BAIK DI DEPAN ANAK. BRENGSEK DI LUAR RUMAH

138 13 0
                                    

Banyak sekali, orangtua yang tidak siap melahirkan anak. Itu tercermin dari perilaku mereka sehari-hari. Perilaku yang seharusnya, tidak dilakukan oleh mereka yang ingin memiliki anak atau sudah memiliki anak.

Banyak orang tua berperilaku, seolah-olah mereka masih sendiri, tak memiliki pasangan, dan anak-anak sama sekali. Lalu bertingkah sesuka hati mereka. Melakukan tindakan-tindakan buruk, yang jika para anaknya tahu, mereka mungkin akan malu memiliki orangtua semacam itu.

Di rumah, mereka bisa sangat halus, penuh kasih sayang, memanjakan anak-anak mereka, dan begitu terlihat sangat religius. Memiliki kesan keluarga harmonis yang taat beragama.

Saat di luar rumah. Baik di dunia nyata atau media sosial. Mereka menjadi sosok yang penuh dengan kebencian, begitu suka membuli orang-orang, sangat tak toleran, berkepala batu, enggan mengakui kesalahan, begitu sombong, dan merasa benar sendiri.

Lalu ke mana sesosok yang baik hati di depan anak-anaknya itu? Ke mana perginya?

Sangat menyedihkan memiliki orangtua seperti itu. Menipu anak-anaknya nyaris setiap hari. Mendidik anaknya dengan moral kebaikan dan hidup rukun dengan orang lain tapi dirinya sendiri tidak menjalankannya.

Mendidik anaknya untuk beragama dengan baik dan benar. Sedangkan dirinya malah bersuka cita merusak agama yang diajarkan ke anak-anaknya.

Dan sialnya, orang tua semacam itu tidak mau berbenah. Mengakui kesalahan. Lalu merenung mengenai sikapnya yang buruk dan tidak sesuai dengan yang diajarkannya sendiri.

Orang tua model ini, adalah orang tua yang kelak akan merusak anak-anak mereka dengan dilema moral dan intelektual yang luar biasa. Saat para orang tua tidak siap menjadi orang tua. Lalu berpura-pura menjadi orang tua. Apa yang akan terjadi dengan seluruh anak-anak di dunia ini?

Kesadaran diri menjadi orang tua begitu rendah. Terlebih kesadaran akan tanggungjawab diri dan moral sebagai orang tua, yang harusnya dicontoh oleh anak-anaknya. Dan juga, anak-anak lainnya, yang menjadi teman dari anak-anaknya.

Apa jadinya, jika salah satu orang yang dikenal, mengetahui tindakannya yang buruk. Lalu menunjukannya ke anaknya sendiri agar menjauhi anak yang dirinya miliki. Dan anak yang dijauhi itu tidak tahu kenapa ia dijauhi.

Ia dijauhi karena orang tuanya berperilaku buruk. Dan dunia sosial akhirnya tidak saja menghindari orang tuanya. Tapi juga anak kecil yang nyaris tak tahu apa-apa. Harus menanggung keburukan orang tua yang tak bertanggungjawab.

Sayangnya, banyak orang tua lebih memilih menjadi bebal dan tetap berlagak dari pada merenungkan tindakannya yang buruk. Yang tidak hanya berpengaruh buruk di dunia sosial. Tapi juga terhadap keluarga yang ia cintai.

Bagaimana orang tua bisa dikatakan mencintai anak-anaknya. Jika kehidupan sehari-harinya, nyaris tak bertanggungjawab? Terbiasa menipu anak-anak dan pasangannya sendiri, setiap hari dan tanpa rasa bersalah?

Saat seseorang sudah memiliki status sebagai ayah atau ibu. Sebagai orang tua yang memiliki anak. Harusnya mereka sadar diri sejak saat itu, bahwa mereka saat itu juga, telah menjadi model pertama yang akan diikuti oleh anak-anak mereka kelak.

Sebuah model utama dalam hal etika, moral beragama, berperilaku di dunia sosial dan saling berhubungan dengan orang lain.

Saat mereka tidak siap dengan tanggungjawab besar seperti itu. Maka, harusnya sejak awal kedua orang tua tidak menikah. Atau tidak memiliki anak sama sekali. Lalu, kenapa banyak orang tua yang tidak siap ini, sekarang, memiliki anak?

Karena mereka sejak awal sudah tidak bertanggungjawab. Baik terhadap diri mereka sendiri. Juga terhadap anak-anaknya.

Saat kedua model tak bertanggungjawab mendidik anak-anak tumbuh berkembang. Dan kedua model itu begitu populer dan ada di mana-mana. Kita tak perlu heran, jika banyak sekali anak-anak yang begitu pandai membuli teman sekelasnya, melakukan tindak kekerasan kepada teman sebaya yang lebih lemah, dan melakukan perundungan sosial secara bersama-bersama. Kenapa hal itu bisa terjadi?

Ya, anak-anak mereka adalah bagian dari cerminan para orang tua hari ini. Para orang tua yang tak bertanggungjawab. Yang penuh kebohongan. Orang tua yang gagal mendidik anak-anaknya sendiri.

Sampai kelak, anak-anak mereka mengalami depresi, gangguan kejiwaan, keinginan bunuh diri, dan merasa terasing dari dunia.

Dari mana anak-anak itu mendapatkannya? Dari para orang tua mereka sendiri. Contoh utama mereka di sebuah keluarga yang harmonis tapi menyimpan begitu banyaknya monster dan kebrengsekan yang tidak diketahui.

Keharmonisan yang perlahan hancur, saat anak-anak mereka mulai bersekolah dan mengetahui kejamnya dunia sosial yang mereka masuki.

Semua itu adalah hadiah dari orang tuanya yang penipu. Terlihat baik. Tapi ternyata menjadi bagian dari ratusan juta orang, yang begitu sangat suka melihat orang lain menderita.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITAWhere stories live. Discover now