GUE RELA BAYAR BERAPAPUN ASALKAN LU ADA DI RANJANG GUE TIAP HARI

655 4 0
                                    

Mereka sampai rumah. Gita turun dari mobil dan membuka pintu gerbang dan lanjut membuka pintu utama. Masuk ke dalam rumah dengan tentengan seplastik pakaian dalam baru yang tak sabar dia coba di depan cermin yang terletak di kamarnya. Dia berlari antusias untuk mencapai ruangan tersebut. Setelah berada di tempat tujuannya, dia tanggalkan semua pakaian yang dikenakannya, lalu dia pasangkan pakaian dalam itu dengan mengamati dirinya di depan cermin berlama-lama. Ternyata dua bongkahan di dadanya masih dalam posisi yang cukup stabil saat dia coba untuk melompat, hanya ada getaran sedikit, tapi dua-duanya itu terlihat sangat berdempetan satu sama lainnya, wajar saja hal itu disebabkan karena bra yang dikenakannya masih baru sehingga karetnya belum melar. Pas, hatinya senang sekali menerima pemberian Jevi. Keindahan bra ini sebanding dengan harganya yang mahal dan tentunya bukan barang kw-kw an seperti yang biasa dia kenakan.

Oh Jevi, setan mesum itu tanpa Gita sadari telah berdiri mengintip di pintu yang tak ditutup dengan sempurna. Dua senti sih celahnya, tapi fantasi Jevi sudah sampai pada titik tertinggi di mana dia sendiri tak kuat untuk tidak menelanjangi pembantunya sendiri.

"Git, gimana, Pas?"

Jevi masuk tanpa permisi, membuat Gita yang sedang menatap cermin langsung terperanjat dan menutupi dadanya dengan tangan yang disilangi.

"Om, ngapain masuk ke sini? Gita lagi ganti baju. Om, keluar Om!"

Jevi semakin maju lagi menuju tubuh Gita yang sangat dia ingini, semakin dekat, semakin dekat, yang semakin memaksa Gita untuk mepet ke dinding meskipun gadis itu sudah memasang tampang ketakutan yang maha tinggi.

"Om, sadar ini Gita Om, ini Gita!"

Tangan Gita yang tadi di dada telah berubah posisi menghalangi tubuh atletis Jevi yang semakin mendekati badannya yang sudah gemetaran hebat. Tapi laki-laki itu tak peduli, lagian seberapa besar tenaga wanita ini dibandingkan tenaga pria yang dimilikinya ditambah sering dilatih di pusat kebugaran minimal seminggu sekali.

"Gita lu seksi, gue berani bayar berapapun agar lu bisa berada di ranjang gue tiap hari."

Napas Jevi sudah terengah membisiki kata-kata itu dengan lembut di telinga gadis itu. Gita semakin didera ketakutan yang maha dahsyat.

"Sadar Om, Gita nggak mau!"

Gita mengeras, Jevi bukannya minggat malah semakin nekat. Laki-laki itu angkat tangan Gita tinggi-tinggi, meskipun awalnya gadis itu meronta-meronta karena tak sudi diperlakukan begini.

Tubuh itu sekarang terlihat meliuk-liuk dengan lekuk yang sempurna. Seperti gitar spanyol yang digerakkan ke sana kemari oleh pemain musik, indah sekali yang semakin membuat Jevi tak sadar akan dirinya sendiri.

Badan yang benar-benar mulus tanpa satupun luka yang dapat dideteksi oleh mata Jevi yang kini bergerak seperti mesin pindai, bahkan ketiak Gita yang kini terekspos pun putih dan lembut seperti pantat bayi.

"Om, jangan!"

Jevi terus menyerang meski Gita konsisten menghindarkan wajahnya dari hujanan kecupan majikannya yang datang bertubi-tubi. Akhirnya Jevi ubah strategi, dia lepaskan genggaman tangannya dari tangan Gita yang tadi dinaikkannya tinggi-tinggi. Dia pegangi wajah Gita agar pergerakannya dapat terkendali, tetapi tangan gita yang kini bebas itu segera memukuli dada bidang Jevi dengan menyakitkan, tapi demi mendapatkan wanita ini, semua hal itu akan dia tahan sekuat tenaga dan sekeras hati.

Rasa sakit rasanya berkurang setelah Gita kehabisan tenaga dan mulai menerima saat bibirnya telah dijamahi bibir Jevi meskipun sama sekali dia tak menikmati.

Gita tak mampu menutup mata, dia hanya mampu mengamati bujang lapuk itu menikmati bibirnya inchi demi inchi. Napasnya terengah ketika lidah Jevi sudah menerobos ke dalam rongga mulutnya dan sekarang membuat lidah mereka saling berpagut. Jevi sebenarnya melakukannya dengan begitu menggairahkan, hanya saja Gita tak tau cara menikmatinya karena menurutnya ini adalah hal aneh yang terjadi begitu saja.

"Jangan Om!"

Gita berteriak ketika tangan Jevi beralih ke bongkahan yang terdapat di dadanya. Bongkahan yang indah dan terlihat menggoda. Jevi semakin kalap dibuatnya.

Gita semakin meronta-ronta tapi tak bisa berbuat lebih banyak karena dia merasakan geli yang menyiksa. Lalu kembali menenggelamkan wajahnya ke leher Gita sehingga mau tak mau Gita juga bereaksi. Sakit yang bercampur Geli membuat Gita langsung mendesah hebat, Jevi semakin menggila ketika mendengar suara erangan itu, dia pegang bagian itu dengan kuat, Gita menjerit yang kini terdengar sangat legit di telinganya Jevi yang terlalu bersemangat.

"Git, gue janji akan penuhi semua kebutuhan elu. Please, jadilah istri gue!"

Jakun Jevi naik turun, napasnya terengah-engah, saat membisikkan janji itu ke telinga kanan pembantunya tersebut. Gita mengangguk, tapi tak bisa dipastikan apakah saat itu dia sadar atau tidak, atau mungkin hanya tanggapan karena nafsunya belum lepas secara tuntas atau karena ada perasaan lebih pada majikannya itu.

Sangat sebentar bagi Jevi membuat bra baru itu terkulai lemas di lantai, hanya dengan satu tangan membuka pengait lalu segera ditarik Jevi dengan kepasrahan Gita yang semakin merasakan enaknya diperlakukan tuannya seperti itu. Ntah setan apa yang sebenarnya lagi merasuki kepala gadis itu. Tapi perlakuan Jevi seperti itu membuat Gita merasa tak ingat lagi tentang esok hari dan juga tak peduli bagaimana canggungnya kejadian setelah saat ini disudahi.

Jevi sudah melakukan sebisanya pada bagian itu sehingga membuat Gita semakin mengerang-ngerang tak terkendali. Benar-benar seperti candu untuknya terlebih ketika kumis dan jambang Jevi bermain-main di kulit mulusnya, gesekan itu membuatnya ketagihan. Mau lagi dan lagi.

"Ayo Om, lagi, ah!"

Gita benar-benar seperti kehilangan dirinya sendiri. Tak ada perlawanan untuk membela diri dan malah semakin menggelinjang karena kegelian yang bercampur dengan rasa nikmat yang tak terperi. Sesuatu hal baru yang dirasakannya dan kini menuntut untuk dipenuhi berkali-kali.

"Ah, sakit Om," keluh Gita dengan sedikit berteriak.

Jevi terlalu sadis tanpa memperhatikan batas sakit dari wanita ini. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya mengundang nafsu, terlebih ekspresi Gita yang terlalu nakal sehingga membuat Jevi tak tahan lagi.

"Git, lu pegang ini ya?"

Jevi mengarahkan tangan Gita ke bagian resleting celananya, Gita raba dan Jevi merasakan jika ini saja tak cukup mengakhiri semua ini, bagaimanapun mereka harus bergumul di ranjang meski untuk Gita itu pertama kali terjadi.

Ting tong ting tong ting tong

Bel dipencet langsung 3 kali dan suaranya sampai ke ruangan ini. Jevi tau siapa yang datang dengan pertanda seperti ini. Kondisi seketika menjadi gawat, mereka berdua harus segera berbenah diri dan mengakhiri pergumulan ini.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now