SKANDAL VIDEO ASUSILA

49 1 0
                                    

Gita berusaha normal pagi ini, setelah sejak kemaren sore pikirannya berkecamuk tanpa ada satupun solusi. Dia tidak bisa tidur meski tubuhnya sudah dibawa miring ke kanan dan ke kiri. Tapi tetap saja otaknya tak bisa berhenti memikirkan jika dia nanti benar-benar hamil anak Jevi. Masalahnya dia tak bisa memastikan kapan mereka bertemu lagi, dan bagaimana rumitnya meminta pertanggungjawaban pada pria yang sudah beristri.

Ada penyesalan yang menyesaki rongga dada Gita yang sedari tadi berjalan di tengah gelap dengan muka ditekuk, tak mungkin tidak, karena bagaimanapun hubungan badan yang dilakukan tanpa ikatan perkawinan dan tanpa pencegah kehamilan, besar persentasenya akan berbuah musibah. Ujung-ujungnya wanitalah yang menanggung semuanya, mempertanggungjawabkan buah cinta yang hadir di luar pernikahan itu dengan segala cercaan yang mungkin akan datang dari siapa saja, dan tentunya bayi yang lahir nanti besar kemungkinannya tak dapat satu kasih sayang dari salah satu pihak yang terlibat.

Kenikmatan sesaat bisa berakhir menjadi penyesalan selamanya. Rintihan dan desahan di ranjang, bisa membuat cacat pandangan masyarakat untuk seorang wanita lajang jika berbuah kehamilan. Dan berapa banyak kesenangan bercinta yang didapatkannya, tak akan sebanding dengan kehadiran anak yang harus dipertanggungjawabkan seumur hidup yang dibebankan padanya.

Gita datangi warnet 24 jam di luar desanya. Cukup jauh dia berjalan, tapi dia sangat butuh informasi tentang kehamilan di usia muda. Dia dudukkan tubuhnya di kursi saat sampai dimana waktu masih menunjukkan jam 5 subuh. Dia tak punya HP yang bisa mencari informasi, Hp Amripun sekarang juga sudah berganti akibat hilang beberapa minggu yang lalu dan tak lagi memakai teknologi android. Cuman ini satu-satunya pilihan tersedia, ke warnet, walaupun harus menerobos kelam karena matahari belum terbit dengan utuh.

Dingin seluruh badan Gita rasanya, saat membaca pertanda kehamilan. Benar, dia telat datang bulan, dia mual, sensitif terhadap bau dan sering buang air keci di waktu malam. Tapi belum bisa dipastikan tanpa adanya pemeriksaan awal seperti memakai testpack. Hati Gita dipenuhi kebimbangan yang besar, dia butuh keberanian membeli benda tersebut, tapi minimarket baru buka jam 8 pagi nanti, sedangkan apotek 24 jam masih sangat jauh dari sini.

Apa yang telah ditanamnya selama ini siap untuk dituai, karena terlalu terlena dengan nafsu, sekarang dia harus dihadapi dengan kenyataan buruk mempunyai anak dari hubungan gelap dari mantan majikannya itu.

Tapi hidup harus tetap dilanjutkan, adik-adiknya masih butuh biaya untuk hidup, dia pacu langkahnya untuk bekerja ke rumah majikannya itu. Setengah jam waktu yang Gita butuhkan untuk berjalan cepat meski kakinya menjadi sedikit terpincang-pincang akibat terlalu dipaksakan. Di sepanjang jalan, otaknya mampet seperti saluran air yang tertutup gabus, jantungnya sangat kencang berdegup, bibirnya terkatup, rasanya dia akan mendapatkan hukuman Tuhan karena melanggar perintahnya untuk menghindari zina.

Gita sampai di rumah besar itu lebih cepat 45 menit dibanding waktu masuk kerja yang seharusnya. Dia pencet bel itu tiga kali dengan matanya yang tiba-tiba mengantuk. Dia rapikan sedikit pakaiannya, termasuk memastikan buah baju yang tanggal beberapa hari yang lalu sudah melekat sempurna. Sebelum ke sini dia juga sudah mandi sebersih-bersihnya. Sekarang tinggal menunggu gerbang dibukakan oleh tuan rumah.

"Selamat pagi Pak, saya siap bekerja hari ini!"

Baru lima hari Gita meliburkan diri dan sudah saatnya dia bekerja lagi. Bi Minah yang mengambil cuti pulang kampung untuk menenangkan diri, membuat Keenan harus memotong jatah izin Gita sakit sampai dua hari.

"Yakin kamu sudah sehat?"

"Iya Pak, saya sudah sehat. Dan siap mengantar Varo dan menjaga Alvaro lagi hari ini!"

Keenan menyapu penampilan Gita dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lalu melipat tangannya di bawah dada.

"Matamu itu hitam, mukamu juga pucat, kamu yakin sudah sembuh?"

"Yakin Pak saya sudah sembuh. Saya sudah siap menerima tugas hari ini!"

Keenan menghembuskan napasnya, lalu berbalik, itu artinya Gita sudah boleh masuk ke rumah ini dengan terlebih dahulu mengunci pintu gerbang itu kembali.

Ah bau apalagi ini, kenapa rata-rata bau masakan membuat Gita mual lagi dan lagi. Kali ini bukan bau terasi lagi tapi bau ikan asin yang sepertinya baru selesai dimasak tuan rumah ini.

"Huek, huek! Maaf Pak, saya mau ke kamar mandi dulu!"

Gita mendahului langkah Keenan yang sedang berjalan di depannya. Kecurigaan Keenan semakin menjadi-jadi. Dulu waktu Monalisa hamil Alvaro gejalanya juga sama, saat embrio itu sudah di transplantasikan ke tubuh istrinya kembali, maka Monalisa juga mengalami gejala morning sick seperti yang Gita alami saat ini.

"Gita, mau kemana? Aku udah bangun loh!"

Alvaro yang masih berpiyama mengejar Gita sampai ke depan pintu toilet, lari Nannynya itu lebih kencang karena benar-benar tak tahan untuk mengeluarkan semuanya. Pintu digedor Alvaro dari luar, tapi Gita tak peduli, yang penting mualnya berhenti.

Lima menit Gita di dalam kamar mandi, napasnya tersengal, air matanya kini benar-benar tumpah. Ketakutannya tentang benar-benar hamil semakin menjadi-jadi. Dia takut dikucilkan, dihakimi, jadi orang tua tunggal untuk bayinya nanti, dia belum siap, belum sanggup, dan tak tau apa yang harus diperbuatnya saat itu terjadi.

***

Gita dikerubungi kantuk yang teramat dahsyat saat menunggu Alvaro di depan kelas. Dia tutupi wajahnya dengan kain, lalu menggeser duduknya ke ujung kursi panjang di mana di sana ada dinding yang bisa digunakannya untuk bersandar. Ingin dia labuhkan tubuhnya sementara waktu di sana sampai Alvaro keluar dari ruangan, dia teramat lelah, dan rasa mengantuknya menjadi teramat parah.

Saat matanya tertutup dia menjadi bermimpi-mimpi mengenai Jevi. Di mimpinya, dia pergi ke Ibukota untuk meminta pertanggungjawaban lalu ntah kenapa Jevi tak mengenalinya dan malah berpaling dengan wanita zholim yang bernama Andira. Gita bahkan memohon agar Jevi mendengarkannya lebih dahulu mengenai keluh kesahnya selama ini, tapi jangankan menggubris, malah laki-laki itu memanggil security untuk mengusir Gita dari hadapannya.

Untung hanya mimpi, Gita menggerakkan badannya saat 20 menit terlelap. Keadaan di luar kelas masih sepi, hanya ada suara belajar dari dalam ruangan. Dia kembali meluncur ke alam mimpi tapi kini tak satupun yang muncul di alam bawah sadarnya itu. Lelahnya akhirnya melabuh, hanya istirahat yang tubuhnya kini butuh.

***

Jevi ingin pergi, kemanapun itu asal jauh-jauh dan tak ada satupun manusia yang mengenalinya sebagai Jevi Nugraha yang terkena skandal video asusila. Sekarang Jevi baru paham dan mengerti, kenapa Nenek sihir itu tak datang ke pernikahan tadi, ternyata tujuannya adalah memberikan Jevi kejutan yang mengerikan yakni dengan menyebarkan video itu ke situs pernikahan mereka berdua.

Jevi panik sekali, sorenya, setelah berunding dengan para keluarga besarnya, Jevi memutuskan akan menenangkan diri ke Singapura bersama Maminya yang terlihat sudah tak bisa berekspresi dari tadi. Tangis Tresna sepertinya sudah habis, kata-katanya sudah tak ada lagi, yang ada orang tua Jevi itu hanya diam dengan pandangan kosong ke depan dengan jiwa tak lagi tenang sebab semuanya sudah berantakan.

"Maafin Jevi Mi, Jevi tau kalau ini salah Jevi!"

Jevi yang terkenal pembangkang oleh sepupu-sepupunya kini berubah menjadi anak yang berbakti. Dia ciumi punggung tangan Maminya sekaligus berlutut di kaki Tresna yang tergantung di kursi ruang makan, tapi wanita itu tak mengangguk, maupun menggeleng, diam saja tanpa ekspresi.

"Jev, udah ini mah, lu musti pergi sekarang, sebelum polisi manggil lu dan melakukan investigasi, lu mending nenangin diri lu. Lagian lu juga bukan artis, jadi aman lah, paling mentok-mentok skandal lu di tulis di majalah bisnis!"

Afri, sepupu Jevi, akhirnya memberi jalan keluar sementara yang cemerlang. Sedangkan yang lainnya seperti Azam sudah siap-siap memberikan pertolongan untuk memesan tiket pesawat untuk mereka berdua agar bisa berangkat sore ini juga.

"Ayo Jev, lu musti selamatkan diri lu dulu. Jangan gegebah, kita semua bersedia membantu lu. Tenang!"

Jevi akhirnya berdiri dan bersiap pergi dari ruang makan ini. Tresna lagi-lagi pingsan. Begitu berat cobaan hidupnya di satu minggu ini.

***


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora