KENAPA LU BLOK NOMOR GUE?

90 1 0
                                    

"Gita, ini foto ibu aku, tapi kamu jangan kasih tau Ayah ya. Kalau Ayah tau aku masih nyimpan ini, Ayah tak akan suka!"

Gita perhatikan satu foto yang terdapat di dalam liontin hati itu. Hanya wajah dengan rambut pendek sebahu dari seorang wanita ber-ras mongolid yang terpampang di dalam sana. Mata sipit dipadukan dengan lesung pipi membuat wanita itu sangat cantik dan awet muda. Ternyata ini sosok istri Keenan yang selama ini tersembunyi. Ntah kenapa seorang Keenan selalu merahasiakan identitas wanita ini, padahal menurut keterangan Bi Minah laki-laki itu sangat terpukul dengan kematian istrinya tersebut.

"Cantik ya Sayang, pasti Ibu Varo senang karena sekarang Varo sudah bisa membaca, menyanyi, juga menulis."

Bocah laki-laki itu mengangguk di samping Gita yang baru selesai membacakannya dongeng dari buku cerita bergambar. Sudah jam sembilan dan malam ini Gita harus menemani anak ini di rumah karena Sang Ayah lagi pergi perjalanan dinas ke luar kota.

"Gita, Ayah sangat mencintai Ibuku, meski mereka setiap bersua suka bertengkar dan marah-marah. Entahlah karena apa, aku pun tak tau. Tapi saat Ibuku sudah sakit-sakitan, Ibu selalu menitip maaf ke Ayahku setiap selesai membacakan buku cerita padaku tiap malam. Dia selalu duduk di kursi itu dan aku tiduran di ranjang ini!"

Pikiran Gita mulai mengembara ke sana kemari. Keluarga ini benar-benar penuh misteri.

"Ibu Varo sakit apa sebelumnya?" tanya Gita penasaran.

"Tidak tau Gita, yang pasti perutnya buncit, matanya kuning, dan sering muntah darah! Tapi aku selalu sedih karena Ayah sering melarang Ibuku dekat-dekat denganku setiap aku mencoba mendekatinya. Terima kasih Gita karena kamu selalu mencoba mendekapku dan membawaku ke pelukanmu saat aku marah, padahal ibuku sangat jarang melakukan itu."

Gita menyentuh ubun-ubun Alvaro dengan tangannya yang hangat. Anak itu langsung memeluk tubuh Gita dengan seerat-eratnya.

"Varo ayo berdoa untuk Ibu, Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayani saghira."

Varo mengikuti doa Gita dengan bersungguh-sungguh. Sekarang Gita mulai mengerti jika anak sekecil ini menyimpan luka terdalam mengenai apa yang terjadi di hidupnya itu. Bagaimana bisa seorang ayah menjauhkan anaknya dari sosok seorang ibu yang notabennya adalah orang yang menghadirkan sosok Alvaro di dunia ini.

"Gita, Ayah suka marahin Gita karena aku ya? Dulu Ayah juga suka marahin Ibu karena aku."

"Nggak apa-apa, Gita udah biasa dimarahin seperti itu."

"Gita, aku tau kamu sering nangis di kamar mandi setelah dimarahin Ayah. Maafkan aku ya Gita!"

Perdana, anak berumur 4.5 ini berbicara "maaf" pada Nanny tersebut. Gita terharu dan tak menyangka anak yang sudah di tanganinya lebih dari satu bulan ini sudah mulai melunakkan perangainya. Ya walaupun kadang-kadang sering memberontak tiba-tiba. Tapi bisa dipastikan Alvaro akan semakin membaik tingkah lakunya.

"Gita juga minta maaf ke Varo ya, sering lalai jagain Alvaro. Luka di tangan dan kaki Varo kemaren udah sembuh belum, Sayang?"

Alvaro memperlihatkan siku dan lututnya yang terluka akibat jatuh di dua anak tangga sekolahnya. Luka di sana sudah terlihat sedikit mengering. Gita menghembuskan napasnya ke sana pelan-pelan, setelah mengoleskan obat merah yang diambilnya di laci meja.

"Gita, dulu Ibuku bahkan tak pernah diizinkan ayah untuk menyentuhku seperti ini. Ternyata dekapan seseorang rasanya sehangat ini ya Gita. Bahkan Ayah hanya akan menyentuhku ketika aku berteriak-teriak saja tapi sembari memarahiku juga."

Gita mulai menemukan alasan mengapa anak ini selalu tantrum ketika keinginannya tak terpenuhi. Iya, alasan terbesarnya adalah cari-cari perhatian karena selama ini dia kurang kasih sayang.

"Varo jangan suka gitu ya kalau marah. Gita akan selalu memeluk Alvaro walaupun Varo nggak berteriak maupun lempar barang lagi. Iya ya sayang?"

Alvaro mengangguk-angguk. Dia ajak Gita agar dapat terlelap bersamanya sampai matahari merasuk besok pagi.

***

Raja siang masih bertengger 90 derajat menatap daratan. Gita sedari pagi menunggu di depan kelas menunggu anak majikannya itu keluar dari ruangan ini. Sebentar lagi harusnya, anak laki-laki yang terkenal sering bikin onar itu akan pulang dari yayasan ini. Tadi pagi mereka telah berjanji akan makan ayam goreng tepung setelah pulang dari sini. Makanan ini adalah makanan yang dilarang Keenan tentunya, tapi berkat Gita sekarang Alvaro bisa mendapatkannnya dengan mudah asalkan Varo dapat merahasiakannya dan tak sering makan makanan itu untuk ke depannya.

"Gita, kenapa lu blok nomor gue!"

Dari arah utara seorang laki-laki tinggi memasang wajah yang teramat serius. Dia turunkan satu barang bawaannya untuk menunggu Gita menghampirinya dengan tergesa-gesa.

"Om, Om kok ke sini?"

Gita berbunga, rasanya dia baru diterbangkan ke langit ketujuh karena segala kegalauan hatinya dapat larut dalam kehadiran Jevi yang kini di hadapannya. Meskipun pertemuan itu terjadi tanpa pelukan dan kecupan, tetapi bisa menciptakan senyum lebar di bibir Gita yang seksi.

"Om, Om kenapa nikah sih? Om jahat karena ninggalin Gita untuk nikah sama orang lain!" Gita mengeluh dengan muka yang pura-pura sebal. Hatinya terdalam sudah bahagia tak terkira-kira. Pertemuan yang dia kira akan berlangsung dalam waktu lama, ternyata hanya membutuhkan jarak 9 hari sejak perpisahan itu terjadi.

"Kan udah gue bilang Git, itu semua terjadi hanya untuk status. Hati gue tetap ke elu dan tak akan pernah berubah! Makanya gue ke sini sekarang agar lu percaya apa yang ada di perasaan gue sebenarnya!"

Gita untuk sejenak lupa dengan masalah yang menganga di depan untuk hubungan mereka berdua. Dia ajak Jevi duduk di dekatnya sembari menunggu Alvaro keluar dari kelasnya. Tapi tak lama, anak kecil itu berlari ke hadapan Gita dengan antusias. Dia keluar kelas pertama dan telah rapi dengan sandangan tas Ben 10 di punggungnya.

"Gita, dia siapa? Kita jadi makan ayam goreng tepung kan?"

Alvaro menggandeng tangan Gita yang membuat Jevi sedikit terganggu dengan tingkah anak kecil itu. Ada perasaan aneh yang menyusupi hati Jevi melihat kedekatan mereka berdua yang terlalu akrab.

"Aku calon suami Gita, emang kenapa?"

Belum sempat menjawab, pembicaraan Jevi sudah mewakilkan jawaban yang ingin Gita lontarkan. Tapi yang berbeda adalah ekspresi Jevi saja yang tampak mengerikan.

"Varo, ini Om Jevi, tunangan Kak Gita. Ayo yuk kita makan ayam gorengnya barengan!"

Gita segera menggandeng tangan Alvaro. Bocah laki-laki itu menghempaskan tangan Gita segera mungkin.

"Aku nggak mau ada dia Gita, dia lebih menyeramkan dari Ayah. Mukanya kayak drakula."

Melemparkan bensin ke kobaran api kehebatan bocah ini rupanya. Jevi membelalak, mereka berdua beradu pandang dengan tajam. Dua orang itu seperti musuh yang tak setara dalam usia maupun fisik tapi punya kepentingan yang sama yaitu untuk memperebutkan Gita.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now