OM MUSTI TANGGUNG JAWAB!

896 3 0
                                    

"Gita, Gita, Gita!"

Terdengar suara memanggil dari bawah sana setelah mobil diparkirkan pemiliknya. Gita yang menyadari Jevi sudah pulang ke rumah, langsung bergegas ke lantai satu untuk menghampiri tuannya tersebut.

"Wow, pantes lu betah di rumah aja tiap malam ya Jev, nolak mulu kalau kita ajak keluyuran. Ini kan yang lu bilang namanya Gita itu? Bodynya mirip Saori hara euy!"

Gita yang tak tau apa yang laki-laki di samping Jevi itu maksudkan, hanya diam dan menundukkan kepala. Lalu tak lama dia mengambil satu kantong plastik yang berisi minuman yang Jevi sodorkan ke depannya.

"Git, letakin ini di meja makan, sediain sloki juga, dan lu segera tidur di kamar dan jangan lupa pintu kamar lu kunci benar-benar!"

Gita mengangguk tanda siap menjalankan perintah. Tapi salah satu dari dua pria lainnya yang dibawa Jevi ke rumah sepertinya tak rela jika pembantu seksi itu pergi begitu saja.

"Tunggu Git, Gita nggak diajak minum-minum bareng kita Jev? Bisa juga tuh kalau dipakai satu bertiga!"

Jevi menepuk kepala Andre yang baru memberikan kalimat yang melecehkan pembantunya itu dengan sadis. Andrepun langsung protes dibuatnya.

"Sakit Jev, sialan lu. Biasanya kalau ada barang bagus juga lu bagi-bagi ke kita, sekarang songong amat lu pengen nguasain sendiri."

Gita yang masih tak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan hanya mendengarkan tanpa memberikan tanggapan. Hal itu yang membuat Jevi ingin segera mengusirnya dari hadapan mereka bertiga. Dia ambil kembali bungkusan plastik itu dari tangan pembantunya tersebut.

"Lu balik ke kamar sekarang Git, tidur dan kunci pintu kamar lu rapat-rapat, perintah yang tadi udah nggak jadi!"

Gita lalu meninggalkan Jevi beserta dua temannya dengan pikiran masih bertanya-tanya. Dua pasang mata pria matang yang berdiri di samping Jevi tersebut tak ada letih-letihnya dalam memandang terlebih bagian bokong dan betis Gita yang sangat menggoda untuk dijamahi.

"Gue nyesal nikah muda semenjak tau di sudut dunia masih ada wanita desa yang seksinya macam pembantu lu itu Jev. Kalau yang ini 5 juta nggak bisa nih Bre, biar Gita lu bisa gue pinjam sehari semalam," tawar Tama yang sudah ileran karena fantasinya sudah kemana-mana.

"Gita gue bukan untuk kalian laki-laki hidung belang, yuk sekarang kita mulai pestanya."

Jevi mengarahkan teman-temannya itu ke ruang makan, ntah pemandangan apa lagi yang didapatkan. Sempak bersama kutang berjejeran kembali di jendela sehingga merusak pemandangan. Tentu saja Jevi jadi malu dibuatnya. Tapi untung saja benda lainnya masih pada tempatnya.

"Kalian maklumi ya, itu Si Gita, gue dapatkan dari kampung, dan dia masih percaya sama kepercayaan aneh-aneh, makanya itu pakaian dalam dia jemur semua di dalam rumah."

Mereka berdua tertawa, ada-ada saja memang pembantu Jevi itu tingkahnya.

"Lu nggak beliin dia pakaian dalam yang bagus gitu Jev, udah sampai kutu air an gue liat, ada robek juga nih dikit, anjir yang ini rendanya sampai lepas-lepas gitu, iyuh, yang ini lebih parah, masa udah belang-belang gini sih Jev?"

Andre maju melihat lebih detail apa saja yang tergantung di jendela sana. Jevi sampai tidak tau harus bereskpresi seperti apa, antara malu dan bingung yang melebur menjadi satu. Tapi yang pasti setelah ini pembantunya itu akan dia belikan pakaian dalam yang sepantasnya. Masa aset yang berharga seperti itu harus dibungkus oleh pakaian kadaluarsa sih!

"Ntar deh, kalian tunggu dulu di sini, gue ambil es batu sama sloki dulu ya!"

"Ya udah, kita tungguin, ajak tuh sekalian pembantu lu itu mana tau bisa striptis di depan-depan kita," celetuk Tama yang masih berusaha membujuk Jevi agar dapat mengajak Gita ke pesta mereka.

"In your dream!"

Jevi pergi dan tak lama dia pun kembali dengan perlengkapan pesta.

----

Gita terjaga saat matahari sudah mulai tinggi dan segera berteriak ketika menemukan tangan laki-laki menyusup di dadanya yang berisi.

Ini bukan mimpi, tidak sama sekali, sepertinya laki-laki ini masuk ke kamarnya tadi malam. Bau badannya itu benar-benar sekarang membuat Gita mual, ntah apa yang menjangkiti otak pria ini sehingga bisa masuk ke kamar Gita malam tadi.

"Om Jevi, minggir!" pekik Gita, lalu menendang pria itu dari ranjangnya dan segera tersungkur ke lantai.

Gita rapikan kembali daster tidurnya yang terbuka hampir semuanya karena tangan Jevi yang menyusup berasal dari bawah untuk mencapai dadanya yang sintal. Benar-benar niat sekali pria ini menodai kesuciannya.

Jevi terjaga dari tidurnya, meracau karena pinggangnya terbentur keramik dan menyakitkan sampai ke tulang belakang.

"Git, ada apa sih? Sakit nih lu pakai acara hantam-hantam aja dikira gue samsak tinju kali ah"

Gita langsung menangis sesegukan. Dia rapikan dasternya kembali dengan histeris. Dadanya sekarang naik turun karena sama sekali tak terima dengan kelakuan majikannya itu terhadapnya.

"Om apain Gita semalam, kenapa Om jahat ke Gita? Om mau rusak Gita ya?"

Jevi memijit kepalanya yang masih pusing akibat minum-minum semalam. Dia masih tak menyangka kenapa dia berada di kamar ini sekarang, bukanlah saat dia melepas kepulangan Andre dan Tara dini hari tadi, dia langsung ke kamarnya di lantai dua? Lah sekarang kenapa tiba-tiba berada di kamar pembantunya ini. Sepertinya semalam dia black out sehingga melupakan banyak hal.

"Git, kan udah gue bilang kunci kamarnya. Lu sih nggak dengerin!"

"Pintunya masih rusak gara-gara Om bongkar minggu lalu, udah Gita coba perbaiki tadi malam tetap nggak bisa. Gita musti gimana kalau udah kayak gini? Om jahat, Gita hamil nggak ya? Om tanggung jawab kalau Gita hamil!"

Dia kembali sesegukan, sehingga Jevi jadi kebingungan di buatnya. Jevi mengecek pakaian di badannya, semua pakaian masih melekat dan tak ada yang terlepas kecuali tiga kancing teratas di kemejanya, bahkan resleting celananya beserta sabuk pun masih dalam posisi semula. Seharusnya ini tak akan berakibat fatal

"Lebay lu Git, nggak semudah itu bikin wanita hamil, selama baju lu dan baju gue masih ada lu nggak bakal apa-apa, sorry ya, gue juga nggak sadar semalam ternyata masuk kamar ini."

"Om nggak mau tanggung jawab?"

Jevi terpaksa mengeluarkan uang ratusan ribu dari dompetnya, lima lembar, lalu diserahkannya ke tangan gadis itu. Dia tidak mau memperpanjang perdebatan, dia ada meeting pertengahan bulan dengan karyawan dan musti segera ke kantor secepatnya agar tak terlambat.

"Ini tanda permohonan maaf gue, terserah lu mau beli apa dan mau beli dimana. Makanya, internet itu dipake buat yang bermanfaat bukan drama korea mulu, bego amat pengetahuan tentang sex education lu, tau nggak sih?"

Gita masih tak mengerti dengan maksud Jevi memberikan uang tersebut terhadapnya. Apakah sekarang dia lagi Jevi perlakukan sebagai wanita murahan yang bisa dibayar pakai uang?

"Gita bukan cewek murahan ya Om, Gita nggak butuh uang Om, Gita cuman mau pertanggung jawaban Om."

"Gue mau bertanggung jawab dengan gimana Gita? Lu juga nggak hilang keperawanan kan? Selama gue nggak masukin 'itu' gue ke serabi lempitnya elu, lu nggak bakal kenapa-kenapa kali, istilahnya masih suci kata orang-orang."

Jevi ingin berbalik ke kamarnya untuk mandi karena harus berangkat pagi, tapi yang terjadi adalah Gita langsung melompat dari ranjangnya dan menahan tangan majikannya itu dengan berang.

"Om musti tanggung jawab!"

"Ini dompet gue, lu bawa dah, pergi lu ke rumah sakit sana buat tes keperawanan. Sekalian lu tanya ke dokter kalau dada lu dipegang laki-laki bakal hamil nggak. Gue nggak punya waktu Gita, gue banyak kerjaan!"

Gita akhirnya diam. Menerima dompet Jevi di tangannya dengan kebingungan.

---

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now