SAYA PAMIT YA!

34 1 0
                                    

Gita kembali harus kecewa, saat menatap layar facebooknya yang tak ada pesan masuk. Ini sudah empat hari berturut-turut dia mengecek pesan tersebut, tapi yang ditemukannya hanyalah kenihilan karena tanpa ada satupun kabar dari Jevi. Kemungkinan terbesar adalah tunangannya itu tak lagi menggunakan media sosial ini. Iya, sepertinya Gita harus berusaha menghubungi Jevi dengan menggunakan media sosial lain yang bisa membuatnya terhubung dengan orang yang sedang dicarinya itu.

Simpel sekali, memang semua usahanya sederhana sekali. Tinggal masuk ke search engine lalu mengetikkan nama lengkap laki-laki itu di kolom pencarian. Mana tau ada media sosial lain seperti instagram, twitter, dan lain-lain yang terhubung dengan Jevi. Jemari Gita bergetar-getar saat mengetikkan nama itu di tuts-tuts keyboard. Dan perutnya juga memberikan reaksi yang sama, seperti akan segera mual tapi tetap berusaha dia tahan.

Gita tercekat, matanya membulat, dan sekarang mulutnya mengaga karena tak percaya apa yang dilihatnya.

Video asusila? Jevi terjerat kasus video asusila?

Gita baca satu demi satu portal berita online yang ada di layar monitornya. Sebenarnya Gita tau akan ketakutan Jevi mengenai ini. Dulu laki-laki itu pernah bercerita tentang video call mantap-mantapnya yang membuatnya harus menikahi Dahlia karena ancaman video itu akan disebarkan. Namun, Gita tak tau jika ada video lain yang durasinya lebih panjang yang katanya lebih menggemparkan karena mereka berhubungan badan.

Rasanya bumi sedang berhenti berputar, kini napas Gita sesak, seperti ada sebongkah batu yang menghambat jalur napasnya itu. Di sisi lain, Gita penasaran mengapa ini harus tersebar ke publik, apa karena Jevi membatalkan pernikahannya dengan tante-tante beringas itu sehingga Dahlia jadi membongkar semua aib-aib?

Jam dinding bergerak semakin menjauh dari pukul setengah 6 pagi saat Gita pertama kali menginjakkan kaki di sini. Lutut Gita gemetaran saat membaca setiap detail kalimat yang tertulis pada portal berita online. Tak cukup sampai di situ, Gita juga menelaah setiap komentar orang di akun instagram lambe-lambean yang biasanya terupdate membahas tentang suatu skandal yang sedang hangat diperbincangkan. Di sana banyak tertera hujatan yang menyakitkan, tapi tak sedikit juga yang membela pemeran laki-laki yang super good looking itu. Tapi tetap saja, kasus Jevi ini akan tetap abadi di media elektronik sampai dia tua dan mati nanti.

Gita tak mungkin memutar atau mencari video yang dimaksudkan itu. Dia tak akan sanggup melihat orang yang dicintainya bermesraan dengan wanita lain. Namun, sejak tadi air matanya sudah turun seperti hujan yang membasahi pipi. Berkali-kali dia usap mukanya, berkali-kali juga hatinya nyeri. Kenapa sekarang semuanya terlihat sulit saat ada benih dari Jevi yang tertambat di rahimnya yang semakin membesar hari demi hari? Apakah ini pertanda Tuhan jika dia dan Jevi tak akan bisa dipersatukan meski sudah menyalahi aturan?

Muka Gita merah padam, dia sekarang dihadapkan dengan keputusan yang maha pelik. Jika dia memberitahukan Jevi tentang kehamilannya, ada kemungkinan dia juga akan ikutan terseret pada kasus video asusila yang sepertinya sangat rumit ini. Apa nanti waktu anaknya sudah mulai bergaul dengan anak lainnya akan menerima pembullyan atas kasus ayahnya ini? Entahlah! Bahkan Gita pun sekarang tak tahu pilihan mana yang harus dia ambil dan jalankan. Dia hanya kepikiran untuk menenangkan dirinya dengan cara berteriak lantang di pesisir sampai angin utara akan membawa gelombang suaranya ke selatan, lalu pulangnya, dia akan makan makanan pedas sampai perutnya kepanasan. Hatinya menjerit, penyesalan kembali menyekik, dan Tuhan seperti menamparnya bolak balik karena Gita selama ini berani mendekatkan diri terhadap larangan yang sudah Dia titahkan di kitab-kitab suci.

***

Gita yang baru datang dengan muka yang sembab ke depan majikannya tersebut, menyebutkan jika dia akan minta libur sehari penuh untuk bulan ini. Keenan memperhatikan wajah Gita yang sering menekur itu lamat-lamat, dia angkat dengan perlahan-lahan, mata mereka bersirobok beberapa saat.

