AKU SUKA BAKUHANTAM

168 2 0
                                    

Jevi terlalu bahagia, saat tangannya digenggam Gita hangat. Gadis itu juga seketika manja-manja, merapatkan dirinya ke tubuh Jevi saat barusan mereka keluar dari mobil ini. Mereka berdua kini berjalan beriringan masuk ke dalam butik pengantin di mana Dahlia sudah menunggu di sana dari satu jam yang lalu. Mereka berdua datang dengan muka yang tanpa dosa dan tak ada satupun pertanda akan minta maaf dengan semua keterlambatan ini. Gita apalagi, seakan tak peduli dengan status yang akan mengikat majikannya dan Dahlia, dia lepaskan genggamannya di telapak tangan Jevi dan dia kaitkan dua tangannya ke lengan pria itu dengan erat.

Dahlia menatap Gita dengan tampang melecehkan, begitu murahan gadis ini di matanya kini.

"Om, kapan kita main lagi? Kok kita malah ke sini?"

Jevi tau Gita sudah mulai bersandiwara untuk memanas-manasi Dahlia. Tapi tentu saja, Jevi dengan senang hati meladeni drama yang dibuat pembantunya tersebut.

"Ntar ya sayang, sabar!"

Gita lalu memeluk Jevi dari samping, melingkari tangannya di belakang pria tersebut dengan ketat. Dahlia tak kuat jika tak menerjang pembantu sialan ini secepatnya. Dia cemburu dengan kelancangan Gita yang mendekap calon suaminya itu tanpa memperhatikan perasaannya.

"Om, bantuin Gita! Sakit Om!"

Dahlia menarik rambut Gita dengan sekuatnya, Gita berteriak-teriak, untung Jevi dapat menyelamatkan Gita dari kebuasan dan keganasan Dahlia. Sekarang, dia suruh gadis itu bersembunyi di belakang tubuhnya yang kekar

"Berdiri di belakang gue Git!" ucap Jevi panik ketika Dahlia sudah mulai mencakar Gita.

"Udah Lia, kan kamu yang akan aku nikahi nanti, jangan kuatir lah sama Gita!"

Dahlia mulai tenang, tapi Gita semakin nambah perkara dan memperbanyak masalah.

"Om, kan lamar Gita semalam, emang Gita harus antri dulu ya jadi istri Om? Gita mau duluan padahal. Udah nggak sabar loh ini!"

Dahlia semakin mengamuk saat Gita mengangkat tangannya dan ada cincin berlian melekat di sana. Akhirnya Dahlia yang semakin terbakar api cemburu, lalu kembali menyerang Gita, tapi gadis itu segera menghindar dan berlari tak tau ke mana.

Untung saja butik ini sepi, kalau ramai, pasti ketiganya sudah malu sekali karena membuat keributan akibat memperebutkan satu orang laki-laki buaya.

"Kan aku udah bilang kemaren jika Gita itu mainan, masa wanita sekecil itu kamu anggap saingan sih? Udah lah Lia!"

Dahlia mencubit Jevi yang berusaha menenangkannya. Tapi wanita itu masih memasang ekspresi cemberut dan melipat tangannya di bawah dada.

"Ya aku tau, tapi dia nyebelin tau. Terus kamu kenapa lagi kasih cincin segala ke dia. Terus kenapa juga kamu pakai cincin yang sama. Ini benaran cincin lamaran kamu sama dia ya?" kata Dahlia curiga.

"Biarin lah Lia, kasihan, kan kamu tau sendiri kalau dia anak yatim piatu, butuh kasih sayang yang banyak. Masa kamu nggak kasihan kamu sama dia." Jevi membela dirinya sendiri agar Dahlia tak kembali mengamuk.

Dahlia mengangguk dengan kesal, itu saja alasan Jevi yang selalu diulang-ulang. Menyebalkan!

"Ya udah sekarang kamu pilih gaun terbaik untuk pernikahan kita!"

Mata perempuan matre itu berbinar, lalu dia mulai menyuruh salah seorang pramuniaga untuk mengantarkannya mencari gaun yang tepat.

Tiba-tiba Gita datang ke ruangan tempat Jevi dan Dahlia kini berada setelah Dahlia sudah menemukan gaun yang pantas untuknya. Mereka bertiga kini berada di ruangan di mana terdapat banyak patung manekin yang dipasangi gaun pernikahan berbagai model.

"Om Jev, Gita juga mau gaun pernikahan kita! Gita mau beli juga!"

Muka Dahlia kembali berubah menjadi jelmaan siluman ketika Gita menghampiri mereka berdua dan meminta pada calon suaminya tersebut.

"Ya udah, pilih aja yang mana. Ntar Om beliin buat Gita!" jawab Jevi ringan.

Gita menimbang-nimbang dan mengitari manekin itu satu demi satu, sedangkan fokus Dahlia terpecah karena keberadaan Gita di sekitar mereka berdua.

"Jev, aku—" Perkataan Dahlia terpotong.

"Om, aku ini ya? Om Gita mau yang ini!"

Jevi lebih antusias dengan gaun pilihan Gita dibandingkan dengan Dahlia. Gaun itu berpotongan dada rendah, tanpa lengan, bawahanya seperti mermaid, ekornya panjang, dan ada tutup kepala berupa jaring-jaring yang berwarna putih bersih. Beda sekali dengan gaun yang dipilih Dahlia yang berwarna biru muda, seperti gaun cinderella pada kartun disney tahun 50-an yang norak dan tak berkelas. Sudah tak sesuai dengan umur, saat gaun itu dikenakan, Dahlia benar-benar seperti tante girang yang melaksanakan pernikahan dengan brondongnya yang masih muda.

Beda dengan Gita, saat gaun itu melekat di lekuk-lekuk tubuhnya yang aduhai, Jevi menjadi tak bisa berkedip. Kebetulan sekali gaun di patung itu benar-benar pas di badannya yang berisi. Gadis itu sudah seperti calon pengantin yang paling cantik di ruangan ini. Jevi tak tahan untuk tidak menghampiri Gita dan segera meninggalkan Dahlia seorang diri.

"Jev, kamu mau kemana?" tanya Dahlia.

Jevi tak menjawab, dia seperti terhipnotis dengan penampilan Gita yang berdiri di ruangan kecil tersebut saat gordennya dibuka oleh pramuniaga.

"Om, ayo kita menikah. Om jangan nikah sama Kak Dahlia. Kak Dahlia nggak cantik pakai gaun itu Om, udah kayak nenek-nenek keblinger pengen muda lagi! Nggak pantas, nggak cocok, dan nggak elegan!"

Ada benarnya omongan Gita tersebut sampai Jevi pun mengangguk setuju serta menambahkan kalimat yang menjatuhkan calon istrinya tersebut.

"Benar git, lu yang paling cantik, Dahlia mah kayak mak lampir main drama cinderella, serius dah! Parah!"

Dahlia kali ini tak lagi menerjang Gita, tapi sudah menghantam Jevi meskipun dengan gaun yang masih melekat di badannya. Dia hantamkan tinjunya ke tubuh Jevi yang tegap, pria itu bersama pramuniaga sampai tergagap-gagap menghentikan Dahlia yang sedang kalap. Gita yang merasa di atas angin karena bisa mengadu domba keduanya, lalu kembali mengganti gaun pengantinnya dan pakaian sebelumnya.

Di luar ruangan kecil ini, Jevi masih berusaha untuk menenangkan Dahlia yang seperti kesurupan hantu blangsatan. Gita yang menggandeng gaun itu dengan satu tangannya, santai memperhatikan dua orang dewasa yang sedang bakuhantam.

"Om Gita mau ya, beliin ya, Gita mau jenguk adik Gita di asrama dulu. Makasih ya Om!"

"I .. ya Git, letakin aja di kasir. Ntar gue bayar itu. Hati-hati ya Git, kir..im salam gue ke adik-adik lu ya?" jawab Jevi terbata-bata karena masih berjuang menghalangi serangan Dahlia.

"Iya Om, Gita pamit dulu ya, dahhhh, Om Jevi, Kak Dahlia!" Gita melambai ke arah mereka berdua.

Gita membawa gaun itu ke kasir lalu meninggalkan gaun itu di sana. Kemudian dia berlalu pergi meninggalkan keributan yang disebabkan sendiri olehnya.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now