GENERASI YANG KITA CIPTAKAN BERSAMA

29 3 0
                                    

Betapa banyaknya kasus bunuh diri, pembunuhan, pemerkosaan, kekerasaan, pembulian, depresi, gangguan kejiwaan, kemarahan massal di antara para remaja, pencurian, kriminalitas dan kenakalan anak-anak dan remaja adalah warisan dari generasiku. Generasi yang hari ini berumur di antara 25-40an tahun.

Mereka yang menikah di usia muda, antara 16-25 tahun, lalu kini berumur 30-40an, yang tengah memiliki anak usia sekolah dasar dan menengah. Mereka telah menciptakan satu atau dua generasi yang akan merasakan rasa sakit yang lebih parah dariku.

Seorang laki-laki yang mengidap bipolar dan kebosanan kronis lebih dari 15 tahun. Yang masih hidup nyaman karena orang tuanya tidak bercerai. Yang masih aman karena dilahirkan dari keluarga yang agak tradisional dengan kasih sayang mereka yang berjarak. Yang membuat anak-anak mereka sakit karena tidak dimengerti. Tapi setidaknya, dunia keluarga tidak separah dunia keluarga pasangan muda hari ini.

Hari ini, banyak sekali anak lahir dari kemiskinan orang tua yang sangat berbahaya karena sekeliling berisi orang-orang makmur dan kaya. Para orang tua yang bercerai setelah menikah baru beberapa tahun saja. Para pengidap gangguan jiwa yang langsung menikah tanpa berpikir panjang dan langsung membuat anak. Orang-orang yang terlanjur sakit fisik dan kejiwaan sehingga kehilangan kemampuan untuk menjalani hidup dan bekerja keras tapi berani memiliki anak. Orang-orang yang tak puas dengan kehidupan lalu dengan cepat memiliki anak. Orang-orang yang tak sadar dengan kemampuan diri sendiri lalu membuat anak. Orang-orang yang gagal berhubungan baik dengan orang lain dan mengidap krisi kepercayaan terhadap orang lalu membuat anak.

Apa yang diharapkan dari anak-anak yang dilahirkan dari keluarga yang berisi laki-laki dan perempuan yang semacam itu?

Kita semua sudah melihat hasilnya. Berbagai macam kasus bunuh diri dan pemerkosaan mulai bergerak ke usia yang lebih dini. Perilaku cabul, menjadi perusak rumah tangga orang, sifat kejam, dan depresi semakin memenuhi anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun.

Kenapa mereka begitu cepat mengalami masalah-masalah sosial dan psikologis yang harusnya dialami orang dewasa?

Karena sejak lahir, berbagai macam anak itu langsung terpapar oleh keburukan-keburukan yang dibawa, dibiarkan, diajarkan, dan telah jadi budaya bersama, baik generasiku atau generasi yang lebih tua.

Terpapar terus menerus budaya buruk dari orang tua buruk dan lingkungan yang buruk membuat anak-anak menjadi rusak lebih cepat.

Konten game yang toxic. Komunikasi sosial yang buruk dan toxic. Pamer kekayaan yang membuat depresi. Perceraian di mana-mana. Kekerasan dan korupsi. Konten seksual dan pornografi. Pembulian dan saling menjelekkan. Dan berbagai media jutnalistik yang mengabarkan berita bohong dan adu domba. Semua itu adalah budaya yang dilahirkan oleh generasiku dan beberapa generasi yang lebih tua. Termasuk generasi kedua orang tuaku.

Semua keburukan ini, ditambah banyak keburukan lainnya, langsung dijejalkan dengan sempurna secara besar-besaran kepada anak-anak yang lahir di tahun 2000-an.

Maka meledaklah kegilaan anak-anak kecil dan remaja. Mereka dipaksa menjadi dewasa lebih cepat. Menjadi sakit lebih cepat. Menjadi mesum lebih cepat. Menjadi pemarah lebih cepat. Oleh siapa? Tentu saja oleh orang tua mereka dan kakek nenek mereka masing-masing.

Merekalah yang bertanggung jawab terhadap ledakan rasa sakit dan kemarahan massal generasi hari ini.

Mereka semua adalah orang-orang yang hidup satu generasi denganku. Yang mengidap gangguan kejiwaan. Memiliki krisis emosional yang parah. Yang merasa muak dengan pekerjaan mereka. Yang merasa bosan dengan hidup sehari-hari yang monoton. Yang tak puas dengan diri sendiri. Yang selalu iri dengan hidup orang lain. Yang gagal memperbaiki keretakan hubungan sosial di sana sini. Yang cemas setiap hari. Yang merasa tak pernah stabil dan yakin akan masa depan. Yang mengalami begitu hanyak derita hidup dan trauma.

Mereka semua tak berkaca terhadap diri sendiri lalu dengan berani menikah dan memiliki anak. Lalu, terciptalah generasi baru yang lahir dari generasiku.

Sebuah generasi yang membawa budaya baru yang lebih beracun dan sangat gamang. Anak-anak yang dilahirkan oleh mereka yang satu generasi denganku, ditaruh dalam lingkungan dan budaya baru semacam itu. Budaya yang memang sejak awal sangat buruk yang akan membuat siapa saja yang lahir di dalamnya akan mengalami rasa sakit yang tak terbayangkan.

Lihatlah generasiku. Mereka gagal dalam banyak hal. Sama gagalnya dengan para orang tua mereka yang sekarang berumur di antara 50-70an tahun. Kenapa, generasiku yang sangat sadar bahwa diri mereka gagal dan mengidap banyak trauma psikologis masih saja berani memiliki anak?

Kadang, aku merasa kasihan kepada mereka yang lahir di abad ini. Hidup mereka akan jauh lebih mengerikan daripada mereka yang satu generasi denganku. Mereka tak pernah minta dilahirkan. Mereka dilahirkan di lingkungan sosial yang buruk dengan kebanyakan orang tua yang buruk. Dengan keamanan emosional dan ekonomi yang buruk. Lalu dihujat di sana sini oleh para orang tua mereka sendiri.

Sungguh menyedihkan sekali nasib mereka. Menderita kemiskinan lebih awal. Merasa iri lebih awal. Dibebani tanggung jawab ekonomi keluarga lebih awal. Dianak tirikan lebih awal. Tak disayang lebih awal. Ditinggalkan orang tua lebih awal. Dan mengalami begitu banyaknya penderitaan emosional lebih awal.

Parahnya lagi, mereka yang lahir di atas tahun 2000-an, sedang berada di tengah-tengah kebangkitan komunitas LGBT di mana-mana. Mereka yang ada di generasiku, beberapa dari mereka sudah nyaman menjadi gay, predator seksual, transgender, lesbian, biseks dan lain sebagainya di saat ledakan tuntutan komunitas LGBT tak seburuk seperti saat ini.

Apa yang akan terjadi pada anak-anak kelahiran di atas 2000-an dan anak-anak yang lahir dari orang tua generasi Z?

Apakah sebagian dari mereka kelak akan cenderung menyimpang sejak dini? Menjadi penganut LGBT sedari kecil?

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITAOnde histórias criam vida. Descubra agora