KONTES BURUNG TAK BERKICAU

128 2 0
                                    

"Pagi Om, dimakan ya sarapannya. Gita ke belakang dulu Om!"

Gita sudah selesai meletakkan satu demi satu bubur itu ke hadapan tiga orang yang baru mengambil tempat duduk di meja makan. Bubur itu tinggal dinikmati oleh masing-masingnya dan tentunya juga ada satu gelas susu sebagai pelengkap.

"Sini aja sih Git, temenin kita makan!" ucap Demian yang ingin menahan Gita hendak yang ke belakang.

"Gita udah sarapan Om, Gita ke belakang ya!"

"Ya udah, temenin kita aja di sini! Tinggal duduk manis aja kok kamu di depan kita-kita!" Demian masih bersikeras dan ingin menahan pembantu cantik itu agar tak berpindah ruangan. Kapan lagi kan, bisa makan dengan pemandangan yang berbeda. Satu gadis sintal dasteran, tutur katanya lembut serta sopan, dan pasti menggemaskan untuk Om-om haus belaian.

Jevi hampir saja menumbuk meja. Dia tak ingin kecantikan Gita dieksploitasi oleh dua buaya lainnya. Dia suruh Gita segera minggat dari hadapan mereka semua.

"Pergi lu Git, ke kamar lu dan jangan keluar lagi sampai mereka berdua ini pulang!"

Gita tak menjawab, tapi dia langsung balik badan ke tempat dimana dia dapat belajar dengan tenang di minggu pagi yang cerah ini.

"Gila, posesif amat lu. Pantes dia muak liat lu. Kalau gue jadi dia, mending gue pacarin atau nikahin yang lain sih ya, dibanding nikahin om-om brengsek kayak lu, Jev. Apalagi dia masih muda, kesempatannya masih banyak buat dapatin yang satu arah sama dia. Dibanding sama lu yang tua dan hobinya ngatur aja."

PAKKKKKK...

Jevi benar-benar memukul meja untuk menanggapi pembicaraan Demian tersebut. Dia kesal dikomentari pria sok benar ini.

Tama sampai terkaget-kaget dibuatnya, untung saja bubur-bubur ini nggak salto akibat hantaman kuat dari tangan Jevi.

"Santai cuy, jangan marah-marah, ingat, sekarang cewek yang lu incar itu masih muda, jangan sampai karena emosi lu itu, lu keliatan tua. Udah berjuang kan lu buat luluhin dia. Masa kalah dengan yang lebih muda karena lu sering marah-marah. Tapi ngomong-ngomong ganteng ya tunangan Gita. Edan, macam arab-arab gitu tampangnya. Gue yakin kalau onderdilnya lebih gede dibanding kita-kita ini cuy, blasteran soalnya."

Itu ekor kalimat Tama membuat Jevi tersentil, jadi Tama meragukan kebesaran aset Jevi untuk berkembang biak gitu?

"Eh geblek lu, lebih gede gue lah kemana-mana. Mau liat lu, nih!"

Jevi segera membuka resleting celana kargonya Itu. Tak ada malu-malunya memperlihatkan sebatang daging tak bertulang itu ke hadapan teman-temannya. Pastilah, dua temannya segera melonjak untuk menyingkir, gila aja dapat menikmati pemandangan tersebut dengan hati yang lapang. Indah kagak, najis iya.

"Anjir lu Jev, gue aja sampai sekarang kalau ke toilet pria, mending gue pipis di bilik toiletnya dibanding berdiri dengan cowok lainnya di urinoar. Sumpah ilang selera makan gue ngeliatin punya elu Jev."

Demian menempatkan dirinya seperti orang yang baru kena pelecehan, sedangkan Tama mengakui jika punya pria itu memang tak bisa diragukan.

"Emang sih punya dia lebih superior dibanding kita-kita, tapi belum tentu deh dibanding punya tunangan Gita. Biasanya gen nggak bisa bohong cuy," ucap Tama meremehkan.

Jevi memukul sendoknya ke bibir mangkok, anti sekali dia diremehkan. Sejak Jevi berubah, tak ada sejarahnya dia dikalahkan laki-laki lain dalam urusan wanita.

"Ya udah ntar gue suruh kalian ngebandingkan punya Azhar sama punya gue. Biar lu liat bedanya seberapa!" tantang Jevi pada mereka berdua.

"Gue nggak ikut serta Bro, sorry manyori ini mah, gue nggak mau hilang selera berhari-hari hanya buat ngeladenin tantangan lu, Jev. Nggak buat gue!" Demian angkat tangan menyerah.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now