JANGAN DEKAT-DEKAT!

61 1 0
                                    

"Kak, kakak yakin nggak apa-apa? Kenapa muntah-muntah melulu sih, kakak nggak hamil kan?"

Amri menegur Gita yang baru keluar kamar mandi dengan muka yang kembali pucat pasi. Sudah ketiga kalinya sejak tadi pagi sampai sore ini kakaknya muntah-muntah sehingga harus bolak balik kamar mandi.

"Hamil?"

Gita menghela napasnya. Ah, dia teringat pernah menonton sinetron di masa remajanya dulu yang bercerita tentang kehamilan yang tidak direncanakan. Iya, salah satu tandanya suka mual dan muntah seperti yang dia alami.

"Iya, Kakak ngapain aja sama Om Jevi, kakak nggak berhubungan badan kan sama dia? Kakak kalau hamil di luar nikah keluarga kita akan dicap tidak bermoral oleh masyarakat loh Kak! Aku tak mau itu terjadi!"

Anggota pergerakan Gita seketika kaku. Mukanya yang puncat semakin basah oleh peluh. Kenapa dia baru kepikiran saat ini. Padahal sudah hampir 4 hari kejadian ini terjadi bertubi-tubi.

"Nggak lah, hulu hati Kakak lagi sakit karena ditendang sama penyekap. Ya gini deh, belum sembuh sempurna."

Gita langsung melangkah pergi, lalu menaiki tangga ke ruang depan itu dengan kekuatiran yang sudah tinggi. Napasnya tiba-tiba sesak, apa yang terjadi jika dia benar-benar mengandung anak Jevi yang hari ini pasti sudah beristri. Apa dia harus menunggu tiga bulan lagi untuk dinikahi? Apakah tuan muda itu benar-benar akan menepati janjinya seperti yang pernah diutarakan saat dulu-dulu itu. Pikiran Gita mendadak kacau, dia kurung dirinya segera di kamarnya yang sempit. Tidur meringkuk dengan pikiran yang terbang kesana-kemari.

***

Sudah pukul 12 siang, Dahlia bisa dipastikan tak akan datang. Tresna mengipas-ngipasi wajahnya dengan kipas bulu merak dengan tergesa-gesa karena kepanikannya bercampur dengan gerah. Sudah banyak tamu yang hadir dari jam setengah 10 tadi, banyak juga yang pulang karena tak sabar, ada juga yang bertahan, dan beberapa sisanya baru datang ke sini. Pemilik acara berusaha menjamu mereka semua dengan suguhan dan suasana yang nyaman, tapi satu yang tak bisa para undangan dapatkan di acara pernikahan normal lainnya, yakni keberadaan pengantin wanita yang tak bisa mereka amati. Ini sebenarnya lebih seperti acara makan-makan dengan musik live yang lokasinya di ballroom hotel mewah, bukan seperti acara pernikahan yang biasanya para tamu mengucapakan selamat beserta harapan pada pengantin yang sudah sah.

Malu bukan kepalang itu adalah hal yang kini Jevi dapatkan. Beberapa rekan mempertanyakan, bahkan terkesan menertawakan. Bagaimana bisa pengantin pria tidak didampingi mempelai wanita tepat di hari pernikahan mereka yang seharusnya sakral, apalagi salah satu pengantin itu tak mengabarkan.

Jevi lebih malu dengan mantan-mantan, FWB-ab, HTS-an yang beberapanya juga turut diundang. Rada mustahil laki-laki yang tahan lama di ranjang, menawan di penampilan, punya segalanya sampai wanitapun susah melupakan, dipecundangi di hari pernikahan yang terlihat sangat mewah dan elegan. Banyak wanita yang bermimpi ingin bersanding dengan bos travel itu di pelaminan, tapi seorang Dahlia sepertinya menganggap remeh rencananya sendiri, dan meninggalkan Jevi seorang diri. Kelewatan memang janda tiga kali itu.

Namun lihatlah di sisi lainnya, banyak dari mereka lebih menertawakan dibandingkan benar-benar tulus menunjukkan muka kasihan, ya bagaimanapun juga, Jevi lebih sering meninggalkan, hilang-hilangan, hanya karena dia bosan menetap pada satu selangkangan. Salah satunya pria tampan itu, siapa lagi kalau bukan Tama, teman sepermainan Jevi yang sudah tahu tentang reputasi beserta kebejatan Jevi bertahun-tahun lamanya.

"Nikah sama hantu lu Jev, aduh, tapi selamat ya. Lu akhirnya punya istri khayalan!"

Tama menyalami Jevi yang duduk sendirian di pelaminan. Di belakangnya ada istrinya yang usianya berjarak jauh dengannya, dan tentu anak sambung Tama yang beberapa bulan yang lalu terpaksa dinikahkan dengan pacarnya karena perbuatan tak senonoh mereka digrebek warga.

"Sialan lu bangke. Pusing kepala gue, Njing!"

Muka Jevi benar-benar muram, merah padam dan seperti menyimpan ribuan dendam yang siap dia lampiaskan nanti pada Dahlia. Dijamin itu wanita sialan kena amukan.

"Ma, Ra, Papa mau ngomong sama Jevi dulu bentar ya, kalian makan aja ya duluan, ntar Papa susul ya!"

Kedua anak beranak itu mengiyakan, setelah menyalami Jevi mereka berdua turun dari pelaminan. Tama dan Jevi berdiri berdekatan seperti pasangan gay yang sedang mengadakan resepsi pernikahan.

"Ngapain lu berdiri di sini Tam, jangan dekat-dekat, gue malu woy!"

"Santai aja kali Jev, gue mau menghibur lu, solidaritas sesama mantan penjahat kelamin itu harus tinggi, jika satu yang kena kesialan, maka satunya lagi harus rela berkorban untuk memberikan penghiburan!"

Jevi mendorong tama dengan tangannya yang dingin, Tama tertawa tapi semakin merapatkan tubuhnya ke badan Jevi yang tegap. Nah tak jauh dari mereka berdua, ada satu cecenguk satu lagi yang sedang menaiki anak tangga ke pelaminan. Laki-laki itu datang sendiri tanpa di dampingi siapa-siapa. Siapa lagi kalau bukan Demian yang sekarang terlihat semakin tampan dengan kemeja panjang yang berwarna cerah yang pas di badan.

"Udah duda lu, Jev? Udah bebas lagi belum lu? Mau nyari korban lagi nggak?"

Kalau bisa me-smack down dua cecunguk ini satu persatu maka Jevi akan smack down saat ini juga. Namun tak mungkin karena dia akan bertambah malu jika membuat keributan di pernikahannya yang sudah berantakan.

"Kalian-kalian kalau mau ngebully gue ntar habis acara ini deh Ya, sekarang kalian minggir! Gue sedang banyak basa basi yang mau gue urus!"

"Udah Jev, udah. Buka lagi lembaran baru. Kan wanita bukan dia aja. Lagian cemen lu sama video skandal aja kalah!"

Demian menyentuh bahu sahabatnya itu dengan tawa yang mengikik, Jevi merasa dirinya benar-benar ditikam Tama dari belakang. Begini nih, kalau membongkar rahasia pada satu teman sepermainan, bisa bocor ke mana-mana. Dari satu orang saja, informasi bisa nyebar tak terkendali.

"Eh si bangke Lu Tam!"

"Lah kenapa Gue Jev, udah diam-diam aja loh dari tadi! Heran gue salah mulu gue di mata lu!" ujar Tama dengan muka polos tanpa dosa.

Tiba-tiba seseorang sepupu Jevi naik ke podium pelaminan, setengah berlari, dengan muka panik nan tak terkendali. Ibu-ibu cantik yang bernama Nadira itu segera menarik Jevi menjauhi kedua temannya, sampai tamu lain yang hendak menyalami Jevi harus menarik lagi langkah mereka ke tempat sebelumnya. Ini gawat, lebih gawat dibandingkan ditinggalkan di hari pernikahan yang sakral.

"Jev, web pernikahanmu diretas, dan isinya video skandalmu dengan Dahlia, dan paling buruknya lagi, bukan hanya VCS tapi ada video bercintamu juga di sana. Sekarang Mamimu pingsan, dan kita semua tak tau sekarang harus bagaimana!"

Jevi benar-benar sudah mati berdiri. Semua kehancuran hidupnya berawal dari sini.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now