IH, APA SIH OM!

132 1 0
                                    

Gita terjaga, saat Jevi sudah mengompres pipi kirinya yang agak bengkak itu dengan air hangat. Laki-laki itu sudah melonggarkan dasinya, melepaskan jasnya, dan menyingsingkan lengan kemeja panjangnya untuk mengurus Gita yang ditemukannya jatuh pingsan dua jam yang lalu. Untung dia punya firasat yang tepat karena sejak subuh tadi panggilannya tak juga diangkat, kalau misalkan terlambat memberikan pertolongan pertama, mungkin keadaan Gita bisa saja lebih gawat.

"Om, Gita pingsan ya?"

Jevi mengangguk, lalu tangannya membelai rambut Gita yang ikal.

"Om, Gita kok diinfus kayak gini? Gita sakit apa Om?"

"Lu panas tinggi, terpaksa gue hubungin teman gue yang dinasnya di klinik dekat sini. Bentar lagi dia juga ke sini buat ngecek keadaan elu. Gue disuruh awasin infus yang sudah dicampur parasetamol ini sih biar darah lu nggak ngucur."

Gita mengerti, dia genggam tangan Jevi dengan tangan kanannya yang bebas dari selang yang melekat. Jevi dapat merasakan jika gadis itu menyentuhnya dengan penuh perasaan.

"Om kenapa nggak berangkat kerja?" ucap Gita pelan.

"Lu lebih penting dibanding kerjaan gue Git, gue udah batalin kok meeting dengan investor hari ini. Biar gue dapat ngerawat lu full time. Gue harus memastikan lu sehat dulu!" kata Jevi memberikan informasi.

"Om jangan gitu!"

"Terus gue musti gimana Gita? Adik lu lagi di asrama dan sekolah. Terus siapa lagi yang bisa ngerawat lu, bapak ibu lu juga sudah pulang ke rahmatullah. Jadi siapa yang bisa ngerawat lu kalau bukan gue satu-satunya opsi yang tertinggal?"

Gita terdiam, dia genggam lagi tangan Jevi dengan erat. Jevi lalu mengecup punggung tangan Gita dengan mesra.

"Om, makasih ya. Om udah kayak pengganti Ayah Gita. Gita pernah masuk rumah sakit waktu TK karena DBD, dan ayah ngerawat Gita juga dengan penuh kasih sayang kayak Om merawat Gita saat ini."

"Gue nggak mau jadi pengganti Ayah lu Git, gue mau jadi pendamping hidup lu sampai kita berdua dipisahkan oleh kematian!"

Gita terharu tapi tetap tak bisa mempercayai sepenuhnya. Napas Gita masih lambat tapi panas tubuhnya sudah turun banyak karena cairan infus yang bercampur dengan obat sudah bereaksi di badannya.

"Om kata Om Gita dulu ngak boleh pacaran sama cowok sebelum lulus, tapi kok Om ngajak Gita menjalin hubungan?" tanya Gita penasaran.

"Bedanya gue serius sedangkan yang lain belum tentu!"

"Si Azhar juga serius Om tapi Om tetap jadi perusak hubungan orang. Emangnya Om mau gitu nikahin Gita yang masih kuliah?" Gita mempertanyakan.

"Gue yakin dengan diri gue sendiri bisa menjaga lu lebih baik dibanding Azhar yang masih ingusan. Ya, nikah aja. Kan gue bisa mastiin kalau akademik lu berjalan dengan baik. Gue bisa ngajarin lu juga."

Gita tertawa, meskipun terbatuk-batuk setelahnya.

"Uhuk. Uhuk. Uhuk. Om Gita bakal jadi istri kedua Om ya, kan Om mau nikah sama kak dahlia? Kenapa nggak sekalian jadi istri keempat Om, biar Gita bisa paling disayang sama Om?"

Jevi merasa dicubit saat Gita mengucapkan hal tersebut. Dia sendiri tidak tau apa yang harus dia ucapkan untuk menjawab. Hubungannya saja tak jelas dengan Dahlia, tapi sudah memberikan harapan dengan Gita. Masalahnya sekarang wanita tersebut tak semudah itu percaya dengan apa yang Jevi janjikan.

"Gue kan nggak cinta dia, Git. Kan gue udah bilang, gue nikah sama dia cuman perkara ancaman. Sebenarnya gue bisa saja ngambil langkah penjarakan, tapi gue takut aja video gue kesebar. Ntar cewek-cewek pada naksir tubuh gue lagi, kan saingan lu jadi banyak Git!"

Idih, udah hampir kena masalah tapi masih saja narsis dengan bentuk tubuhnya yang sempurna. Ya, begitulah Jevi, rada-rada anti merendahkan dirinya sendiri meski sudah terbukti berdosa dengan semuanya.

"Ih, apa sih Om, tapi Gita pengen liat deh videonya kayak gimana. Jadi penasaran! Hahaha!"

Gita terbahak meskipun napasnya tersendat-sendat, Jevi berubah galak.

"Eh Git, lu nggak usah liat kalau videonya 16 menit doang. Nanti lu juga bakal bisa menikmati gue telanjang di depan lu sampai gue nggak bernapas lagi. Bahkan lebih lama dibanding itu dan tentunya nafsu lu bakal gue layani lebih baik dibandingkan cuman VCS doang. Langsung action ini mah Git, tanpa lu imajinasiin dulu."

Gita memasang tampang jijik ke arah Jevi. Dia tak dapat membayangkan jika suatu saat dia menikah dengan pria ini. Apa jadinya jika anak-anaknya tau jika masa lalu ayahnya senakal dan sebejat itu.

"Apa sih Om, suka gaje deh!" kilah Gita.

"Bilang aja gue enak, jangan lu ditampikkan lagi deh ya Git. Gue tau, lu suka kalau gue sentuh. Makanya kita musti nikah biar halal! Mau ya?"

Di pikiran Gita, Jevi hanya mengajak nikah cuman buat enak-enak doang. Terus tubuh Gita dijadikan mesin buat anak. Ya begitulah singkatnya.

"Om, Gita nggak mau nikah muda. Udah ah. Jangan nikah dulu!" kelit Gita sekali lagi.

"Waktu Azhar aja yang ngajak lu nikah, lu mau dan bersedia serta lu malah bahagia. Beda waktu gue aja ngajuin buat nikahin lu, malah lu tolak, patah nih hati gue."

Gita memperetat genggamannya ke tangan Jevi. Lalu membawa tangan itu ke arah dadanya.

"Jantung Gita belum bergetar hebat saat dekat Om, Gita belum merasakan apa-apa, maaf Om!" ujar Gita.

Ucapan itu benar-benar tak ada enak-enaknya di telinga Jevi. Beda sekali sama sandaran tangannya kini. Tepat di pertengahan daging yang empuk dan menggemaskan. Ingin menyentuh lebih erotis tapi terhalang denda perjanjian 150 juta kecuali kalau memang gadis itu menginginkannya.

"Oh belum ya, gue tidur samping lu ya Git? Mana tau bisa bikin jantung lu bergetar kencang!"

Gita belum mengiyakan. Tapi Jevi sudah berpindah dari kursi yang menghadap ke bibir ranjang, lalu ke samping tubuh Gita yang berbaring di kasur.

"Om jangan gerak-gerak, geli!" pekik Gita kegelian.

Telapak Kaki Jevi yang berbalut kaus kaki iseng menyentuh betis gita yang terbuka. Gadis itu memang memakai celana pendek selutut di dalam selimutnya.

"Suka nggak?" tanya Jevi nakal dengan satu alis diangkat ke atas.

"Apa sih Om," ucap Gita manja.

"Semuanya berawal dari 'apa sih Om?', lalu dilanjutkan dengan 'lagi Om, puasin Gita', benar kan Git?"

Gita malu, tapi dia tak bisa menampikkannya jika itu benar adanya.

"Mau peluk nggak, Git?" bisik Jevi ke telinga Gita dengan penekanan sensual.

Gita langsung merangkul laki-laki tersebut. Jevi kembali merasa terbang ke surga, di dalam hatinya Jevi berdoa agar gadis ini dapat mencintainya dengan segera.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now