli. Bahkan malah menghindar.

Seolah-olah, mereka yang awalnya meminta saran dan masukan. Setelah diberi arahan yang logis, tak peduli dengan simpati banyak orang yang ingin memberikan ia jalan keluar.

Bagaimana mereka ingin sembuh kalau mereka mengabaikan banyak simpati dan empati dari banyak orang? Lalu, apa yang sebenarnya kebanyakan penderita gangguan kejiwaan ini inginkan?

Masalah utama dari kelambatan para penderita ini untuk sembuh adalah awal sebelum mereka menderita gangguan kejiwaan adalah cukup rumit. Jika sejak awal memang bukan tipe orang yang simpatik, egois, individualis, terlalu banyak menuntut, tak pengertian, dan ingin segala sesuatunya instan. Maka, segala jenis masukan dan arahan akan banyak yang percuma.

Mereka bisa seolah-olah saling mendukung dalam pembicaraan singkat dan seolah empatik. Tapi jika nanti pembicaraan lebih dalam dan mengarah ke detail penting untuk keluar dari masalah dan terapi. Mereka menolak mendengarkan, tak peduli, langsung kabur, tak lagi tertarik terlibat dalam pembicaraan.

Sangat sulit untuk menyembuhkan penderita gangguan jiwa yang sangat individualis-egois. Yang menganggap semua orang adalah pelayannya. Dan segala jenis masukan harus langsung berefek nyata dan menyembuhkan seketika.

Para penderita gangguan kejiwaan yang sangat tak menyukai proses untuk menyembuhkan diri sendiri dan mengenali diri sendiri. Akan sulit untuk disembuhkan kecuali apa yang paling mereka inginkan dalam hidup terpenuhi.

Pada akhirnya, yang terjadi adalah banyaknya penderitaan gangguan kejiwaan ini terlihat meminta saran dan masukan ke orang-orang, nyaris setiap waktu. Terlebih saat kondisi buruk, mereka langsung merasa ingin didengar dan diperhatikan. Masalah utamanya, mereka tak terbiasa mendengar dan menerima masukan orang lain. Jadi ini akan sulit.

Keluh kesah di banyak ruang sosial, publik dan privat terjadi karena mereka tertekan dan butuh pelampiasan. Berharap ada yang peduli dan langsung bisa memberikan bantuan seketika.

Jika mereka sendiri tak menghargai bantuan dari orang lain dan sangat pemilih. Lalu, bagaimana mereka akan sembuh dengan cepat? Saat ada orang lain yang memberikan saran jauh lebih baik dari pada pergi ke psikolog dan psikiater, gratis, tanpa membayar, tapi mereka juga tak peduli, lalu buat apa?

Akhirnya lingkaran keluh kesah pun terjadi.

Orang-orang yang tak mau mendengar dan sangat terfokus pada diri sendiri ini, meminta pertolongan, berkeluh kesah, dan setiap hari minta ingin dibantu tapi tak menggubris saran dan bantuan dari siapa pun. Mereka meramaikan media sosial dan media komunikasi pribadi, datang dan pergi, tanpa ada perubahan yang berarti.

Pada dasarnya, mereka hidup dalam dunia yang mereka sendiri sangat kebingungan dibuatnya. Mereka jarang diajari untuk, mungkin, bersimpati. Untuk mengenal diri sendiri. Untuk berproses lama. Dan bekerja keras. Atau menghargai orang lain.

Jadi, saat orang tipe ini mendadak terkena gangguan kejiwaan, penanganannya akan jauh lebih sulit. Bisa lebih mudah, jika orang tipe ini memiliki uang, koneksi, dan kekuasaan. Dia bisa menggunakan semua yang dipunya itu untuk melayani dirinya sampai kesembuhan dan keterbukaan emosi dan pikiran itu didapat.

Lalu, apa yang terjadi, dengan mereka yang hari ini miskin, tak banyak memiliki uang dan kekuasaan. Tapi memiliki kepribadian semacam itu?

Ya, pasti akan jauh lebih sulit ditangani dan diatasi.

Untuk mengatasi gangguan tipe semacam itu, bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun dan kesabaran tingkat tinggi. Yang tentunya, tak banyak orang bisa mau membantunya dengan serius. Yang terjadi, bertahun-tahun, mereka tak mau keluar dari penderitaannya karena kebiasaan, watak, dan kepribadiannya yang menghambat kesembuhan dirinya sendiri.

Masukan, saran, pendampingan, dan obat-obatan nyaris tak berefek apa pun kecuali penenang sementara dari perasaan tak berarti, gagal, sakit, bunuh diri, dan pelarian.

Cara terbaik untuk penderita gangguan jiwa semacam ini, yang jumlahnya kian banyak dan umum. Mengikuti perkembangan dan pola pikir-hidup masyarakat adalah dengan cara membiarkan mereka menemukan apa yang mereka cari. Cara terbaik adalah dengan membiarkan orang-orang ini untuk mempelajari kesakitan dan penderitaan mereka sendiri sampai batas akhir. Dengan begitu, akan tiba pada waktunya, mereka berani bergerak sendiri dan memilih apa yang mereka harus lakukan. Jika mereka memang masih ingin hidup.

Mereka yang terbiasa dilayani, manja, egois, individual dan dididik dalam pola asuh keagamaan, nilai-nilai yang dianggap baik, dan permasalahan dosa dan sebagainya. Akan mengalami kondisi yang jauh lebih buruk dan sangat susah disembuhkan atau diyakinkan.

Mereka terjebak dan ego mereka sendiri dan tabu masyarakat dan agama. Yang terjadi adalah kengerian. Jika psikolog dan psikiater dan begitu banyak saran menjadi tidak berguna selama bertahun-tahun. Maka, biarkan orang ini kelak menemukan apa yang tepat bagi mereka sendiri. Kepuasan paling utama dari keinginan pribadi yang mendorong gangguan kejiwaan itu.

Saat batas psikologis tercapai, jika masih belum ada penolong dan mau menerima masukan. Mereka akan terpaksa untuk menerobos aturan, tabu, dan segala macam nilai jika mereka ingin terus mengalami hidup.

Waktunya mungkin lama, tapi, itu jauh lebih baik dari pada mereka tak mengerti bagaimana memutus sumber utama masalah mereka.

Gangguan kejiwaan yang harusnya bisa diatasi dalam satu sampai dua tahun, menjadi sangat lama, menyakitkan, dan belarut-larut dikarenakan egoisme pribadi, kurangnya pikiran terbuka, tak ingin belajar dan mendalami, dan tak pandai memanfaatkan apa yang dimiliki.

Inilah alasan kenapa banyak penderita gangguan kejiwaan setiap hari meminta saran dan berkeluh kesah tapi saat diberi saran dan perhatian mereka seolah tak menganggapnya dan kehilangan minat.

Ada banyak sekali terapi yang bisa dengan cepat menstabilkanmu tapi kamu sendiri menolaknya. Jika sudah seperti itu, kamu harus menikmati penderitaanmu sendiri sampai kamu nyaris menyerah dan akhirnya ingin keluar dari penderitaan itu dengan berbagai macam cara.

Apakah kamu salah satu orang dengan tipe yang ingin langsung memotong inti masalah gangguan kejiwaanmu dengan berbagai macam cara atau tipe yang sangat lambat mengambil keputusan karena masalah pribadi, moral, dan keluarga?

Semua itu pilihan. Ingin penderitaan cepat berakhir atau ingin berlama-lama dalam merasakannya. Itu semua pilihanmu sendiri jika banyak saran memang sudah tak berarti dan berguna bagimu.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITAWhere stories live. Discover now