TENGGELAM DALAM TUMPUKAN HOBI

50 3 2
                                    

Game dan alat gaming sekarang berubah menjadi kebutuhan hidup, candu kesenangan, terapi psikologis, dan bahkan tanda dari masyarakat yang gelisah, tak bahagia, kehilangan kemampuan untuk terhubung dengan orang lain, dan merasa tak pernah aman dengan masa depan yang serba penuh rasa sakit, kesepian, perasaan terasing dan tak dimengerti, dan tentu saja, saat kekayaan hanya sekadar membuat seseorang kembali meneruskan hidup seperti biasanya.

Kehidupan yang membosankan dan nyaris sama setiap harinya.

Untuk mempertahankan hidup yang membosankan dan nyaris sama setiap harinya. Yang tak bisa diobati oleh pasangan dan anak-anak.

Banyak orang kini tenggelam dalam hobinya masing-masing. Berbagai hobi yang dahulu hanya menjadi bagian dari pelepas lelah setelah bekerja dan untuk sekadar bersenang-senang kini berubah menjadi terapi psikologis dari kehidupan yang memuakkan dan sangat menyakitkan untuk dijalani.

Jadi tak heran, kini banyak orang begitu sangat tenggelam dalam kegiatan memancing, memelihara burung, merawat kucing, bersepeda, dan membeli barang hobi yang serba mahal seperti figure-figure yang bagi orang awam sangat tak berguna dan berbagai motor dan mobil mahal yang bahkan jarang sekali dipakai.

Hancurnya nilai pertemanan, kegagalan kita terhubung dengan orang lain, trauma emosional yang terlalu menumpuk, dan rusaknya penghargaam terhadap nilai hubungan dengan orang lain. Membuat banyak kita semakin surut dari kehidupan sosial dan memilih menyendiri lalu dengan uang hasil dari bekerja yang melelahkan itu, kita mencoba menghibur diri kita sendiri dengan berbagai macam hiburan murah sampai yang paling mahal. Lalu menumpuk berbagai macam benda kesukaan di kamar kita yang ternyata, tak pernah bisa memuaskan perasaan kita yang sudah terlanjur kehilangan kemampuan terhubung dengan orang lain.

Kita semakin kehilangan teman di dunia nyata dan parahnya, juga di media sosial. Merasa sendirian di dunia ini bahkan saat memiliki pasangan dan keluarga. Lalu melampiaskan perasaan frustasi dan beratnya hidup  dengan terus-menerus membeli barang-barang yang kita sukai dan kiat anggap mampu meredam kegelisahan, kecemasan, dan perasaan kosong kita dari hidup yang terasa begitu panjang.

Kita terus menumpuk barang hobi di kamar kita tapi lupa untuk memberi arti dan makna baru bagi hubungan sosial kita. Kita tak lagi peduli dengan teman dekat kita. Merasa bisa berdiri sendiri. Tak tertarik terlibat dengan orang lain. Dan tak lagi menghargai nilai pertemanan dan ikatan sosial. Kita tercerabut dari dunia sosial kehidupan sehari-hari kita yang rapuh lalu menenggelamkan diri dalam dunia hobi, yang ternyata, itu hanya sekedar menunda kondisi kita yang kian memburuk dan tak pernah benar-benar mengobatinya.

Abad gaming yang meledak dan menjamurnya beragam acara yang berkaitan dengan hobi, selain diwarnai dengan munculnya kemungkinan pertemanan baru dan hubungan baru dalam pertemuan virtual dan nyata. Juga, menandai hancurnya hubungan sosial dan pertemanan di dunia nyata itu sendiri.

Itu juga berarti, datangnya kondisi mental yang kian memburuk di antara orang-orang yang tak bisa menghibur dirinya sendiri dengan hal-hal yang disukai.

Saat teman, keluarga, orang tua, pasangan, dan anak-anak tak lagi bisa menghibur secara utuh kondisi emosional kita yang mengambang. Kita membutuhkan terus-menerus asupan benda-benda hobi yang mampu sedikit membuat kita melupakan beratnya hidup di dunia ini. Sedikit melupakan kecemasan kita terhadap hidup yang enggan dijalani. Sedikit melunakkan rasa takut dan tak pasti kita dari masa depan yang nyaris sama saja.

Kita butuh terus tenggelam ke dalam dunia hobi kita dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kesenangan-kesenangan yang ada di dalamnya. Sampai sebagian dari orang-orang di masa kita, melupakan keluarga mereka, ekonomi mereka, tak lagi ingin bekerja, dan jatuh dalam kesenangan yang tak lagi berkaitan dengan tanggung jawab moral dan tuntutan keluarga.

Sisanya yang lain, terus-menerus bekerja setiap harinya hanya demi membeli barang-barang candu yang mereka namai sebagai hobi.

Dan apa yang terjadi kepada mereka yang tak mampu membeli hal-hal yang mereka sukai? Beberapa di antara mereka pun marah terhadap orang-orang yang bisa membeli barang-barang hobi yang sama dengan yang mereka suka. Mereka marah, iri, dan benci karena bagi mereka, dunia ini menjadi sangat tidak adil dan begitu membuat mereka tertekan. Mereka butuh barang-barang hobi itu untuk menekan kegilaan dan rasa sakit hidup yang mereka jalani. Hanya saja, dengan ekonomi mereka saat ini dan gaji mereka yang tak seberapa. Mereka berpikir, kenapa orang lainnya bisa membeli dan menikmati barang-barang itu sementara dirinya tak bisa melakukannya?

Hari ini, saat manusia kehilangan kemampuan terhubung dengan orang lain dan tak lagi bisa menjaga hubungan penting pertemanan dan ikatan sosial. Mereka pun akhirnya terjatuh pada candu benda-benda dan beragam hobi untuk menggantikan berbagai ikatan sosial yang hilang dan retak di sana sini.

Bagi orang-orang kaya dan makmur. Hidup mereka yang buruk dan serba suram sedikit bisa ditekan oleh hal-hal yang mereka sukai. Dan apa pun yang mereka sukai, di abad sekarang ini, biasanya membutuhkan uang yang tak sedikit. Uang yang cukup banyak, membantu mereka sedikit menikmati hidup dan memberi nyawa tambahan dari pikiran bunuh diri yang kadang melintas. Dengan kekayaan dan kemampuan membeli beragam barang dan kegiatan hobi. Mereka mampu sedikit menjadi manusia normal. Tidak hancur total dalam dunia tanpa kesenangan sama sekali.

Dunia yang berisi berbagai macam tekanan dan tanggung jawab dunia orang dewasa beserta kehidupan yang selalu membutuhkan uang.

Tapi bagi mereka yang tak mampu mendapatkannya. Mereka hanya akan jadi penonton aktif dan mendambakan hal-hal yang mereka inginkan tapi tak bisa mereka beli dan miliki. Beberapa orang yang masuk dalam golongan ini, tak kuat dengan tontonan mengenai orang lain yang bisa bersenang-senang dengan apa yang mereka sukai. Lalu rasa sakit itu muncul. Rasa sakit yang datang dari diri yang lemah. Yang merasa gagal di dunia ini. Yang merasa tak memiliki bakat. Yang lahir dari keluarga yang salah. Yang merasa minder karena tak mampu mendapatkan pekerjaan dan gaji yang baik. Yang merasa tak berguna. Dan perasaan rendah diri itu pun meledak dengan emosi yang penuh dengan kebencian, perasaan marah, terluka, dan sakit hati.

Itulah salah satu alasan, kenapa kita melihat kemarahan dan kebencian orang di mana-mana. Perlahan semakin banyak dan umum. Karena jumlah orang makmur dan kaya tak pernah banyak. Maka mereka yang iri dan marah terhadap kekayaan orang lain otomatis menjadi yang terbanyak.

Kita hidup di dunia semacam ini. Saat hobi telah menjadi bagian penting bagi kewarasan manusia sehari-hari. Saat dunia hobi itu tak lagi bisa tersalurkan dengan baik. Perasaan frustasi dan marah menjadi etika dasar kehidupan bermasyarakat.

Dan abad gaming, menjadi bagian dari dunia semacam itu.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang