TOLONG BUKA BAJUKU, GITA!

106 1 0
                                    

"Git, lu anterin itu anak ke mana kek? Jangan dibawa ke kamar ini juga kali. Iya, gue tau Bapaknya lagi ke luar kota, tapi gue pengen malam ini cuman bareng lu Git, soalnya besok pagi-pagi sekali gue udah balik lagi!"

Jevi melongok dari jendela balkon ke dalam kamar hotel berbintang yang disewanya tersebut. Di sana, dia dapat melihat Alvaro sedang melonjak-lonjak kegirangan karena kasur yang akan dia tempati nanti lebih empuk dibanding kasur di rumahnya.

"Om, jangan gitu! Lagian udah malam Om, Alvaro kasihan mau dititipin kemana coba. Keluarga besarnya juga tinggal tak dekat-dekat sini. Bi Minah juga di rumah sakit nungguin suaminya. Dia semalaman ini bareng kita aja ya Om! Kasihan loh!"

Gita bersungut dan mengiba, wanita ini memang sangat penyayang dengan anak kecil. Jiwa keibuan Gita bahkan sudah ada saat umurnya 10 tahun, tepatnya ketika Cika lahir ke dunia. Dia lah yang paling banyak mengurus Cika karena Ibu mereka sudah sakit-sakitan dan kesulitan mengurusi bayi.

"Ah, ya udah. Gue padahal pengen puasin lu malam ini. Emang lu nggak rindu sentuhan gue gitu?"

Gita menggigit bibit bawahnya, wajah pria yang sedang berkacak pinggang ini benar-benar membangkitkan birahi. Maskulin dari atas sampai bawah, wangi laki-laki metroseksual, dan jika mengingat momen-momen panas sudah terjadi di antara mereka berdua, Gita akan sulit bernapas.

"Gue pesan satu kamar lagi gimana? Biarin tuh si bocah tengil tidur sendirian di kamar ini!" ucap Jevi berinisiatif.

"Om, jangan buang-buang uang. Ayo kita tidur Om, udah jam 9 malam. Varo musti tidur karena besok dia harus berangkat ke sekolah."

Jevi kesal dengan siapapun yang menjadi orang ketiga yang mengambil perhatian Gita darinya. Tapi saat pintu balkon itu dibuka kekasihnya, mau tak mau Jevi juga mengikutinya sampai ke dalam kamar.

"Varo, mandi dulu yuk sebelum bobo. Badan Alvaro acem gara-gara tadi lari-lari mulu wakti kita ke pantai. Sini Gita mandiin!"

Ah, ntah kenapa Jevi menjadi cemburu dengan anak sekecil itu. Apalagi ketika melihat Gita menggendong anak tersebut dengan teramat erat lalu membawanya ke kamar mandi.

"Gita aku mau pakai air panas ya, panasnya sedang saja. Sekarang, tolong buka bajuku Gita!"

Dari kamar mandi terdengar suara anak kecil itu berkata demikian yang membuat Jevi menjadi meradang. Apa yang terjadi nanti jika anak kecil itu jatuh cinta ke nanny-nya sendiri saat dia beranjak remaja, sama seperti dulu Jevi mencintai Mbak Sumi.

Jevi berjalan menuju kamar mandi, melihat kekasihnya menyabuni badan anak majikannya lalu membilasnya dengan air hangat di bawa shower. Jevi yang tidak senang melihat pemandangan itu, segera menyuruh Gita menjauh karena dia yang akan memandikan Alvaro saat ini juga.

"Pergi lu Git, biar gue yang nanganin anak ini!"

Tangan Gita ditarik oleh Jevi sekuatnya. Wanita itu terpelanting keluar kamar mandi. Alvaro hendak menangis sekaligus marah, tapi karena jiwa kompetisinya dengan Jevi yang berapi-rapi, sekarang dia ingin terlihat mandiri.

"Aku bisa mandi sendiri, kakek Drakula! Pergi kamu ke sana." Alvaro mendorong Jevi dengan tenaganya yang tidak seberapa.

"Nah gitu dong. Mandiri kek, aku aja bisa mandi sendiri, malah aku juga sering mandiin Gita!" jawab Jevi santai.

"Om!" teriak Gita karena tidak senang dengan pembicaraan Jevi tadi yang berkonotasi negatif. Tapi laki-laki itu hanya mencibir ke arah wanita itu dan keluar kamar mandi tergesa-gesa.

"Varo, Gita mandiin ya?"

"Nggak, aku bisa sendiri. Gita pergi jauh-jauh dan tutup pintu kamar mandi!"

Gila, kecil-kecil seperti ini, Alvaro sudah tau bagaimana membuat harga dirinya tinggi. Entahlah nanti, dewasanya akan seperti apalagi.

"Yakin?" tanya Gita dengan nada tak mempercayai.

"Iya Gita! Tutup pintunya sekarang!" perintah Alvaro dengan garang.

"Udah Git, kapan lagi dia bisa mandiri. Mumpung dia mau belajar. Yuk, kita ke kasur."

Jevi menarik tangan Gita dengan antusias. Menghepaskan dan menindih tubuh wanita itu dengan ganas setelah memastikan jika Alvaro di dalam kamar mandi tersebut tak akan keluar dalam waktu dekat. Mereka berdua menahan desah, hanya saling mencium, menjilat, menggigit, meraba, tanpa melibatkan penyatuan kelamin keduanya, dan tentunya pakaian mereka berdua tak banyak terbuka untuk jaga-jaga.

***

Tidur malam ini berbeda, satu ranjang ekstra king size diisi bertiga. Alvaro di tengah dengan dua orang dewasa mengapitnya. Anak itu setelah mandi tadi langsung terlelap tak lama seusai berdebat dengan Jevi, sedangkan dua lainnya masih setia membuka mata meski anak kecil itu sudah mendengkur karena hari ini dia teramat kelelahan sepertinya.

"Git, gue bahkan tak pernah kayak gini sama keluarga gue. Dan sekarang saat gue udah di usia bapak-bapak, tuhan mengizinkan gue mewujudkan mimpi gue sewaktu masih balita tapi dengan posisi berbeda."

Gita mengalihkan pandangannya dari langit-langit kamar untuk menatap tunangannya tersebut yang kini terlihat sedang mengenang.

"Alvaro sepertinya juga nggak pernah Om, keluarganya sepertinya juga tak harmonis. Pak Keenan itu sifatnya terlalu diktator termasuk sama anaknya sendiri. Jadi ya Gita berusaha ngasih dia kasih sayang agar emosinya tak meledak-ledak lagi!"

"Ntar kalau kita punya anak, lu akan rawat dia kayak Alvaro kan?" tanya Jevi.

Gita tersenyum pahit. Menatap wajah Jevi dengan sendu.

"Om,emang nggak mau punya anak sama Kak Dahlia? Om kan mau nikah 5 hari lagi sama dia!"

Jevi tersulut emosi. Ntah kenapa Gita dikasih tau tapi tak ngerti-ngerti akan semua perkara ini.

"Git, please lu musti ngerti! Gue nikah sama dia tanpa perasaan Git, tak ada perasaan sama sekali. Dan gue nggak bakal nyentuh dia jadi gue nggak mungkin punya anak dari dia!"

Tatapan Jevi berubah marah meski suaranya masih pelan, Gita mengangguk paham.

"Iya Om, Gita ngerti. Gita hanya bingung, ntar kita ketemunya gimana ya Om, kalau Gita ntar masuk akun lambe-lambean akibat jadi pelakor gimana?"

"Gue nikah sama dia cuman tiga bulan. Lu ingat tuh tiga bulan. Habis itu gue duda dan akan nikahin lu segera!"

Rasanya ada yang mau melompat dalam perasaan Gita saat ini. Senang sekali dia mendengarkan berita itu dari mulut Jevi. Ingin sekali saat itu cepat terlewati, sehingga Dahlia benar-benar menyingkir dari tunangannya ini.

"Gita nggak apa-apa deh sama duda juga, asal sama Om Jevi!"

Jevi tersenyum lebar sembari memikirkan hal apalagi yang bisa membuat jantungnya lebih berdebar.

"Git, main di kamar mandi yuk! Mumpung nih bocah udah pulas amat tidurnya."

Gita paling bersemangat, dia duluan turun ranjang, sehingga Jevi tak sabar untuk menunggu saat wanita itu telanjang.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon