SAAT ORANG BIASA LEBIH KAYA DARIPADA PARA PEMIKIR DAN SASTRAWAN

54 3 0
                                    

Orang biasa tidak banyak memikirkan idealisme, konsep moral yamg terlalu rumit, tidak terjebak pada gagasan untuk membahagiakan banyak orang, jauh dari dunia politik yang menuntut, tak memikirkan larangan agama terlalu dalam, dan tak banyak peduli dengan dunia di luar keluarga, anak-anak, dan dirinya sendiri.

Itulah sebabnya, banyak dari mereka lebih cenderung memilih fokus bekerja sedari muda tanpa perlu memikirkan hal-hal yang dipusingkan para aktivis gerakan dan kaum intelektual. Banyak dari mereka menjadi makmur secara ekonomi walau tingkat pendidikan mereka rendah dan koneksi bisnis mereka tak banyak pada awalnya.

Pengalaman mereka dalam bekerja, membuka usaha, atau di bawah orang lain selama bertahun-tahun, membuat sebagian mereka, para pekerja keras dan selalu ingin belajar, terkadang mendapatkan kesempatan tak terduga saat bertemu orang yang tepat. Yang membuat kehidupan mereka berubah seketika.

Mereka cenderung tidak ambil pusing mengenai jenis pekerjaan mereka yang bermasalah dari segi intelektual dan filosofis. Mereka tak berpikir banyak mengenai apa yang dikerjakan oleh mereka. Mereka hanya percaya apa yang mereka kerjalan adalah baik dan halal. Mereka membentengi diri dengan baik dengan membuat kesadaran palsu bahwa pekerjaan yang mereka jalani baik, halal, dan tak merugikan orang lain. Mereka memercayai itu semua lalu bekerja dengan lebih keras dan berdedikasi.

Pikiran filosofis dan kritik diri yang dalam dalam akan cenderung mengganggu pekerjaan orang-orang biasa. Mereka hanya perlu yakin apa yang mereka kerjakan baik dan benar. Lalu bekerja dan bekerja.

Di lain sisi, kaum terpelajar, para mahasiswa, berbagai jenis aktivis dan relawan sosial, dan para intelektual (dari penyair, sastrawan, filsuf, sampai akademisi kaku), terpenjara oleh idealisme mereka sendiri. Mereka terlilit oleh konsep moral dan kemanusiaan yang mereka pegang saat masih muda. Apalagi jika seseorang sudah terlanjur dikenal publik luas sebagai tokoh dan orang yang dikenal menjunjung tinggi nilai moral dan keadilan. Maka, tekanan untuk terus menerus mempertahankan citra diri sebagai orang yang baik dan lurus sangatlah tinggi.

Mereka harus berpikir lebih banyak mengenai pekerjaan yang mereka ambil. Apakah sumber uang yang mereka dapat dari sumber yang baik atau tidak. Dan terbatasi secara besar-besaran perihal apa saja yang akan membuat mereka makmur karena nyaris semua sumber ekonomi buruk secara intelektual dan filosofis.

Jika orang-orang yang terjebak dengan konsep moral ini berkumpul bersama, menjadi satu ikatan perasaan saling menyokong, dan mereka semua cenderung memiliki tingkat ekonomi rendah. Mereka akan merasa nyaman saat mengetahui bahwa orang-orang di sekeliling mereka tingkat ekonominya sama. Mereka dininabobokan oleh lingkungan nyaman itu dan menjadi enggan untuk mencari kemakmuran.

Beberapa dari orang-orang itu akan menjadi mahasiswa tua yang nyaris malas untuk bekerja. Sedangkan yang lainnya menua dalam kemiskinan.

Ada yang dininabobokan oleh perasaan memiliki daya intelektual tinggi dari orang pada umumnya. Puas dengan diri sendiri. Merasa istimewa. Membuat banyak dari mereka memandang kekayaan dan orang-orang kaya adalah aib. Hal yang menjijikkan. Sesuatu yang mereka benci. Mereka cenderung sinis terhadap kemakmuran orang lain. Menganggap orang-orang kaya bodoh dan tak berotak. Orang-orang kaya adalah cerminan dari iblis yang rakus dan kejam.

Itulah yang membuat mereka berhenti. Mereka membenci kekayaan. Lalu memilih miskin secara bersama-sama. Demi perasaan istimewa dan terpanggil mereka untuk melindungi orang banyak. Demi rasa keadilan mereka yang begitu besar. Demi menjaga sikap mereka terhadap nilai yang mereka pegang selama ini.

Mereka memilih miskin dan dimiskinkan oleh tekanan lingkungan yang mereka pilih. Jika kelak mereka berubah menjadi pedagang, pengusaha, politisi, atau bergerak menuju kekayaaan. Teman-teman dan kenalan di sekeliling mereka akan menatap tajam dan sinis. Mereka akan dicap sebagai pengkhianat hanya karena mengejar kekayaan. Apalagi jika membangun ekonomi dengan standar moral yang tak lagi tinggi. Tekanannya semakin besar dan tak menyenangkan.

Menjaga citra diri sebagai orang baik dengan moral tinggi, ternyata telah menjerat banyak orang selama ini dan membuat mereka tak bisa lepas dari kemiskinan kelompok yang mereka pilih dengan sadar atau di bawah tatapan tekanan moral bersama.

Inilah yang membuat orang baik cenderung miskin dan ekonominya tak sebaik orang-orang biasa pada umumnya. Apalagi orang-orang yang cenderung baik ini tak dianggap oleh masyarakat yang mereka bela dan coba lindungi. Inilah alasan kenapa, sebuah negara diisi oleh para pejabat yang jahat dan masyarakat yang tak kalah jahatnya. Mereka lebih menghargai uang daripada kebaikan antara sesama.

Di sisi yang berbeda, ada orang terpelajar dan kaum intelektual yang menganggap kekayaan itu perlu dan baik untuk dimiliki. Mereka mampu beradaptasi dengan kecenderungan zaman dan tak terbebani dengan kutukan moral yang terlalu ketat yang memaksa sebagian dari kaum intelektual itu terjebak dalam kemiskinan. Mereka seperti orang biasa pada umumnya, yang memutuskan membuat kesadaran palsu demi diri mereka sendiri agar apa yang mereka kerjakan tidak terbentur dengan prinsip moral dan filosofis yang begitu ketat.

Mereka masuk ke pemerintahan. Menjadi pengusaha. Menjadi politikus. Masuk ke dalam sistem kepartaian. Dan mengejar kekayaan seperti kebanyakan orang lain.

Mereka pun menjadi makmur tanpa harus melepas buku-buku yang mereka sukai dan tentu saja, mereka masih bisa merasa menjadi hakim yang adil, politisi yang bijak, atau pengusaha yang merakyat.

Padahal usaha mereka menggusur lahan banyak orang. Dan partai yang mereka masuki berisi kasus-kasus korupsi yang besar.

Bagaimana seseorang berpikir terhadap dirinya dan apa yang dikerjakannya, menentukan masa depan keuangan dan ekonomi mereka. Entah itu kesadaran palsu atau bukan. Dan tentu saja, sebuah lingkungan yang tepat yang saling menguatkan dan mendukung.

Sebuah lingkungan yang mendorong untuk maju mengambil kemakmuran atau lingkungan yang membuat orang nyaman dengan kemiskinan mereka.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITAWhere stories live. Discover now