NGGAK MAIN-MAIN KE RANJANG KAN?

62 1 0
                                    

Lucu, aneh, sungkan, sekaligus tak percaya dengan apa yang terjadi pada malam yang sepertinya akan panjang. Keenan yang setau Gita berkepribadian tertutup sepertinya sedang memperlihatkan sisi lain dirinya malam ini. Begitu juga dengan Amri yang terlihat meladeni semua pertanyaan Keenan satu persatu tanpa terganggu. Pillow talk mereka berlangsung hangat dan akrab, meski tidur berjejer layaknya sarden yang disusun di dalam kaleng.

Sini aku jelaskan formasinya. Kakak beradik itu sekarang tidur mengapit kedua tamunya. Gita tidur di sisi paling kanan, sedangkan Amri berbaring di sisi paling kiri tepatnya di samping Keenan. Sedangkan dua anak kecil dari dua keluarga ini mereka tempatkan di tengah-tengah dan mendengkur lebih dahulu dibanding ketiga lainnya yang asik bercerita panjang. Keenan bertanya tentang hidup mereka di masa lalu, masa sekarang, dan juga perencanaan di masa depan. Dari bersifat umum sampai khusus seperti apakah Amri mempunyai pacar, apa hobinya, dan menanyakan kenapa dia tak masuk ke sekolah agama. Sedangkan ke Gita dia lebih banyak mengorek informasi tentang rencana kuliahnya, apa cita-citanya, dan yang paling membuat Gita tak nyaman adalah kekepoan Keenan mengenai Jevi. Keenan benar-benar penasaran Bagaimana bisa wanita selugu Gita yang ditemuinya pertama kali di gerbang rumahnya, mampu ternodai oleh pria matang tersebut.

"Yakin Ri, nggak ngerestuin kakakmu bareng Si Jevi itu!" tanya Keenan sekali lagi.

"Nggak deh Pak. Kak Gita, Amri yakin bisa dapat yang lebih baik dibanding player seperti Om Jevi. Om Jevi itu udah punya calon istri Pak, tapi Kak Gita masih mau-maunya dengannya."

Gita diam sementara waktu. Tak menanggapi lebih lanjut. Amri sekarang begitu terang-terangan, mungkin terlalu nyaman dengan Keenan.

"Gita, kamu katanya nggak mau nikah kan sama Jevi, masih tetap kan pikiran kamu itu?"

Gita dilanda kebingungan yang tak bisa dia putuskan dalam waktu cepat. Apa jadinya jika dia benar-benar hamil, mau tak mau satu-satunya orang yang bisa dia mintai pertanggung jawaban, ya bujang lapuk yang bernama Jevi Nugraha.

"Belum tau Pak, hehe, saya mikir-mikir dulu!"

Amri menghela napas frustasi, ternyata Kakaknya itu masih terJevi Jevi. Beda lagi dengan Keenan yang semakin penasaran tentang alasan mengapa Gita berubah pikiran.

"Kamu pacarannya masih sehat kan? Nggak main-main ke ranjang kan?"

Sepertinya duda ini kepo sekali dengan kisah cinta Gita. Namun sebelumnya, dia sudah memastikan dua anak di bawah umur di rumah ini tertidur pulas baru bisa bertanya demikian.

"Ya, begitulah Pak!" jawab Gita singkat.

"Begitu bagaimana? Yang jelas dong ada adik laki-lakimu juga loh yang dengar. Ini adikmu ntar yang jadi wali nikahmu kalau kamu jadi nikah sama Jevi loh!"

Muka Gita langsung pucat, sedangkan berdusta saja dia butuh keberanian ekstra karena merasa sedang diintrogasi saat ini. Dosa-dosanya sepertinya akan ditelanjangi.

"Baik-baik aja kok Pak, udah ah. Tidur udah malam juga!"

Siapapun juga tau jika Gita sedang menutup-nutupi aibnya dengan pria tersebut. Amri tau pasti akan hal itu, apalagi semenjak Jevi datang ke rumah ini untuk meminta restu. Ya masa pacaran sampai nggak pulang ke rumah, emang ngapain aja coba.

"Kak Gita kalau pacaran, pulangnya waktu Om jevinya mau balik ke ibukota aja Pak. Nggak tau juga saya, dia pergi kemana sama Om-om itu dari pagi ke pagi lagi!"

Bulat sudah hipotesis Keenan mengenai kehamilan Gita. Pasti tulang punggung keluarga mereka ini sedang berbadan dua apalagi informasi dari Ria menyatakan jika wanita ini juga tak perawan.

"Apa sih Ri, udah ih tidur, besok kamu juga ada kesibukan kan walau tanggal merah!"

"Git, kan udah saya bilang dari kapan-kapan itu, jaga diri kamu, kamu sih yang nanggapin saran saya dengan nyolotnya ampun-ampunan. Padahal niat saya baik, tapi kamu nanggapinya galak. Emang aneh ya anak sekarang, suka marah-marah kalau diberi saran yang baik."

Gita menaikkan satu sudut bibirnya. Sekarang dia memutar badannya dan memunggungi semuanya.

"Kalau orang jatuh cinta memang susah dibilangin Pak. Tapi ya sudahlah. Semoga Kak Gita nggak nyesal pas akhirnya. Amri cuman berdoa itu aja agar kak Gita baik-baik saja."

Gita bangkit segera dari tempatnya berbaring, mematikan lampu agar dua orang itu dapat diam dan masuk ke alam mimpi. Beuh tapi percuma, mereka berdua itu satu frekuensi, sampai Gita terlelap pun mereka masih berbincang sampai dini hari. Sepertinya apapun tentang Gita yang Amri ketahui berhasil dikuliti Keenan sampai ke akar-akarnya tanpa terkecuali.

***

"Zam, sialan amat dah, kayaknya tadi saat meeting ada yang ngenalin gue dari klien bokap gue. Sampai senyum-senyum gitu dia ngeliatin gue waktu presentasi. Emang beritanya udah besar ya di Indonesia, gue kudet sama berita sekarang. Gue ketakutan kalau gue sendiri yang baca berita itu!"

Azam yang belum balik ke Belanda, mendengar ketakutan Jevi itu dengan seksama. Dia sangat simpati terhadap nasib sepupunya itu apalagi dilanda kesialan yang bertubi-tubi.

"Tapi yang ngeupload ulang di twitter ada sih Jev. Ntah itu akun Dahlia juga, atau ngambil dari web pernikahan lu itu lalu diupload ulang di sana. Lu udah ada panggilan dari kepolisian belum?"

Jevi menghela napasnya. Senjanya buruk meski jingga memancar indah dan memantul di perairan teluk marina. Jevi pegangi teleponnya itu dengan satu tangannya, sedangkan tangan lainnya mengepal di dalam saku celana. Ketakutannya sudah mengelana kemana-mana.

"Kita masih bisa berdoa sih Jev, semoga polisi tak memproses walaupun mungkin sudah ada yang melapor. Lagian di media sosial banyak yang jadi amatiran, tapi hidup mereka aman-aman aja tuh. Semoga begitu juga dengan elu. Tak akan menjadi masalah besar. Lagian lu kan tak seterkenal artis meski muka lu tampang artis."

Jevi bisa bernapas sedikit lega. Terhitung sudah 30 jam hidupnya terasa dijungkirbalikan dengan sebuah video skandal. Jangankan berpikir tentang nasib hubungannya dengan Gita, bahkan rasa laparnya pun terasa tak bisa menguasai indera. Yang dipikirannya kini,bagaimana balik ke Indonesia tanpa adanya hujatan masyarakat yang menganggapnya berdosa, memikirkan itu saja sukses membuat Jevi merasa sakit kepala.

"papa er is oom Jevi op tv"

Jevi mendengar ada seorang anak perempuan berteriak itu ke Papanya yang masih dalam panggilan telepon. Jevi tau artinya, jika anak itu lagi memberitahukan berita yang dilihatnya di TV.

"Bentar-bentar Jev, ada yang gawat nih!"

Jevi meneguk salivanya, jika anak Azam yang bernama caroline tak berusaha ngeprank bapaknya, maka pupus sudah harapan Jevi yang baru saja dia lontarkan.

Jevi menggigil saat Azam bergerak ke ruangan yang lain di rumah orang tuanya untuk menonton Tv. Dan ada percakapan dalam bahasa belanda dia dan istrinya, tapi masih bisa diketahui Jevi artinya karena dulu Jevi pernah mengikuti student exchange ke Belanda selama 1 semester.

"Gawat Jev, ini pasti berlanjut. Gue kuatir sebenarnya lu jadi tahanan kota kayak kasus terakhir artis itu. Tapi semoga tak terjadi. Lagian aneh ini, kenapa orang media ngeributin ini ya. Lagian lu juga bukan siapa-siapa di pemerintahan atau dunia hiburan. Apa mungkin karena nama besar bokap lu ya?"

Jevi segera melemparkan telepon selularnya ke dalam air asin di teluk ini. Hp itu tenggelam beriringan dengan ambruknya kaki Jevi untuk menopang badannya. Dia jatuh berlutut, beberapa orang mengamatinya, dan beberapa juga tak peduli dengan apa yang dialami laki-laki itu.

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang