GAME, KONSOL, DAN TERAPI

88 7 0
                                    

Membeli game atau konsol yang bisa membuatku sedikit tenang dan menikmati hari adalah hal yang termurah dalam proses terapi. Selama ini, bermain game dan mendapatkan alat bermain yang tepat adalah suatu kelegaan tersendiri.

Sebagai orang yang masih sendiri. Belum berkeluarga. Dan menganut nihilisme dan individualisme. Tidak gila dan bunuh diri adalah pencapaian tersendiri. Walau sebenarnya, apakah hidup ini masih penting dan layak dipertahankan? Entahlah. 

Akhir-akhir ini aku membeli banyak sekali konsol dan segala jenisnya aku coba. Semua untuk keperluan terapi. Asalkan aku masih memiliki uang yang cukup untuk makan beberapa bulan ke depan. Maka, apa yang aku beli untuk kejiwaanku, termasuk murah.




Karena bagiku, yang sejak dulu hidup dalam kengerian bipolar dan kecemasan nyaris tiap hari. Biaya untuk menstabilkan diri sangatlah mahal. Membeli konsol dan berdiam di rumah, jauh lebih murah dari pada uang habis tidak jelas karena kebosanan dan kecemasan tinggi yang tiada henti. Entah untuk liburan ke mana atau habis untuk sekedar makan.

Aku, lebih memilih membeli konsol sebagai terapi.

Tidak seperti orang lain yang hidupnya sudah harus mikir anaknya, istrinya, orangtuanya, dan terhimpit oleh banyak sekali kepentingan keluarga. Aku hanya hidup untuk diriku sendiri.

Dengan menganut individualisme semacam itu, aku bisa membeli konsol sesuka hati. Walau seandainya itu bisa dibilang cukup mahal. Bagi beberapa orang yang kaya raya. Hanya membeli konsol saja hanyalah hal yang remeh. Sedangkan bagi mereka yang kesulitan mengumpulkan uang, perilaku termasuk boros dan menimbulkan perasaan tak nyaman.

Kekayaan dan kemampuan adalah soal perspektif dan bagaimana kita menaruh kebutuhan terhadap sesuatu lebih dulu. Aku bisa terlihat membeli banyak konsol bukan karena aku kaya.

Tapi karena aku hanya hidup untuk diriku sendiri. Jadi semua uangku nyaris untuk diriku saja.

Aku hidup untuk diriku sendiri. Bukan untuk pasanganku. Bukan untuk orangtuaku. Dan aku tak pernah tertarik untuk memiliki anak. Bagiku anak adalah kesalahan fatal dari sejarah kehidupanku jika seandainya aku memilikinya.

Hampir satu tahun lamanya, kecemasanku nyaris tak berhenti. Setiap hari. Saat bangun sampai tidur. Bagaimana cara menghentikan kecemasan yang tak menyenangkan ini? Bukan dengan rokok. Alkohol. Narkoba. Atau hal-hal mewah yang sangat mahal. Cukup dengan konsol. Dengan berbagai macam game. Dan memilih mana yang akhirnya cocok aku gunakan.

Selain buku dan musik tentunya.

Dengan membeli segala jenis konsol. Aku bisa memilih konsol yang mana yang aku mainkan dan kapan pun saat aku butuh. Jika aku ingin bermain game XBOX aku tinggal menghidupkan XBOX SERIES X yang aku miliki. Jika aku lagi ingin menikmati game-game PlayStation. Aku hanya perlu menghidupkan PS 5. Jika aku bepergian, aku tinggal memilih membawa GPD XP, Switch, PS Vita, atau ONEXPLAYER yang baru saja aku beli. Kemungkinan kelak akan ada Steam Deck juga hal yang mungkin.

Dengan kedatangan ONEXPLAYER, aku bisa bermain FIFA 21/22 di mana pun aku mau. Apalagi keberadaan FIFA sangat vital bagi hidupku. Hanya game itulah satu-satunya yang aku mainkan nyaris setiap hari. bisa mendapatkan FIFA 22 atau seterusnya di konsol genggam yang bisa aku bawa kemana-mana adalah hal yang luar biasa. Sebuah terapi yang sangat murah pada akhirnya.

Aku bisa bermain beberapa game XBOX di konsol PC genggam. Bagi orang yang butuh hiburan dan pengalih kebosanan semacam diriku. Semakin banyak kemungkinan konsol yang dimiliki. Itu berarti aku punya begitu banyak pilihan untuk menghibur diriku sendiri.

Setelah ini, aku sangat menginginkan memiliki Steam Deck. Aku harap, konsol PC itu jauh lebih baik dari pada ONEXPLAYER yang baru saja datang. Untuk saat ini harganya masih terbilang mahal. Tapi setidaknya, itu bisa ditukar dengan beberapa PS 5 yang aku miliki. Jika aku mau.

Target hidupku adalah aku mampu bertahan selama dua tahun ke depan. Entah bagaimana caranya. Jika hanya dengan membeli beberapa game dan konsol aku bisa sedikit terhibur dan segala penderitaan hidup sedikit lepas. Aku akan membelinya.

Lagian, aku tak punya anak. Aku tak banyak berurusan dengan orangtuaku. Dan aku belum memiliki pasangan. Semua keuangan masih hanya untuk diriku sendiri.

Tidakkah membeli konsol masih sangat murah dari pada harus meminum obat-obatan dengan segala jenis efeknya yang merusak? Inilah pilihanku. Konsol sebagai terapi psikologis dan bagaimana aku bertahan hidup.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITAWhere stories live. Discover now