NTAR TUMPAH KALAU CUP-NYA CUMAN SETENGAH!

708 3 0
                                    

Hanya ada dua kemungkinan seorang laki-laki masuk ke bagian yang menjual pakaian dalam wanita di mall, yang pertama mengikuti pasangannya atau yang kedua memang terlalu bucin sebucin-bucinnya sehingga rela mengubek-ngubek pakaian dalam wanita tersebut untuk menghadiahi kepada orang yang dicintainya.

Jevi yang masih memakai setelan kantor, berjas lengkap dengan dasi yang melingkari kerah kemejanya, berusaha santai ke tempat tersebut. Dia langkahkan kakinya dengan biasa saja, seolah-olah tak mempedulikan beberapa ibu-ibu yang penasaran dengan apa yang akan dilakukan pria tampan ini di tempat yang hampir semuanya diisi kaum hawa. Walaupun ada lelaki, pasti lelaki itu segera menyingkir dan menunggu pasangannya dengan duduk di pinggir, kalau ada yang mengikuti wanitanya pasti kebanyakan berasal dari pengantin baru yang lagi hangat-hangatnya berumah tangga sehingga sang suami merasa berhak ikut campur pada apa yang dipakai istrinya untuk mendukung performa aktivitas ranjang mereka berdua, sedangkan yang mondar mandir paling hanya supervisor mall yang ingin mengetahui sejauh mana kerja karyawan wanitanya, dan terakhir yang datang sendiri seperti Jevi ini sudah pasti akan dicap bucin karena rela diliatin orang-orang demi dapat barang yang diinginkannya meski bukan untuk dirinya sendiri.

Jevi edarkan pandangannya sambil berimajinasi bagaimana jika pembantunya itu memakai pakaian dalam yang ada di patung-patung yang terpajang di tempat ini. Bagi Jevi, pakaian dalam juga ikut serta dalam menentukan keseksian seorang wanita. Bisa saja aslinya wanita itu tepos sekali, tetapi karena adanya bantuan push up bra dan celana dalam dengan busa di bagian bokongnya maka wanita itu akan terlihat lebih menggoda secara instan, tapi kalau kasusnya Gita, Jevi ingin mencetak anak walinya itu seperti model majalah dewasa yang onderdilnya sebenarnya sudah besar ditambah pakaian dalam yang menambah keseksiannya jika dikenakan.

Jevi mulai tertarik pada pakaian dalam yang dikenakan patung yang berada persis di depannya. Dengan perlahan tapi pasti sambil menyusup di antara ibu-ibu yang sibuk mengobok ngobok kutang dalam keranjang, Jevi mendekati mannequin yang sekarang di pikirannya sudah berubah menjadi sosok Gita yang memakai pakaian dalam itu lengkap dengan senyuman menggoda dan goyangan telunjuk yang menyuruhnya mendekat. Bra berenda dengan pita menggantung di tengahnya, bertipe balconnete yang menutupi hanya setengah bagian dada, dengan tali lebar ke belakang untuk menyatukan tiga pengait, membuat Jevi memutuskan jika ini adalah bra yang tepat untuk pembantunya itu.

Dia kembali fokuskan pikiran, agar fantasinya mengenai Gita dapat pudar seutuhnya, dia tunggu pramuniaga datang ke tempatnya berdiri sambil celingak celinguk tak sabar untuk dapat segera membungkus barang yang diinginkannya. Tapi tak lama matanya mendeteksi ada yang tidak beres dengan dua orang yang berada di sekitar sini.

"Ih kamu seharusnya nggak ke sini Res, duduk aja di sana. Aku bentar doang kok ini, nggak bakal lama-lama soalnya Om Jevi ntar lagi pulang. Gita malu kalau diliatin milih pakaian dalam!" ucap Gita sambil mendahului langkah Fares dari depan, sedangkan mata gadis itu menyapu apapun yang ada di keranjang di sekitar arah perjalanannya

Fares sejujurnya penasaran dengan ukuran dada dari gadis manis ini. Meskipun Gita memakai baju shifon yang longgar tapi sebagai laki-laki yang sudah pernah beristri, Fares tau jika Gita memiliki dua aset di atas rata-rata gadis seumurannya. Dadanya itu tetap keliatan membusung meski mampu sedikit disamarkan dengan pakaian yang dia kenakan.

