ENGGAN BEKERJA. SANGAT ENGGAN

85 7 0
                                    

Di tahap usia kita yang entah kapan, kita menghadapi masalah yang cukup sulit dan perasaan tak aman akan diri kita sendiri. Membuat kita sangat enggan untuk bekerja atau secara serius mengerjakan apa saja yang sebenarnya sangat kita butuhkan.

Kita membutuhkan uang untuk membeli atau merawat rumah. Untuk sedikit bersenang-senang. Agar tidak gila. Aman dari kekurangan. Dan melindungi perasaan kita yang sejak awal sudah rentan dan hari ini, kian lesu.

Jika kita menikah, kita butuh uang dari pekerjaan dan usaha yang kita miliki untuk melindungi masa depan keluarga kita. Masa depan, yang rasanya sangat lama dan tak pernah berakhir.

Sepuluh tahun. Dua puluh tahun. Atau malah lima puluh tahun lebih.

Sayangnya, hari ini, kita begitu enggan bangun pagi dan buru-buru berangkat kerja. Kita begitu malas melihat pesanan-pesanan yang menumpuk dari usaha online kita. Bahkan jika pekerjaan itu sangat mudah dan diserahkan ke orang lain untuk mengelolanya. Kita begitu enggan untuk serius dan membuatnya semakin besar dan kokoh.

Pada dasarnya, kita semua ingin berhenti. Tak ingin bekerja sama sekali. Sudah tak ada lagi kenikmatan dari bekerja. Atau malah, pada dasarnya kita ini begitu sangat enggan untuk hidup. Hanya saja kita masih butuh pekerjaan atau usaha yang kita miliki. Agar hidup kita masih nyaman. Agar kita masih bisa membeli apa saja untuk mencekoki perasaan hampa kita.

Kita kehilangan ambisi kita sendiri dalam karir atau membangun usaha yang lebih besar. Kita harusnya bisa sangat sukses dan bisa melakukannya. Harusnya kita sangat bisa. Tapi, tujuan dari bekerja itu sendiri sudah begitu hilang dan kabur. Kita sudah tak merasakan apa pun dalam pekerjaan itu. Kita bosan. Kita muak. Dan kita, ingin menghindar dari segala jenis ikatan-ikatan yang ada di dalamnya.

Andai saja kita ini orang yang sangat kaya raya dan uang kita tak pernah habis bahkan sampai mati. Mungkin hari ini, kita menyerahkan semua pekerjaan kita ke orang lain. Entah pekerjaan itu berhasil atau tidak, kita tak peduli. Lalu kita kabur dari dunia sehari-hari. Bepergian. Tidur sesuka hati. Bermalas-malasan. Tak melakukan apa pun. Sekedar membaca buku. Atau melakukan apa saja yang kita suka tanpa ikatan apa pun.

Kita mungkin sudah lelah terhadap tanggung jawab. Terhadap orang lain atau diri kita sendiri. Kita ingin membebaskan diri kita dari semua itu. Sayangnya, kita tak pernah mampu. Keuangan kita begitu menyeramkan. Tak pernah bisa untuk beberapa tahun ke depan jika kita tidak bekerja sama sekali. Keperluan kita banyak. Tagihan-tagihan kita begitu membludak. Alasan-alasan itu yang membuat kita masih terus mencari uang walau sebenarnya kita tak ingin.

Karena kita tak berani mati. Kita memilih hidup dengan enggan. Kita bekerja dengan enggan. Tak pernah serius. Hanya bekerja untuk melewati hari esok dan esoknya lagi. Kita mengabaikan bakat-bakat kita. Bakat kita menghasilkan uang dan bekerja dengan jauh lebih baik.

Kita mengabaikan kemampuan kita sendiri dan kadang berharap, semua dilema dan kepengecutan kita ini akan segera berakhir. Tapi kenyataannya, hidup masih terus berlanjut. Berlanjut. Dan berlanjut.

Kita tak berani berhenti dan memutuskan diri. Kita terjebak oleh keraguan dan keengganan hidup kita sendiri.

Setiap hari, perasaan cemas dan ragu menjadi satu dengan diri kita saat berada di kantor. Saat bersama klien yang tengah kita bantu. Saat melihat angka-angka dari saham kita yang naik turun. Dan rasanya, tak ingin bertemu dengan atasan atau rekan sekantor. Apalagi harus menghadiri rapat yang jika diperbolehkan, kita tak ingin ada di situ. Sangat tak ingin.

Kita juga sudah enggan dan sangat muak menjadi pemilik. Mengatur ini dan itu. Bertemu dengan banyak orang. Setiap hari harus menyelesaikan masalah orang lain. Bawahan yang tak beres dan segala jenis manusia yang sebenarnya, kita tak ingin berdekatan dengan mereka. Pada dasarnya kita ingin sendirian. Menjauh dari dunia. Tapi pekerjaan yang kita miliki, semua usaha yang kita punya, tak mengijinkan semua itu.

Ah, entah sudah berapa banyak kita menghela napas setiap hari dan pikiran kita melayang-layang entah kemana? Jumlahnya tak terhitung.

Kita bisa menjadi sangat kaya. Bisa mempertahankan usaha-usaha kita. Karir kita bisa sangat bagus dan menanjak cepat. Hanya saja, hari ini dan mungkin seterusnya, kita begitu sangat enggan.

Begitu enggan bekerja dan hanya ingin sekedar tidur dan tak melakukan apa-apa.

Kita sudah benar-benar lelah dengan diri kita sendiri. Sangat lelah.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITAWhere stories live. Discover now