BELAJAR MENJADI NORMAL

272 24 2
                                    

Menentang arus, tak selalu baik untuk kesehatan jiwa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Menentang arus, tak selalu baik untuk kesehatan jiwa. Bahkan, jika itu membela kebenaran. Atau, menjadi adil dan baik di masyarakat.

Saat masyarakat itu sendiri, menganggap kebaikan dan kebenaran adahal hal yang tidak wajar atau abnormal.

Agar hidup lebih aman, nyaman, dan berbahagia. Hidup lebih normal dan selaras dengan orang lain, sangat diperlukan.

Apalagi, hidup di tengah masyarakat. Menjadi sangat berbeda, dalam nilai, idealisme, dan tata cara hidup, akan sangat mengganggu kejiwaan kita.

Aku sendiri, sekarang mencoba hidup agak normal. Seperti orang kebanyakan.

Membeli burung untuk hiburan, terapi, dan hubungan sosial. Hasilnya, aku bisa lebih dekat dengan masyarakat sekitar yang sangat menyukai burung.

Memenjara burung di dalam sangkar untuk kepuasan pribadi, memang kejam untuk sebagian orang. Tapi, bagi sebagian lainnya, itu menyenangkan.

Dan ternyata, memang menyenangkan. Hidup di atas penderitaan makhluk lainnya.

Kenormalan lainnya adalah dalam hal konsumsi atau berbelanja.

Sekarang, apa pun yang bisa dibeli, tinggal dibeli. Tak perlu berpikir mengenai dampaknya bagi orang lain. Hasilnya, jiwa jauh lebih tenang dan pikiran lebih sehat.

Apakah beras yang dibeli hasil dari petani miskin? Apakah sampo yang dipakai berbahaya bagi kehidupan lainnya? Apakah ayam yang dimakan diternak dengan kejam? Dan setiap hari, selalu ada bungkus plastik saat berbelanja baik online dan di toko terdekat. Tidakkah itu buruk bagi laut dan lingkungan sekitar?

Dan banyak lainnya lagi.

Saat sudah tak lagi memikirkan itu. Menjadi normal. Hidup akan lebih tenang. Dampak dan kerusakannya biarkan saja. Masa bodoh. Biar itu urusan orang lain. Maka, aku bisa membeli ini dan itu sesuka hati. Bungkus plastik ini dan itu. Biarkan saja. Ikuti arus saja. Saat orang-orang juga melakukan hal yang sama.

Dalam hal keuangan dan mencari penghasilan. Ikuti saja arus umum yang sudah dilakukan banyak orang dan disepakati bersama dalam masyarakat.

Yang penting berhasil, menjadi makmur dan kaya. Entah dari mana dapatnya. Pencarian kekayaan, tak perlu lagi dipikirkan secara agama dan moral.

Dalam masyarakat yang menganggap kekayaan dan kemakmuran berstatus sosial tinggi. Dan memang mengejar hal itu. Menjadi makmur, sangat begitu dipandang di publik luas. Baik oleh tetangga dan lainnya.

Para pemimpin perusahaan saja, pastinya sebagian kekayaannya hasil dari kekejaman dan ketidakpedulian. Begitu juga politisi dan ketua RT. Toh, masyarakat malah menyukai dan mendambakannya. Juga, mencari uang lebih mudah saat sudah tak lagi sibuk memikirkan dosa dan nasib orang lain.

Mencari uang semacam itu, lebih bebas dan terhindar dari perasaan bersalah yang tidak perlu.

Intinya, menjadi normal. Ikuti arus saja. Melakukan hal yang sama dilakukan oleh masyarakat kebanyakan.

Atau malah, ikut serta dalam ajang pembullyan yang akhir-akhir ini populer di media sosial. Bisa jadi, hal yang semacam itu juga terapi.

Soal makan dan isi piring kita. Tak perlu banyak berpikir. Apakah memakan ayam itu kejam? Apakah memanggang babi itu sadis? Apakah memasak ikan-ikan itu tak berperasaan?

Abaikan itu. Tinggal makan saja. Beres. Kenyang. Seperti kebanyakan orang lain.

Juga, fokus untuk hidup makmur dan aman dulu. Dari pada berdemontrasi, membela kebenaran, terlibat dalam urusan politik sampai dipenjara, dan bahkan terjerumus menjadi aktivis.

Kegiatan-kegiatan semacam itu sedikit yang melakukannya. Orang normal kebanyakan, jelas tak melakukannya. Lalu buat apa melakukannya dan membuat diri tertekan dan hidup tak nyaman?

Menjadi intelektual. Menjadi sangat pintar. Dan berinovasi. Boleh. Asal hidup bahagia dan makmur. Tapi kalau hidup menderita? Ya tinggalkan saja.

Lagian, intelektual atau cendikiawan bukanlah hal normal dan wajar. Hanya sedikit orang yang menjadi bagian darinya. Menjadi seniman, sastrawan, dan akademisi, juga tak banyak.

Menjadi orang normal kebanyakan dan makmur secara finansial, sudah cukup untuk hidup nyaman dan berbahagia dalam taraf tertentu.

Intinya, hidup lebih normal dan menjadi bagian dari masyarakat, ternyata memiliki rasa aman dan kemudahan tersendiri.

Hidup jadi lebih mudah. Dan pikiran serta perasaan jauh lebih tenang dan damai.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITAWhere stories live. Discover now