GITA NGGAK MAU TAPI DIA MAKSA

486 3 0
                                    

"Siapa yang bikin?"

Jevi mengalih posisikan rambut ikal yang menghalangi bagian leher jenjang Gita dengan segera. Muka Jevi berubah ekspresi seketika itu juga, terlebih saat gadis itu menurunkan tangannya dengan tergesa-gesa. Seperti ingin menutupi apa yang terjadi sesungguhnya.

"Gita jawab gue, siapa yang bikin ini? Jawab woy!"

Jevi menahan diri untuk tak berteriak, sedangkan Gita memasang tampang mau menangis, hatinya kembali teriris mengingat apa saja yang telah terlewati hari ini.

"Om, Gita mau baju yang ini aja ya. Gita coba dulu ke kamar ganti."

Gita berusaha mengalihkan topik pembicaraan agar Jevi tak mengungkit masalah noda merah yang terdapat di lehernya tersebut. Sangat sulit baginya menghilangkan bekas itu dengan cepat meski sudah pakai media es batu agar dapat tersamarkan saat berada di rumah tadi.

"Ini bukan dari gue kan Git, soalnya yang dari gue udah ilang dari kemaren."

Gita berjalan menjauh dari Jevi yang ingin tau, tapi laki-laki itu tetap mengikuti langkahnya karena penasaran dengan siapa yang berani membuat kebejatan terhadap anak walinya itu.

"Git lu jawab woy!"

Gita ingin kabur saja dari mall ini, tapi dia punya ide untuk menenangkan diri sementara di ruang ganti. Dia akan pura-pura ganti baju, lalu mengamati majikannya dan mencari waktu yang tepat untuk pergi dibanding terus menerus diintrogasi seperti ini.

"Basagita Dewani, lu dengar gue nggak sih?"

Jevi tak peduli dengan beberapa orang-orang yang berada di sekitar mall ini yang sedang sibuk dengan jual beli. Baginya dia harus tahu apapun yang terjadi pada Gita secepatnya. Dia kejar gadis itu sampai ke ruang ganti, bahkan laki-laki itu berhasil masuk dan mengunci ruangan yang hanya berukuran satu kali satu meter tersebut dengan segera.

Gita terpojokkan, tubuh besar Jevi sudah menghadang di depannya. Hanya ada satu pintu keluar tapi sayang pintu itu tepat di belakang majikannya

"Git, hei, siapa yang bikin Git." Jevi mulai mengalih posisikan rambut Gita yang menghalangi bagian yang ingin laki-laki itu investigasi.

Bercak itu pasti dibuat dengan nafsu yang memuncak, sangat merah bahkan sampai membiru di tengahnya. Dan bercak lainnya juga ada, tapi tak terlalu kentara, dan ada bekas seperti gigitan juga di sampingnya. Jika gadis ini tak mau, pasti akan meninggalkan luka traumatis. Sepertinya iya, karena Jevi perhatikan Gita sering menangis ketika di mobil tadi. Bahkan sampai di dalam mall untuk membeli perlengkapan liburan saja dia masih murung dan kebanyakan melamun.

"Git, lupain ya? Ntar gue kasih pelajaran ke pelakunya sampai ampun-ampunan minta maaf ke elu."

Jevi mengusap puncak kepala Gita yang menunduk sedari tadi. Gita reflek memeluk pria tersebut dengan erat, lalu dia menangis sesegukan di dada m Jevi yang kokoh. Air matanya membasahi kemeja pantai yang Jevi pakai. Majikannya itu mengerti dengan kesedihannya tapi bagian bawahnya segera bangun seakan tak bisa diajak kompromi ketika Dada Gita menyentuh badannya yang berotot. Terlalu bundar dan empuk untuk ujian iman agar tak menyentuhnya dengan tangan.

"Maafin Gita Om Jev, Gita nggak dengerin omongan Om Jev, Gita jadi nyesal sekarang."

Benar dugaan Jevi, pasti wanita berkemeja putih itu sudah dilecehkan seorang pria sampai dia uring-uringan seperti ini.

"Lu diapain aja sama dia? Fareskan orangnya?"

Gita mengangguk, berhenti untuk terseguk, lalu dia lepaskan peluknya di tubuh majikannya tersebut.

"Gita dicium awalnya, terus leher gita dihisap, dan dada Gita dipegang, Gita nggak mau, tapi dia malah semakin menjadi-jadi buat maksa, untung Gita bisa melarikan diri naik ojek di sekitar kejadian."

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora