MENOLAK MENJADI GENERASI SAPI PERAH: KESEPAKATAN ANTARA ANAK DAN ORANG TUANY

46 4 0
                                    

Aku pernah berkata kepada kedua orang tuaku bahwa aku tak pernah minta dilahirkan dan berakhir mengalami masalah emosional semacam ini. Bahkan jika kelak aku mati, entah karena sakit atau bunuh diri. Semua itu adalah pilihanku.

Aku memberi mereka pilihan hidup dan bagaimana aku juga memilih kehidupanku. Apa yang harus mereka jalani. Apa yang harus aku jalani. Jika mereka berdua tidak bisa membantuku. Biarkan aku membantu diriku sendiri. Dan jangan pernah memberiku tanggung jawab dan hal-hal yang bukan jadi tanggung jawabku.

Aku akan mencari uangku sendiri. Aku tak butuh warisan. Aku bisa berdiri sendiri sambil mengobati satu persatu masalah emosional yang aku miliki.

Dunia yang aku jalani semenjak kecil memaksa aku menjadi sangat mandiri. Saat banyak orang di luar sana, masih begitu takut keluar dari rumah orang tuanya masing-masing.

Lebih dari 18 tahun jauh dari keluarga. Sejak masih sekolah. Nyaris tanpa ada support system keluarga sama sekali. Kecuali hanya uang untuk sekolah dan kuliah saja. Selebihnya, semua harus aku lakukan seorang diri.

Jika aku sakit, aku harus mengurus diriku sendiri selama 18 tahun di perantauan. Jika aku kesepian, aku harus mengurus diriku sendiri. Jika aku kecelakaan, aku juga harus bisa mengurus diriku sendiri. Jika kelaparan dan lagi tak banyak uang, aku harus bisa memasak. Jika kondisi kejiwaanku sangat buruk bahkan di saat aku masih sekolah. Aku harus mengurus semuanya nyaris sendirian.

Aku bilang kepada mereka, kalian masih sehat. Masih waras. Kalian harus mencari uang kalian sendiri. Jangan gantungkan ekonomi kalian ke anak-anak kalian. Anak-anak kalian tak pernah minta dilahirkan. Jangan diberi beban yang tak perlu. Setidaknya mereka masih hidup itu sudah cukup. Kalianlah yang berani melahirkan mereka. Maka itu tanggung jawab kalian.

Jika kalian menderita maka itu pilihan kalian. Kalian bisa hidup makmur sekali jika kalian sejak dulu mengikuti apa yang aku sarankan. Tapi kalian tak punya sikap tegas terhadap diri kalian sendiri. Yaudah, nikmatin saja. Penderitaan dan kemakmuran kalian adalah pilihan kalian sendiri.

Ingat, kalian kelak akan sakit. Jika terus seperti ini, bagaimana nanti? Aku tak akan membantu kalian nanti karena aku sudah beberapa kali mencoba membantu tapi tak pernah berubah. Masih ada rumah. Besok jual saja rumahnya. Aku angkat tangan.

Jika kalian ingin makmur lagi seperti dulu. Ikuti apa yang aku anjurkan. Solusi sudah ada di depan mata. Tapi kalian berdua tak pernah berani dan serius mau melakukannya.

Penderitaan kalian adalah pilihan kalian sendiri. Bukan anak-anak kalian. Saat ada kesempatan menjadi lebih baik dan kalian tak mau mengambilnya. Kelak kalian harus berani menghadapinya sendiri.

Jangan pernah minta uang kecuali hal-hal penting atau mendadak sakit parah. Selama masih hidup dan bisa bekerja. Bekerjalah. Cari uang kalian sendiri. Jangan pernah meminta-minta ke anak-anak kalian. Jangan pernah bilang anak durhaka dan sebagainya karena semua anak yang kalian lahirkan tak pernah minta dilahirkan. Kalianlah yang memutuskan mereka lahir. Bukan kami yang memutuskan untuk lahir dan menjadi anak kalian.

Mungkin, tak banyak anak di dunia ini yang berani berkata jujur semacam itu di depan kedua orang tuanya masing-masing. Dan aku melakukannya. Bertahun-tahun yang lalu. Itulah sebabnya, aku tak dibebani tanggung jawab orang tua. Menjadi generasi sandwich. Harus menanggung biaya hidup saudara-saudaraku. Dan merasa tertekan harus membiayai kehidupan ke dua orang tuaku juga.

Itu adalah kesepakatan antara anak dan kedua orang tuanya. Kesepakatan yang jarang berani diambil oleh orang-orang lainnya, yang kini terjebak oleh rasa tanggung jawab terhadap kedua orang tua dan adik-adiknya. Takut dianggap durhaka. Dan sederet ketakutan lainnya sehingga membuat seseorang tak benar-benar menikmati masa-masa mereka bekerja, menghasilkan uang dan bersenang-senang untuk diri sendiri.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITAWhere stories live. Discover now