"Tadi aku kan bilang ke kamu, aku nggak suka ditinggalin sendirian duduk di sana. Lagian kenapa malu sih Git, aku kan juga nggak ngeliat kamu makenya. Di pasar banyak loh laki-laki yang jual pakaian dalam wanita, mereka santai aja melayani pembeli dan tanpa malu-malu."

Ada saja ya cara laki-laki buat tau tentang apa saja mengenai wanita incarannya termasuk mengenai ranah pribadi.

"Tapi Res ....."

Ehem ....

Jevi berdehem, Gita yang awalnya tak menyadari jika pria tinggi di depannya itu adalah majikannya, langsung memasang ekspresi seperti orang yang baru saja bertemu kunti. Semua badannya kaku, kakinya tak bisa digerakkan, bahkan untuk menyapa saja dia tak mampu. Matanya kini hanya tertuju pada mata elang Jevi yang sepertinya sedang menangkap basah kesalahannya itu.

"Hai Om, bertemu lagi nih, gimana kabarnya?"

Fares berusaha mencairkan suasana yang terlanjur beku, meskipun setelah itu mata Jevi langsung menatap kepadanya dengan teramat menakutkan seperti hantu.

"Sudah saya bilang, Gita tak boleh berteman dengan laki-laki sampai dia lulus nanti, kamu paham nggak sih?"

Jevi memelankan suaranya, tapi intonasinya tetap mencekam, kayak nonton film horror James wan tujuh hari tujuh malam.

"Iya Om, maaf ya, tadi Gitanya saya pinjam dulu buat makan siang. Pamit ya Om, pamit ya Git!"

Buaya cilik itu segera undur diri setelah memutuskan tak mau memperpanjang perdebatan yang ditakutkan akan terjadinya keributan jika diteruskan. Gita yang melihat Fares pergi dari hadapannya dengan kondisi tertekan jadi tak enak hati, Jevi menurutnya sekarang sudah keterlaluan.

"Jadi lebih menarik laki-laki dibanding kuliah lu sekarang Git?"

Mata Jevi menuju ke arah gadis yang sekarang hanya menggeleng dengan takut-takut. Dia siapkan pembelaan untuk dirinya sendiri.

"Om, Gita kan nggak ngapa-ngapain, tadi cuman makan siang keluar aja, Om kok sampai gitu sih marahnya?"

"Lu ingat ya Git, semuanya berawal dari nggak ngapa-ngapain, lalu laki-laki akan mencari cara agar lu diapa-apain dan bikin lu nyaman,  akhirnya ketagihan atas semuanya. Waktu lu ketagihan maka dia bosan dan lu ditinggalin dengan trauma yang bakal lu ingat sepanjang hidup lu. Jadi sebelum itu semua terjadi, lu lebih baik membatasi diri untuk tidak berhubungan dengan mereka yang berniat mendekati elu itu."

Jevi kini menarik tangan Gita sehingga gadis itu terbirit-birit mengikutinya. Laki-laki itu cari pramuniaga untuk bertanya tentang ukuran beserta kesediaan pakaian yang diinginkannya tadi. Lalu tak lama pramuniaga itu pergi setelah memutuskan mencari ukuran pakaian dalam yang diinginkan calon pembelinya tersebut.

"Benar kan Git ukuran 38C ukuran bra lu dan XL celana dalam lu?"

Gita yang awalnya tak menyangka jika pakaian dalam itu dibelikan Jevi untuknya segera mengangguk dan menyisipi rasa haru dalam hati. Ternyata tinggi juga nyali majikannya ini pergi ke sini sendiri.

"Om, itu modelnya Om?" tunjuk Gita ke patung itu kurang yakin.

"Iya, emang kenapa?"

"Takut tumpah, soalnya cup-nya cuman setengah," ucap Gita polos sehingga membuat Jevi segera berimajinasi yang bukan-bukan.

"Ntar lu cobain di rumah kalau tumpah gue beliin yang lainnya. Buat sekarang gue beliin dua dulu ya, hitam dan merah."

Gita mengangguk, lalu tak sadar ucapan "terima kasih Om" terucap di bibirnya yang seksi yang ditanggapi Jevi dengan anggukan pelan.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin