TAPI KEMAREN ENAK KAN?

275 1 0
                                    

"Dari mana lu? Lama amat tau! Kan udah gue bilang semalam buat nunggu aja di sini soalnya bakal gue jemput, kurang jelas ya instruksi gue semalam?"

Belum apa-apa, Gita sudah makan siang saja dengan bawelan Jevi yang sekarang berkacak pinggang di hadapannya. Gadis itu manyun, apalagi Jevi juga marah-marahnya di antara banyak mahasiswa yang berlalu lalang. Tentu saja Gita malu dibuatnya.

"Om, maaf, Gita tadi dari kafe buat ngerjain tugas Om, lagian cuman 10 menit Gita nyampe sini dari Om nelpon Gita tadi. Suka amat dah Om marah-marah. Heran!"

Gita protes di lengan Jevi, menggoyang-goyangkannya karena tak terima diperlakukan seperti demikian. Ah, sekarang mereka seperti anak dan Bapak saja kelihatannya.

"Ya udah, ayo berangkat!"

Jevi menarik tangan Gita, lalu mereka berdua ke parkiran. Dan mobil segera melaju di tempat yang dituju.

***

"Basagita Dewani ya Pak? Ini tanda bukti pendaftarannya, uangnya saya terima ya? Jadwal lesnya senin sampe rabu ya dari jam 2 siang sampai jam 5 ya Pak!"

Jevi mengiyakan, Gita yang melihat Jevi nenyerahkan uang senilai 15 juta untuk 3 bulan pertemuan les memasak rasa tidak tega dengan nasib uang itu bermuara. Sedangkan di pihak Jevi, uang sebesar itu seperti tak ada harganya.

"Makasih ya Mbak. Gita akan rajin buat ikutan, kalau dia tak ikutan atau malas-malasan hubungi saya saja. Biar saya marahi."

Pembicaraan itu membuat Gita segera mungkin mencubit pinggang Jevi. Pria itu seketika meringgis kesakitan dibuatnya. Dan dua orang tersebut langsung buru-buru meninggalkan tempat itu setelah Jevi mengangkat telepon karena setengah jam lagu ada meeting penting yang tidak boleh dilewatkan.

"Lu ke kantor gue aja ya Git, ntar kita pulang bareng!"

"Om kalau Gita balik lagi ke kafe buat ngerjain tugas bahasa Inggris nggak bisa ya Om?"

Jevi menoleh sebentar ke arah Gita, lalu memikirkan keputusannya.

"Lu mau tebar pesona di sana atau ngerjain tugas? Lipstik lu udah macam ani-ani tau nggak sih? Kan udah gue bilang jangan pakai lipstik itu!"

Gita segera berusaha menghapus lipstik tersebut dengan ujung telunjuknya. Jevi hanya geleng-geleng kepala sambari masih fokus menatap jalanan yang ramai.

"Ngerjain tugas Om!"

"Biar gue ajarin kalau bahasa inggris doang mah. Lu emang udah move on dari Fares, baru 2 minggu loh ini setelah dia meninggal!"

Gita merapatkan mulutnya. Dia juga tak tau apa yang harus dijawab olehnya.

"Move on? Cepat juga lu ngelupain. Pas sehari sesudah dia meninggal aja heboh amat, eh baru dua minggu lupa juga. Bukan cinta itu mah Git, tapi lu cuman penasaran atau tersanjung doang karena didekati dia. Gue percaya lu hanya cinta monyetan sama dia.Ya wajarlah, lu juga belum dewasa."

Gita menimbang-nimbang. Ada benar juga kata Jevi sepertinya.

"Ya nggak tau sih, tapi ya terjadi begitu saja. Ntah karena Gita gampang move on atau karena memang tak cinta. Gita juga nggak paham!"

Jevi hanya menggeleng-gelengkan kepala. Lalu melanjutkan pertanyaannya, "Lu pernah suka dan disukai orang nggak sih sebelumnya, kayaknya lu kayak tak ada pengalaman sama sekali tentang semuanya. Padahal lu cantik loh Git, cantik banget malahan."

"Om nggak tau ya, dulu Gita pernah di dekati sama kakek-kakek, kita manggilnya Haji Mudin dan dia deketin Gita dari kelas satu SMP lagi. Mudin itu orang kaya raya dan mau jadiin Gita istri kedepalapannya. gara-gara dia semua orang menyingkir dan Gitapun takut meladeni dia. Tapi waktu Gita kelas 3 SMA mau lulus, dia meninggal karena diracuni istri kelimanya. Kalau nggak ya Om, sepertinya Gita udah nikah sama dia kali, buat nyelamatin keluarga Gita dan memenuhi kemauan dia. Saat itu emang perjanjiannya, kita akan nikah waktu Gita tamat SMA."

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now