KAMU TAKUT AKU APA-APAIN YA?

312 2 0
                                    

Flash back on

Fares dan Gita sudah dua kali mengitari komplek ini, tapi Gita masih tak yakin ke rumah laki-laki tersebut karena di sabtu ini tak berpenghuni. Fares memang sekarang tinggal di situ sendiri karena kebetulan orang yang bekerja di rumahnya kini sedang cuti dan dia baru kembali sabtu depannya lagi.

"Git kamu takut aku apa-apain ya?"

Gita menggigit sedotan bubble tea-nya dengan muka yang penuh keraguan. Dia tak mau kejadian beberapa hari yang lalu dengan Jevi kembali terulang. Apalagi sejak mereka jalan berdua tadi, Fares sudah lancang menyentuh pinggangnya, menggenggam tangannya, juga barusan merangkul bahunya.

"Res, aku nggak mau kejadian aku sama Om Jevi terulang. Aku merasa berdosa Res!"

Fares memukul stir mobilnya. Om-om bujang lapuk itu benar-benar merusak moodnya.

"Ya kamu kenapa nyerahin diri begitu saja Git? Kenapa juga sama dia kamu mau sedangkan sama aku kamu takut. Padahal aku nggak mau jahatin kamu!"

Gita menggigit bibirnya. Dia mulai ingat petuah Jevi yang selalu bilang 'hati-hati sama lelaki karena mereka punya seribu cara licik untuk meniduri wanita yang mereka inginkan termasuk berjanji-janji busuk', sehingga sekarang Gita mulai memikirkan cara lainnya agar bisa menjauh dari tempat ini.

"Res, kita jalan-jalan di luar aja gimana? Ke mall gitu?"

"Aku bosan, kalau di mall kamu selalu balikin uang aku setiap aku bayarin, apalagi di sana rame lagi orangnya!" tolak Fares tegas.

"Ya udah, atau kita jalan-jalan ke taman aja sekarang Res."

"Kamu nggak liat ini cuaca lagi panas begini?"

Gita mulai kebingungan dan menyatukan jemarinya lalu berpikir apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Sudah hampir 2.5 jam dari pulang ujian tadi, Gita bersama Fares berdua kemana-mana. Sudah curhat dari hati ke hati juga mengenai apa yang terjadi saat mereka tak bersama. Tapi tetap saja pikiran Gita selalu kacau saat masuk ke rumah berlantai dua yang jaraknya hanya 5 meter dari tempat mereka berada.

"Res, Gita pulang ya. Kayaknya udah siang, mau nyiapin makan siang buat Om Jevi."

Gita mulai menarik handle mobil berharap bisa keluar dari mobil ini secepatnya. Tapi tangan sebelah kanan Gita sudah dicengkram oleh Fares kuat-kuat sehingga posisi gadis itu kembali duduk di tempat semula. Gita sekarang menatap mata Fares dengan bertanya-tanya.

"Gita punya hutang ya, Res?"

"Emang menurut kamu aku masih butuh uang recehan gitu? Kamu nginjak-nginjak harga diri aku tau karena bersikap kayak gitu!"

Gita diam lalu kembali menekurkan kepalanya dalam-dalam. Fares terlihat tidak semanis biasanya, sekarang malah Gita merasa terintimidasi oleh laki-laki ini.

"Maaf ya Res kalau Gita salah. Gita cuma takut kalau ada apa-apa. Ntar yang tanggung jawab siapa?"

Gita meneguk salivanya. Ketakutannya membabi buta saat melihat Fares dari sisi berbeda.

"Git, kamu tau kan aku suka kamu?"

Gita mengangguk, memang tadi pagi Fares sudah menyatakan perasaannya ke hadapannya dengan lembut. Saat itu Gita merasa meletup-letup kebahagiaannya, seperti sedang ditempatkan menjadi pemeran utama wanita drama korea. Tapi sekarang, dia merasa lagi bersiap-siap dijagal oleh psikopat berdarah dingin saat Fares menjadi berbeda dan tak lagi hangat.

"Git, kita pacaran kan?"

Gita terdiam, tadi memang dia juga berterus terang jika dia juga menyukai laki-laki ini. Tapi sekarang dia ragu untuk memulai hubungan serius dengan Fares yang menurutnya tempramental.

"Git, jawab aku!" Nada bicara Fares mulai tinggi.

"Res, kita jalanin dulu aja ya?"

"Tanpa status?"

Gita mengangguk pelan. Ragu beserta ketakutan melebur jadi satu kesatuan.

Laki-laki itu kembali memukul-mukul stir mobilnya kuat-kuat. Gita berharap bisa menghentikannya.

"Res, udah ya! Jangan marah!"

Gita mengusap-ngusap lengan Fares perlahan-lahan. Laki-laki itu menoleh pada wanita yang disukainya itu dan menatapnya dalam-dalam. Fares bisa gila lama-lama jika tak mendapatkan Gita seutuhnya.

"Git, kamu pakai shampo apa sih kok wangi banget rambut kamu?"

Gita mengangkat wajahnya sepertinya Fares sudah berubah perangai.

"Shampo wangi apel, merknya Gita juga lupa Res!"

Fares mengacak-ngacak rambut Gita yang terurai indah sampai melebihi pertengahan punggung. Rasa keinginannya untuk menyentuh Gita lebih lanjut semakin membumbung.

"Sini deh Git, aku bisikin sesuatu."

Gita mendekatkan telinganya ke arah Fares, tapi laki-laki itu segera menarik wajah gadis itu agar dapat dia jamah.

"Res, jangan!"

Gita mendorong Fares, satu lumatan barusan mendarat di bibir merah Gita sehingga wanita itu menjadi tak nyaman.

"Nggak apa-apa kok Git. Aku akan melakukannya lebih baik dibanding majikan kamu itu."

Gita tetap tak sudi, dia tak mau melakukan kesalahan sampai dua kali.

"Aku mau pulang!"

Gita menarik handle pintu tapi Fares sudah menguncinya segera.

"Dingin ya Git, di luar panas loh. Memang kamu mau kepanasan gitu?"

"Res, Gita mau keluar!"

Gita gelisah, tapi Fares semakin bergairah. Dia tarik gadis itu sampai terengah-engah. Lalu dia tenggelamkan dirinya di leher jenjang Gita dengan menghisap dan menggigit kecil dan tak mempedulikan Gita yang berusaha memukul-mukul dadanya. Dan ya, Fares juga sempat-sempatnya meraba aset Gita nan sintal. Emang prinsipnya, sekali berdosa, dua sampai tiga keinginan bejat terlampaui.

Fares baru melepaskannya ketika Gita sudah menangis sesegukan. Sekarang rasa penyesalan baru muncul ke permukaan. Apalagi setelah Gita minta pintu dibukakan dan segera berlari ke luar kendaraan. Laki-laki itu tertunduk dalam. Dia mulai sadar, jika kejadian ini bisa membuat Gita meninggalkannya selamanya. Dan hanya lima menit sudah terbukti adanya, nomor kontaknya sudah di blok keduanya.

Ya, kehilangan itu adalah efek klise untuk menebus semua kesalahan.

Flashback off

----

Malam ini berbeda. Tepat 9 hari setelah kejadian itu, Fares kembali naik ke ranjangnya dengan hati yang bahagia. Dia barusan menghubungi Gita, mereka akhirnya bisa lagi tertawa-tawa. Rasanya indah saja, bisa mengambil kembali hati gadis cantik itu seperti semula.

Tapi di sisi lain, Gita yang sedang berbaring di ranjang kapuk busuknya setelah menghubungi Fares, kini malah tertekan karena dibentak-bentak majikannya. Jevi berkata jika Gita tak boleh mempercayai orang sesukanya. Gadis itu menurutnya harus bisa membedakan antara rahasia dan konsumsi publik, dan jangan main buka-bukaan atas semuanya.

"Maafin Gita Om, Gitakan cuman ngomong sama Fares doang!"

Jevi masih berbicara keras-keras, seperti tak ada toleransi baginya untuk Gita yang ceroboh atas semuanya.

"Apa lu bilang? Maaf? Lu tau nggak gimana malunya Gue sama curut itu tadi? Gue mau ngelindungin lu Git, jadi jangan lu tempatin gue sebagai orang jahat di kehidupan elu!"

Gita hampir menangis karena dibentak Jevi dengan hebat. Tapi dia tak tau apa yang harus dia buat kecuali minta maaf agar Jevi tak lagi meledak-ledak.

"Kak, Nenek kejang-kejang kak!"

Pintu kamar tiba-tiba dibuka. Gita terperanjat ketika mendengar kabar dari Amri. Gadis itu tinggalkan handphonenya lalu berlari ke kamar Neneknya tersebut.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon