GUE CINTA LU, GITA!

186 1 0
                                    

Jevi ingin mengajak Gita malam senin-an, kalau malam minggu kemaren wanita itu bersama tunangan —yang sebentar lagi jadi mantan tunangannya—, maka sekarang Gita harus pergi dengan masa depannya yang tampan, mapan, dan dermawan. Siapa lagi kalau bukan pria yang sekarang berlama-lama menatap kaca demi berpenampilan seperti artis korea. Satu-satu detailnya dia perhatikan, sekalian dengan penjiwaannya agar dapat menjadi Ahjussi yang Gita idolakan.

Jevi perhatikan foto Lee dong wook yang sudah dia cetak 12R dan ditempelkannya di kaca tempatnya berdandan. Pria korea ini lah yang akan menjadi panutannya dalam bergaya. Kulit Jevi kini sudah cerahan karena teratur disuntik whitening dosis tinggi, gaya rambut sudah diubah menjadi messy, wajah tentunya juga bebas dari brewok dan kumis, walau hidung, bibir dan mata tak sama persis, tapi Jevi percaya, kalau Gita akan terpesona melihatnya saat mereka bertemu nanti.

Pakaian yang dikenakannya adalah setelan formal seperti malaikat pencabut nyawa di drama Goblin. Kalau ini tentunya tak susah karena itu adalah pakaian Jevi sehari-hari meski tak ada topi dan buku yang menyertai. Yang penting semuanya ala-ala, meski tak sempurna, tapi tujuannya itu adalah membuat Gita terpesona.

Sudah, Jevi sampai deg-degan saat berniat menemui Gita di kamarnya. Tapi dia bulatkan tekatnya, demi melihat yang bulat (eh salah!), dia akan berjuang sampai Gita sadar jika majikannya itu adalah orang yang tepat.

Ternyata Gita sedang memasak di dapur dengan celemek bermotif doraemon yang melekat pada daster yang dipakainya tersebut. Cantik sekali dia, pasti gadis itu baru selesai dari mandi malamnya. Rambutnya itu basah, handuk masih melekat di bahunya, baunya campuran apel serta alpukat, dan bibirnya hanya diolesi lipbalm berwarna pucat. Dia sibuk dengan urusannya, sampai tak mengetahui Jevi yang sudah menatap ke arahnya lekat.

"Git, makan malam di luar yuk?" ajak Jevi dengan jantung yang berdegup kencang. Sebenarnya ada kekuatirannya jika wanita ini akan menolak.

"Nggak!"

Singkat, padat, dan jelas. Tak ada kata-kata yang perlu disunat, karena cuman satu kata, satu suku kata, dan hanya satu penempatan posisi lidah dalam mengucapkannya.

"Udah Git, masa lu nggak bosan makan malam di rumah mulu, sesekali kita ke luar yuk. Kita makan sate, sama ntar pulangnya kita jalan-jalan ke mall sampai mall tutup," rayu Jevi sambil menghampiri Gita yang tetap sibuk dengan gulai tahu dan kacang yang dimasaknya itu.

"Nggak!" ucap Gita sekali lagi.

Jevi menghela napasnya. Dia berharap masih bisa sabar, sampai mengeluarkan rayuan maut berikutnya.

"Git, ayo yuk, Om beliin Gita apa aja yang Gita pengen! Nggak usah Gita masukin ke buku utang."

Gita melirik Jevi jengkel. Alisnya dia pertemukan agar keduanya mendekat. Menurutnya, majikannya itu benar-benar psikopat. Bar bar dan tak paham dengan kesakitannya akibat pengakuan Jevi yang ceroboh.

"Nggak perlu dan Gita nggak butuh! Om jangan coba sentuh Gita lagi, lepasin!"

Jevi mencoba memeluk Gita dari belakang, tapi yang terjadi adalah jeratan Jevi di pinggang Gita dipaksa dilepas lalu tangannya dihempas. Ganas juga rupanya anak Mbak Sumi ini. Macam kelakuan sapi kurban lepas.

"Lu kenapa sih Git?"

"Om yang kenapa. Kenapa Om ganggu hidup Gita, kenapa Om hancurin mimpi Gita untuk menikah sama Azhar, kenapa Om orangnya selalu nggak pernah mengalah. Om egois tau nggak?"

Gita mengucapkan itu dengan tetes air mata dan droplet yang berhamburan kesana kemari. Dia dorong dada Jevi segera. Gita tak sudi mendekatkan diri dengan majikannya itu saat ini.

"Git, gue nggak bisa biarin lu sama Azhar, hati gue menjerit Git! Gue menderita!"

Jevi berusaha menyebutkan hal yang sejujurnya mengenai apa yang dia rasakan. Tapi Gita malah mempertanyakan karena besar sekali keraguannya terhadap pria tersebut.

"Dulu Om bilang, Om suka kalau Gita berteman sama Azhar. Sekarang Om menghalangi Gita saat Gita sudah mau nikah sama Azhar. Om aneh tau nggak sih. Om aneh! Emangnya apa kurangnya Azhar menurut Om, dia berasal dari keluarga yang taat beragama dan sifatnya juga baik hati dan tidak sombong. Nggak ada kan kekurangan dia?"

"Dia terlalu sempurna untuk jadi saingan gue. Makanya gue hancurin dia dengan cara menyodorkan kenangan kita yang dapat menyakiti dia. Emang gue salah kayak gitu, Basagita Dewani?"

"Saingan Om? Maksud Om?" tanya Gita tak mengerti.

"Saingan gue untuk mendapatkan elu. Paham?"

Perasaan Gita menggerunyam ketika mendengarkan Jevi berbicara demikian. Dia merasa dilecehkan. Apa-apaan, apa Jevi kira Gita akan selamanya dapat dikendalikan olehnya?

"Om, om kalau mau jadiin Gita teman tidur Om, Gita nggak bisa, dan nggak pernah bisa. Om cari aja orang yang lain yang mau seranjang sama Om. Gita punya masa depan, dan nggak bakal mau jadi orang yang sesaat ada di hidup Om!" tolak Gita dengan menahan amarah di dalam dadanya.

"Kalau gue jadiin lu orang yang selamanya dalam hidup gue, lu masih mau nggak?" tantang Jevi ke dalam bola mata Gita.

"Gita nggak rendahan Om, Gita nggak bakal mau jadi simpanan Om sampai seumur Gita. Oke kalau Om memandang rendah Gita karena menurut Om Gita bisa Om beli sama duit Om. Tapi Gita nggak bakal mau hidup terikat terus-terusan dalam hidup Om. Gita benci Jevi nugraha."

Gita berteriak di akhir kalimatnya. Semua kekesalannya dia curahkan dengan kalimat "Benci Jevi nugraha", yang begitu menyakitkan ketika sampai di hulu hati pria itu.

Jevi kalut, tak sanggup jika tak memeluk erat Gita meski wanita itu langsung menghindar menjauh. Gita matikan api kompor, dia tinggalkan masakannya yang belum selesai, dan dia akan berbalik ke kamarnya saat ini juga. Biarkan saja lapar mengganggu tidurnya, dibanding bujang lapuk ini mengganggu hidupnya.

"Gue cinta lu Gita! Ayo kita menikah. Ayo kita mulai semuanya."

Jevi berteriak serius, Gita yang hendak berbalik ke kamarnya berhenti melangkahkan kakinya. Dia menoleh sejenak dengan wajah yang pias.

"Om, berhenti membual. Om kira Gita nggak tau kalau Om cuman inginkan tubuh Gita. Jangan membuat pernyataan yang tak bisa Om pertanggungjawabkan ke depannya. Gita bersumpah, nggak bakal ngasih apapun dari tubuh Gita ke Om! Om murahan, gampangan, penjahat kelamin, sialan!"

Volume suara Gita semakin meningkat-ningkat, Jevi tercekat, kemarahan benar-benar sudah menyelubungi ruangan dapur empat kali empat. Jevi membenci tekat yang Gita utarakan saat laki-laki itu sudah ingin serius memulai dengan orang yang tepat, dan Gita membenci Jevi dengan semuanya. Gayanya, pakaiannya, termasuk dustaannya yang tak akan membuat Gita sekalipun jatuh ke pelukannya. Tidak, tidak akan pernah terjadi, meski bumi berhenti berotasi.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα