PEKERJAAN: DILEMA DAN RASA SAKIT

31 4 0
                                    

Ada beberapa orang yang mati rasa terhadap pekerjaan mereka. Melakukan hal yang sama terus-menerus. Kondisi yang mengharuskannya untuk melakukan yang terbaik tapi tak ada penghargaan dan ucapan yang menyanjung sama sekali. Kondisi semacam itu perlahan menjadi kutukan modern manusia. Saat seseorang mulai kehilangan kemampuan menikmati diri mereka sendiri dan pekerjaan yang dilakukannya tak lebih dari rasa putus asa dari segala sesuatu yang membutuhkan uang.

Apalagi, rekan kerja yang terkadang layaknya monster dan dunia pekerjaan menjadi pengalaman emosional yang begitu kejam selain dunia sekolah yang nyari serupa.

Ada banyak orang mengalami rasa sakit di ruang dan tempat kerja mereka masing-masing. Kejiwaan mereka memburuk. Bekerja menjadi tak tertahankan. Hubungan sosial di ruang kerja yang kian menyakitkan, saling mendiamkan, atau beberapa orang licik yang dikenal menikmati hasil dari kelicikannya yang mengorbankan orang lain. Membuat meraka yang perasaannya rapuh, mengalami rasa sakit emosional yang tak tertahankan.

Hubungan yang berjarak. Tatapan kejam tanpa perasaan dari kejauhan. Pertengkaran-pertengkaran yang penuh emosi di rapat kerja. Atau gerutuan yang tak berkesudahan setelah pulang dan terdampar di atas kasur.

Mereka yang mengharapkan hubungan sosial dan pertemanan yang indah di dunia pekerjaan akan selalu berhadapan dengan kenyataan dunia manusia yang berisikan banyaknya orang dengan sifat mereka masing-masing. Akan selalu ada tegangan di dalamnya. Ada kecemburuan. Ada salah komunikasi yang mengakibatkan kecanggungan. Ada rasa iri terhadap pencapaian orang lain. Dan, selalu, ada penganakemasan di mana-mana. Selalu.

Mereka yang tak bisa lagi menahan rasa yang menyesakkan di ruang kerja semacam itu. Memutuskan untuk berhenti. Atau bertahan dengan cara yang agak brutal. Mendiamkan semua rekan kerja yang buruk. Tak peduli dengan semua orang di ruangan yang sama. Yang tersisa hanyalah kerjaan yang harus dikerjakan. Gaji tiap bulan yang akhirnya didapat. Dan perasaan pun mulai mati rasa.

Tak ada gairah untuk menyapa orang-orang. Untuk tersenyum saat berpapasan dengan orang sekantor. Pembicaraan santai pun kian menghilang dan punah. Orang-orang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Atau membentuk lingkaran pertemanan kecil dan mengisolasi yang dianggap tak cocok atau tak layak.

Dunia kerja menjadi begitu kosong dan hampa. Bagi mereka yang tak bisa masuk ke lingkaran pertemanan dan ditolak sejak awal atau mulai perlahan-lahan disingkirkan. Setiap hari rasanya ada yang berat. Perasaan enggan untuk berangkat. Keberadaan yang canggung di tengah ruangan atau di pojokan meja kerja. Sudah cukup untuk memberikan kerusakan pada perasaan kita dari hari ke hari.

Kadang, muncul pertanyaan, untuk apa masih bertahan di sini? Tidakkah menyenangkan jika keluar sekarang juga dan bebas dari belenggu moral dan perasaan muak akan busuknya lingkungan pekerjaan yang kita geluti?

Sayangnya, kenyataan tentu saja tak selalu indah. Tak mudah mencari pekerjaan. Sedangkan beban kehidupan selalu berkaitan dengan uang dan uang. Apalagi mereka yang menanggung kehidupan orang tua mereka dan adik-adik yang sebenarnya bukan menjadi tanggung jawab dirinya. Hidup menjadi tekanan mengerikan yang berlipat-lipat.

Kerja menjadi penuh tekanan dan rasa sakit yang luar biasa. Memunculkan perasaan yang tak berarti. Ketidakmampuan untuk keluar dan lari dari keadaan yang dibenci. Tersiksa oleh lingkungan kerja yang membuat dirinya terasing dan tuntutan keluarga, kehidupan, dan keinginan-keinginan yang membuat banyak dari manusia modern menjadi makhluk-makhluk yang tak lagi bisa mencintai dirinya sendiri.

Saat pekerjaan menjadi rasa sakit dan sumber dari kemarahan dan kebencian. Saat keluarga bukannya menolong tapi hanya menuntut untuk selalu dijatah dan diberi. Neraka macam apa yang telah diciptakan oleh manusia?

Saat dunia kerja adalah neraka itu sendiri. Mencari uang menjadi proses yang penuh dengan dilema dan rasa sakit. Dan melanjutkan hidup benar-benar terasa pedih dan penuh dengan keluhan yang tak putus-putus.

PSIKOLOGI DAN MASALAH-MASALAH KITAWhere stories live. Discover now