KEPERAWANAN YANG LENYAP

122 1 0
                                    

"Beri waktu untuk hambamu ini bernapas dengan tenang Tuhan," ucap Jevi dalam hati ketika pintu itu terbuka lebar. Matanya membulat saat menyadari siapa yang ada di ruangannya kini.

"Jev, kamu setelah menikah besok, tolong ajak Dahlia langsung ke Singapura ya senin paginya. Ada meeting yang harus kamu hadiri dengan rekan kerja almarhum Papimu. Ini sudah saatnya Nak, kamu harus mengambil alih semuanya. Siapa lagi di antara keluarga kita yang bisa diharapkan selain kamu? Kamu anak satu-satunya dan pewaris tunggal di keluarga ini."

Jevi menghela napasnya. Baru kemaren Ayahnya dimakamkan dengan mengharu biru, kini sudah ada setumpuk pekerjaan yang harus ditanganinya dengan segera. Nugraha Group sama sekali tak menarik untuknya, perusahaan yang bergerak di bidang aksesoris otomotif itu benar-benar tak ingin dia tangani dan itulah salah satu alasan mengapa dia membuat perusahaannya sendiri. Namun, apa daya karena tak ada lagi kandidat lain yang bisa dipercaya dan kompeten di bidang manajerial perusahaan untuk duduk sebagai pemimpin, maka dialah yang ditunjuk untuk meneruskan semuanya.

"Iya Mi, iya!"

Tresna yang seperti menua lebih cepat dalam waktu dua malam saja, sekarang menghempaskan bokongnya ke kursi putar di depan pemilik perusahaan travel ini. Dia seperti kehilangan separuh dari dirinya saat Nugraha berpulang, sehingga kegilaannya terhadap cara berpenampilan menawan juga ikutan pergi entah kemana. Lihat saja, rambutnya yang biasanya tertata tampak acak-acakan, lipstiknya yang dulu mentereng malah kini tak terpasang, termasuk mukanya yang tak sempurna didempul sehingga memperlihatkan banyak kerutan.

"Semoga kamu dan Dahlia bisa mencintai suatu hari nanti. Mami sebenarnya juga tak suka wanita itu dari dulu. Tak sama sekali, tapi tetap saja kalau nanti dia sudah hamil karena kamu, kamu harus bertahan sampai mati dengan dia. Kalian harus berubah bersama menjadi lebih baik. Didik istrimu yang barbar itu agar dapat berubah kelakuan. Kamu musti tau, dulu Mami juga tak mencintai Ayahmu karena kami dijodohkan. Tapi lama kelamaan, cinta itu timbul karena semua perdebatan akan perbedaan sudah bosan kami utarakan. Dan kami jatuh cinta saat kamu sudah pindah untuk kuliah, karena saat itu kami sering di rumah berdua. Kamu juga bisa harusnya Nak, sadari itu segera setelah Dahlia hamil anak pertama kalian berdua. Jangan kayak Mami dan Papi kamu yang baru sadar setelah 19 tahun umur pernikahan kami berdua."

Ini seperti pemaksaan yang berusaha ditanamkan Tresna ke perasaan Jevi yang tak punya perasaaan apa-apa terhadap Dahlia. Lagian Jevi tak mungkin melupakan Gita yang sudah memberikannya segalanya.

"Mi, kalau Jevi nggak punya anak dari Dahlia, Jevi bisa nikah lagi kan? Jevi sudah jatuh cinta sama Gita Mi, ntar Gita akan Jevi bawa-bawa ke mana-mana saat ngelola perusahaan ini. Iya ya?"

Bagi Tresna berapapun umur anak semata wayangnya ini, tetap masih seperti bocah laki-laki di matanya. Oleh karena itu, dia sering ikut campur dengan keputusan apa saja yang Jevi buat. Termasuk urusan asmara yang rumit seperti ini, Tresna merasa harus ikut serta memberikan pandangan agar Jevi tak salah melangkah.

"Kamu benar-banar mencintai anak Mbak Sumi itu Nak? Kalau itu keputusanmu, ya sudah, nikahi saja dia kalau kamu sudah bercerai dengan Dahlia. Mami hanya tak ingin kamu terlalu banyak bermain-main dengan wanita lainnya di luar. Semoga Gita masih mau nerima kamu yang duda. Tapi yang perlu kamu pastikan lagi adalah reputasimu aman saat kamu bercerai nanti, jangan biarkan wanita sialan itu membuat malu karena mengeluarkan kartu matimu itu."

Jevi mengangguk, ada sedikit lega di perasaannya itu. Tiga bulan bukanlah waktu yang lama, setelah itu, Jevi ingin sekali menemui Gita lagi untuk memperbaiki segalanya. Berbicara empat mata serta saling terbuka.

"Jangan bikin masalah dalam tiga bulan ini ya, termasuk besok, kamu jangan bikin malu, teman Papi dan Mami juga banyak yang datang. Sepertinya media juga akan melakukan peliputan pada pernikahanmu itu."

Jevi sebenarnya deg-degan, bagaimana bisa momen sakral satu kali seumur hidup itu dia permainkan atas dasar mendapatkan ancaman. Namun apa yang harus dia perbuat karena semuanya sudah terlanjur berantakan, dan hidup harus dia lanjutkan untuk ke depan meski sekarang dia benar-benar tak punya pilihan untuk menghindari pernikahan.

"Baik Mi, Jevi akan berusaha sebaik mungkin. Jevi tak akan membuat rusak nama keluarga kita dan nama perusahaan papi hanya karena skandal asusila itu."

Tresna merasakan hatinya kini lapang, setelah sekian lama anaknya ini susah dia kendalikan sekarang akhirnya bisa membuatnya tenang. Harapannya kini, semoga dia diberikan sosok cucu agar kesibukannya yang dulu sering membantu Nugraha yang sudah hilang itu segera tergantikan dengan manusia baru yang sejak lama sudah dia rindukan. Dari siapapun rahim wanita yang memberikannya cucu nanti, Tresna akan menerima wanita itu dengan lapang hati, sudah tak lagi menimbang-nimbang strata sosial karena mengingat umur anaknya yang sudah melebihi.

***

Gita menghitung-hitung dengan jemarinya saat menatap kalender yang tergantung di dinding ruang depan. Tak bisa dia ingkari, jika hatinya sedih tak berperi. Beberapa jam lagi adalah hari pernikahan Jevi dan itu artinya laki-laki itu sebentar lagi menjadi milik wanita lain dengan resmi.

Gita dudukkan tubuhnya di lantai papan ini. Siang ini sepi karena adik-adiknya belum pulang juga dari sekolah mereka. Jadi dengan ketiadaan kesibukan, dan keadaan luka dan lebamnya yang semakin menunjukkan kesembuhan, Gita jadi kepikiran dengan nasib hubungannya dengan mantan majikannya tersebut.

Ah, membenci penipu itu seratus persen benar-benar membuat hati Gita mengingkari. Ada rasa mempertanyakan lagi dan lagi. Jika hanya Andira saja yang menjadi saksi, tanpa mendengar ke dua belah pihak, Gita masih ada kemungkinan mempercayai Jevi lagi meskipun dengan persentase yang kecil sekali. Ah, sialan, tasnya diambil oleh Andira, sehingga apapun termasuk KTP raib tak bersisa. Untung uang gajinya bulan ini dia simpan di rumah, kalau tidak, tak tau lagi mereka bertiga harus makan apa di kemudian hari. Bahkan kedua Hp Gita pun tak tau keberadaanya, apakah sudah dijual sama komplotan itu atau dibuang begitu saja.

Menjalin hubungan dengan Jevi benar-benar berbahaya. Itulah resiko berani-beraninya berhubungan dengan buaya, wanita di masa lalunya masih banyak yang ingin ikut serta. Dahulu Dahlia, kini Andira. Dan bermasalah dengan mereka, sudah banyak yang Gita dapatkan, dipukul, dicerca, dicakar, dan terakhir malah disekap semalaman di rumah kosong yang biasanya dijadikan tempat bermukim orang gila. Pikiran Gita seakan diperkosa, dicuci, dan ditindas sekaligus tanpa terkecuali.

Dan sepertinya tuan muda itu tak tau apa yang sudah menimpa Gita saat ini. Karena tak bisa berkomunikasi, di pikiran Gita saat ini dipenuhi segala pemikiran negatif mengenai Jevi. Mungkin dia hanya dijadikan selingan, simpanan, selir dari hubungannya yang penuh gemerlap. Lagian apa juga pentingnya seorang wanita yatim piatu, miskin, tak berpendidikan tinggi, untuk seorang tuan muda yang hidupnya dipenuhi standar yang tinggi. Ya satu-satunya yang berguna, ya tubuh yang bisa menghangatkan ranjangnya untuk sementara waktu, membebaskan nafsu, lalu pergi begitu saja dan mencari korban yang baru.

Tuhan padahal sudah beri pertanda, berkali-kali malahan, sejak pertama kali Gita mengenal Jevi, memang laki-laki itu tak ada beres-beresnya, sampai terakhir Gita tinggal di rumahnya juga dia sudah punya calon istri yang akan melengkapinya, ntah Gitanya saja yang bebal atau memang Jevinya saja yang bisa menggoda sehingga wanita itu bawa perasaan, dan kini yang terjadi adalah perasaan Gita dipenuhi kekecewaan yang tak terkira.

Semoga nanti senin, kesibukannya kembali mewaraskan kepalanya. Pikirannya bisa berdamai dengan pernikahan Jevi dengan Dahlia. Untuk ke depannya, ya, ikuti saja alurnya, meski keperawanannya sudah lenyap, tapi bukan berarti Gita kehilangan semuanya. Masih ada kesempatan dan tak harus memaksakan untuk berjodoh dengan mantan majikannya tersebut, lagi pula semua orang pantas bahagia dengan cara yang Tuhan pilihkan, selama itu tak ada ikatan yang benar-benar mengikat seperti pernikahan, Gita hitungannya masih bebas mengarungi kehidupan yang panjang.

Sudah saatnya menikmati, anggap saja yang dulu itu sekadar pelajaran yang menjadi batu sandungan, saatnya berjalan dan melangkahkan kaki ke tempat tujuan.

Ya, berdamai, damai, damai, ah, bau terasi lagi, bikin pengen muntah lagi rasanya.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now