MENJADI PEREMPUAN LALU MENGANGGUR

44 3 0
                                    

Bagaimana rasanya, menjadi perempuan, berpendidikan tinggi, lalu kini tengah menganggur? Atau berada diambang menjadi pengangguran?

Setelah tahu rasanya mencari uang sendiri dan berjuang mencari pekerjaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Dan tahu rasanya ditolak berkali-kali. Kekurangan uang dan hampir bangkrut. Lalu diteror keluarga terus menerus agar segera bekerja dan mencari uang? Segera membiayai orang tua dan adik-adik?

Bagaimana menjadi perempuan modern berpendidikan tinggi tapi jatuh dalam status pengangguran atau bekerja demi gaji kecil dan tak seberapa? Bagaimana yang kamu rasakan, setelah berjuang tiada henti tapi tak kunjung berhasil?

Rasa cemas dan takut mengenai masa depan. Rasa malu dan merasa hina. Terkadang bahkan takut untuk terlibat dengan orang-orang dan menjauhi bersinggungan dengan tetangga.

Apa yang kamu rasakan, setelah bertahun-tahun sekolah dan selesai menjadi mahasiswa. Tapi kenyataan hidup tak seindah sewaktu remaja yang serba muluk. Bahkan banyak dari teman kalian takut bekerja dan kembali mengenyam pendidikan lanjutan hanya untuk menunda perasaan cemas dan ketidaksanggupan menghadapi kenyataan.

Jika kamu orang kaya dan orang tuamu pengertian. Mungkin kamu masih punya waktu untuk mengatur napas sejenak. Untuk bersiap menghadapi apa yang akan terjadi di depan sana. Mempersiapkan diri. Dan dengan uang orang tua. Kamu bisa menunda berhadapan langsung dengan kenyataan yang ada di depan mata.

Tapi jika kamu perempuan dari keluarga miskin atau pas-pasan. Orang tuamu hanya bisa merawatmu sampai sekolah atau kuliah saja. Selebihnya kamu harus berjuang sendiri. Maka, menjadi dewasa setelah selesainya pendidikan terkadang sangat mengguncang. Banyak perempuan tidak siap menghadapi kehidupan aman dan penuh kesenangan saat masih di bangku sekolah-kuliah. Sama halnya dengan laki-laki.

Banyak dari kita tidak diajarkan bagaimana menghadapi kedewasaan dan dibekali menghadapi tanggung jawab usia dewasa. Saat masa bersenang-senang ternyata telah berakhir. Yang tersisa dari kehidupan terkadang hanyalah perasaan cemas dan gamang.

Kondisi kebanyakan perempuan hari ini tak banyak dialami oleh ibu dan nenek kita dahulu. Mereka dinikahkan selagi muda. Menjadi ibu rumah tangga, menjaga anak, dan cukup di rumah saat usia mereka masih sangat remaja atau muda. Seringkali tak bersekolah atau hanya sampai sekolah dasar atau menengah saja. Lalu kehidupan yang mereka jalani cukup dengan bersikap baik terhadap suami dan puas dengan kehidupan monoton yang mereka alami asalkan laki-laki yang mereka nikahi bertanggung jawab.

Tapi sekarang, perempuan makin bebas melakukan sesuatu. Kian menuntut perihal kualitas hidup dan diberi kemudahan dalam hidup oleh orang tua mereka. Disekolahkan sangat tinggi. Selalu dimanja dengan uang dan pola hidup nyaman. Melihat dunia yang penuh dengan kemudahan dan kemewahan di sana sini. Tapi orang tua mereka lupa mengajari anak-anaknya kenyataan hidup usia dewasa.

Setelah para laki-laki tak siap menghadapi kenyataan dunia modern yang serba dinilai dengan uang. Serba menuntut. Tak siap bekerja keras. Lalu mundur menjadi pecundang di balik kamarnya masing-masing. Sebagian perempuan hari ini mengalami hal yang serupa.

Mereka tak siap untuk menikah muda. Tak mendapatkan kondisi yang cocok bagi khayalan-khayalan mereka. Lalu terjatuh dalam kegundahan dan terkadang juga depresi.

Ada di antara meraka yang berharap mendapatkan seorang laki-laki makmur dan baik hati yang akan menikahi mereka dan mengentaskan mereka dari derita hidup. Sayangnya, laki-laki yang mereka harapan sekarang ini juga tengah depresi dan berstatus pengangguran. Itulah kenapa, banyak perempuan hari ini harus rela berpacaran dengan para laki-laki pengangguran yang tak mau berubah. Karana mereka hidup di masa yang sama. Gaya hidup dan masalah hidup yang mereka alami pastinya hampir mirip.

Untuk menjadi perempuan mandiri dan kuat terhadap suka duka kehidupan. Para perempuan modern telah mengalami hanyak hal yang nyaris meremukkan hidup mereka. Untuk mencapai posisi keamanan finansial dan pekerjaan yang layak. Mereka telah melakukan banyak hal dan bersakit-sakitan untuk mencapai hal itu.

Belum lagi mereka dituntut untuk selalu cantik dan mengikuti aturan limgkungan bekerja. Lingkungan rumah dan masyarakat.

Untuk bisa memiliki kendaraan sendiri. Membeli tanah sendiri. Membeli atau membangun rumah sendiri. Atau membeli hal-hal yang disenangi. Mereka harus bekerja keras siang dan malam dalam lingkungan yang toxic atau kondisi kerja yang penuh dengan tekanan emosional.

Tapi sebelum bisa mencapai semua itu. Mereka harus bergulat dulu dengan lowongan kerja yang syaratnya sangat di luar akal sehat. Para pencari kerja lainnya yang jumlahnya sangat di luar prediksi. Atau berusaha membangun usaha sendiri dan bawah dan sekuat tenaga bertahan dari keadaan jatuh bangun yang tak sedikit.

Semakin modern dan berpendidikan tinggi. Makin menderitalah perempuan. Menderita oleh kebebasan dan pencarian kekayaan yang mereka dambakan.

Apa yang dirasakan oleh perempuan hari ini, saat mereka sudah mencoba berbagai macam hal. Melamar pekerjaan di sana sini. Segala upaya telah dilakukan. Umur kian menua. Tapi kondisi masih menganggur. Perasaan menyedihkan macam apa yang mereka alami?

Tak lagi bisa makan enak. Tak lagi bisa jajan sepuas hati. Semuanya menjadi serba terbatas dan uang sisa yang sedikit harus mati-matian diatur sedemikian rupa.

Terlebih, pasangan hidup yang cocok tak kunjung didapatkan. Merasa letih dengan hidup. Tak percaya diri. Dunia modern yang menawarkan khayalan akan kemewahan dan perasaan enak dan nyaman telah menghancurkan pera perempuan dewasa ini. .

Bagaimana rasanya menjadi perempuan yang menganggur, tak memiliki uang dan gagal dalam percintaan?

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