KEBOSANAN INTELEKTUAL: RASA SAKITNYA PARA PEMIKIR

56 4 0
                                    

Kita telah memasuki sebuah abad rasa sakit bersama. Saat pikiran jenius berubah menjadi kebosanan. Orang-orang pintar tenggelam dalam rawanya masing-masing. Dan mereka yang menyimpan terlalu banyak rasa ingin tahu akan ilmu pengetahuan, merasakan terjebak dalam penjara rasa sakit yang tiada akhir.

Abad yang membuat siapa pun yang cukup jenius dan pintar. Mengalami ketidakpuasan yang begitu cepat dan tersiksa oleh usianya sendiri yang kian berkarat dan rusak.

Melihat sekeliling yang begitu kosong dan dunia yang terlalu bungkam dan tak lagi bisa mendengarkan siapa pun. Kita menjadi orang-orang yang melahap apa saja. Buku-buku yang begitu bisu. Dan menertawakan kesialan diri kita sendiri.

Kita lahir di abad yang salah. Abad kekosongan. Abad yang membuat keberadaan kita tak nampak, padam, dan dipenuhi oleh lubang gerutuan dan kesedihan yang bagai abadi.

Kita yang memuja pengetahuan lebih dari siapa pun. Yang bergairah dalam menyingkap kebenaran-kebenaran. Para pemburu hal-hal yang baru. Kita yang lebih dekat dengan kegilaan dan keterpesonaan akan segala jenis kemungkinan. Begitu terluka oleh pikiran-pikiran kita sendiri. Kelahiran kita yang salah. Dan abad yang datang terlambat.

Kita dilahirkan terlambat. Dan pada akhirnya, kebosanan pun mencengkram leher kita masing-masing.

Orang-orang pintar di abad ini, dalam kekecewaan mereka. Beralih menjadi pemburu kehidupan yang lain. Membangun bangunan-bangunan tinggi untuk menghasilkan uang. Berkeliling dunia untuk mengeruk pengalaman-pengalaman dalam diam. Dan berusaha tertawa dalam layar kaca hiburan dan keterkenalan yang begitu melelahkan untuk dijalani.

Kita pun mulai kelelahan. Semuanya terlampau cepat dilahap hingga tak ada lagi yang tersisa.

Saat dunia sekitar begitu mati untuk kita. Apa gunanya berpikir? Kecuali sekadar hidup. Melanjutkan hidup. Meminjam topeng-topeng. Lalu berjalan dalam diam dan keterasingan masing-masing.

Saat lahan pun menghilang. Orang-orang yang memiliki ketertarikan tentang kemungkinan-kemungkinan dunia pun layu satu persatu. Sebelum mati, mereka tersiksa dalam neraka kebosanan masing-masing. Lupa caranya saling tertawa. Saling bertukar sapa. Dan mulai kehilangan kebijaksanaannya.

Menua dalam keadaan semacam itu adalah rasa sakit yang tak terbayangkan bagi mereka yang mencintai ilmu pengetahuan lebih dari siapa pun. Saat kita lahir di abad yang salah. Terlambat lahir. Kita menjadi keberadaan yang sejak awal seharusnya memang tidak ada.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITAWhere stories live. Discover now