"Ada apa, ucapkan lah!"

Gita menggigit bibirnya kuat-kuat agar rahasia besar itu tak lepas di mulutnya yang ingin mengungkap.

"Gita, kamu kenapa? Tak ada satupun masalah di dunia ini yang tak bisa diselesaikan. Kalau saya bisa bantu, pasti akan saya bantu. Ucapkanlah, jangan dipendam sendiri!"

Gita kembali mengusap mukanya. Sendu beserta pilu benar-benar menyelimutinya bulat-bulat. Namun wanita cantik itu tetap tak mau berbicara.

"Gita?"

"Bapak, saya pamit ya. Bapak tak perlu tau alasannya apa. Besok saya pasti ke sini lagi. Saya putuskan mengambil libur hari ini. Terima kasih Pak! Permisi!"

Gita hendak berbalik dan menjauhi pintu gerbang yang terbuka setengah. Namun Keenan segera menahannya agar tak jauh meninggalkan rumah ini.

"Kamu makan dulu, kamu belum makan kan? Belum minum jamu kan? Nanti saya antarkan kamu pulang kalau kamu butuh beristirahat panjang. Kalau tidur di kamar saya juga nggak apa-apa biar kamu lebih nyaman. Saya tak akan tenang kalau kamu sendirian dalam kesusahan!" ujar Keenan yang kini terdengar bersikeras.

"Maaf Pak, saya—"

Tangan Gita ditarik pria itu kuat-kuat. Wanita itu sekarang terbirit-birit mengikuti langkah kaki panjang Keenan dari belakang. Gerbang itu ditutup Keenan dengan sesegera mungkin, dan Gita harus mengikuti apa mau majikannya untuk sarapan di ruang makan yang sepi.

"Gita, ini Bi Minah sudah buatkan jamu untuk kamu, masa kamu nggak minum. Itu tak menghargai namanya."

Gita mengangguk, dia keliatan menyesal dengan keputusannya tadi. Keenan sekarang duduk di kursi di dekat pengasuh anaknya tersebut.

"Ayo diminum. Kamu musti sehat, jangan sampai sakit. Kalau kamu sakit, kamu akan rugi dua kali. Iya ya?"

Gita memperhatikan wajah duda anak satu itu dengan seksama. Terlihat ada cahaya ketulusan di mata hazel yang dalam itu. Kini Keenan tersenyum dengan penuh harap agar Gita dapat meminum jamu yang ada di tangannya itu.

"Terima kasih Pak, terima kasih banyak. Saya sangat terbantu dengan jamu ini!"

Mungkin hati Gita lagi sendu, apalagi dengan hormon kehamilannya yang naik turun sehingga Gita mudah sekali terbawa perasaan. Dia reflek memeluk Keenan dengan hangat. Laki-laki itu tersentak, jantungnya kembali berontak, napasnya sesak, tapi percayalah ada kupu-kupu yang sedang berterbangan di dalam perutnya. Muka pria blasteran itu kini juga seperti tomat, merah semerah-merahnya.

"Maaf Pak, maaf saya tak sengaja. Silahkan hukum saya karena berani menyentuh Bapak, tapi jangan pecat saya. Adik saya masih butuh biaya!"

Bibir Keenan menggoreskan senyum tipis, pria itu keliatan semakin tampan saja. Apalagi ketika matanya itu semakin intens menatap lekat ke arah Gita.

"Gita, ada saatnya setiap orang memilih jalan yang salah di hidupnya. Tapi itu bukan berarti kamu harus berhenti dan selalu menyalahi dirimu sendiri. Hidup akan terus berlanjut, kamu hanya boleh beristirahat sebentar untuk jalan lagi. Tata kembali semuanya dari awal. Lalu mulailah berani menghadapi semuanya sebagai bentuk tanggung jawab. Sekarang kamu makan ya. Kamu tak sendirian, kalau kamu sendirian, ntar Alvoro dan saya jadi tak berkawan. Kami bakal terus dukung kamu!"

Tangis Gita benar-benar pecah. Kegelisahannya yang tadi masih bisa dibendung, kini meluap seperti air bah. Keenan segera memeluknya dengan erat. Hati Gita sedikit menghangat, piyama biru dongker Keenan seketika basah di bagian pundak. Tapi laki-laki itu tak mempermasalahkannya, malah dia senang karena bisa diandalkan.

"Makan ya? Saya bangunkan Alvaro dulu!"

Keenan mengecup puncak kepala Gita sekilas. Waktu laksana berhenti beberapa saat, pikiran Gita yang sedari tadi gundah kini seperti beku karena ada yang dia tak mengerti dengan semua itu, tapi laki-laki itu sudah pergi melewati pintu.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now