ORANG TERPELAJAR YANG GILA DAN BERPENYAKIT

203 23 0
                                    

Siapa yang bisa kita percaya sebagai teladan dalam dunia psikologi dan terapi, saat para orang terpelajar dan yang beragama, juga gila dan berpenyakit?

Mereka yang hidup di dunia percetakan, yang sangat dekat dengan buku-buku. Hidupnya juga sangat tak tenang, penuh dengan cemas, dan seringkali, gaya hidupnya sangat berantakan, yang mendorong penyakit fisik di kemudian hari.

Yang menjual buku dan menerbitkan buku, juga sama saja. Hidup dalam ketidakpuasan terus-menerus. Penuh ketegangan. Dengan ambisi yang kadang tak normal dan mengerikan. Dan selalu dalam ketegangan antara kecemasan hari ini dan akan datang.

Para aktivis, akademisi, intelektual, politikus, negarawan, dan banyaknya lulusan universitas, kebanyakan dari mereka hidup tak bahagia dan penuh kebohongan diri. Diselimuti ketidakpuasaan terhadap banyak hal dan ambisi hidup yang menggerogoti diri. Padahal harusnya mereka menjadi bijaksana dan hidup damai. Tapi nyatanya tidak. Setiap hari hanya lari dari kenyataan hidup.

Kebahagiaan sedikit ada, saat tengah melupakan masalah orang lain. Dan sejenak melupakan kenyataan diri sendiri.

Semakin banyak orang terpelajar yang membaca buku dan lulus dari universitas. Semakin banyak orang gila, rapuh secara kejiwaan dan berpenyakit fisik.

Kian banyak penerbit menerbitkan buku dan penulis membuat buku-buku baru. Orang-orang gila baru juga bertambah dan mereka yang tidak puas dengan hidupnya semakin banyak.

Begitu banyaknya buku psikologi populer dicetak guna membantu kehidupan orang-orang hari ini. Menandakan kejiwaan perorangan dalam masyarakat luas yang kian kosong dan hampa.

Bahkan saat buku-buku psikologi populer dengan kiat membantu kehidupan kejiwaan sehari-hari itu dicetak berulang-ulang. Dan buku-buku baru mengenai tema itu diterbitkan lagi dan lagi tiap tahunnya. Orang-orang gila baru dan berpenyakitan masih saja bertambah.

Saat orang terpelajar yang lulus universitas banyak yang gila dan tak mampu menjaga tubuhnya sendiri. Mereka yang menerbitkan buku-buku dan hidup dalam tumpukan buku-buku juga hidup tak tenang dan menderita sakit parah sampai dibawa ke rumah sakit. Bahkan sebagian mati di sana.

Apa yang bisa kita harapkan dari sebuah dunia yang orang awam dan terpelajarnya sama-sama gila dan berpenyakit?

Saat para terapis juga hidupnya hampa. Dan para dokter pun sebenarnya sudah malas dengan pekerjaannya dan terpaksa melanjutkannya karena dipaksa oleh kehidupan. Dan, saat orang terpelajar yang kaya raya dan sukses, juga memiliki kehidupan lain yang penuh frustasi, kecemasan yang menakutkan, dan depresi yang datang dan pergi.

Siapa yang bisa dijadikan teladan dalam kasus hidup bahagia dan jiwa yang tenang?

Saat orang-orang beragama di sekitar kita sendiri banyak sekali yang mengidap gangguan kejiwaan, dan tokoh agama yang baik malah dibenci dan meninggal satu persatu. Yang tersisa adalah tokoh agama yang hidupnya kacau, tak tenang, penuh provokasi, dan nyaris tak bisa memahami diri sendiri. Apa yang bisa kita lakukan? Siapa yang akan membantu kesembuhan kita?

Terlebih, saat semua orang menjadi lebih egois dan tak lagi peduli dengan penderitaan orang lain. Dan semakin terpelajarnya seseorang, semakin bermasalah orang itu.

Orang-orang pintar pun kian gila dan terlihat tak lagi peduli. Sebagian mereka menerbitkan buku-buku. Yang dibaca oleh orang-orang gila baru yang nanti juga akan menerbitkan buku-buku.

Dan para guru pun, merasa tak cukup dengan kehidupannya dan merasa kurang.

Guru yang pengertian pun kian langka. Dan anak-anak kecil dan remaja yang tersisih dari kasih sayang keluarga. Akhirnya dididik oleh guru-guru yang tak puas dengan kehidupannya sendiri.

Lalu berkuliah dengan dosen-dosen yang tidak bahagia dengan hidupnya. Dan bekerja dengan para bos yang hancur secara kejiwaan dan rumah tangga.

Ia pun hidup di sebuah negara dengan presiden yang terlihat depresi dan tak becus melakukan apa pun. Tak peduli dengan perkembangan psikologi, membiarkan orang saling membunuh dan mengancam.

Dan semua orang terpelajar, lebih suka mengejar keamanan finansial dari pada keamanan psikologis dan begitu enggan dalam mendorong perkembangan dunia psikologi secara luas.

Lalu, apa yang bisa kita pegang dari orang-orang terpelajar yang gila dan berpenyakit?

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang