CEMBURU YA LU?

127 1 0
                                    

"Siapa yang ngelakuin ini semua ke anak wali gue? Jawab!"

Jevi yang barusan keluar dari tempat Gita dirawat sementara tanpa berpikir panjang langsung marah-marah di kumpulan mahasiswa yang sedang menunggu. Tadi di dalam UGD, dia menemukan Gita dalam kondisi berantakan, dengan banyak semen di tubuhnya yang berisi, bahkan matanya susah dibuka karena ada semen yang mengeras di sana, rambutnya yang indah dipenuhi gumpalan-gumpalan dari bahan bangunan tersebut, bajunya di beberapa bagian sudah ada kaku seperti patung, dan paling penting dari itu semua, Gita mengalami cidera otak bagian belakang yang bikin Jevi kalap dalam membentak-bentak mahasiswa tersebut. Bu Sisi yang bersama Jevi, juga mengakui jika Gita dikerjai teman-temannya saat di kampus pagi tadi.

"Siapa?"

Jevi kembali mengeras, beberapa orang memperhatikannya di luar UGD ini.

"Samson Om!"

Samson yang sejak tadi selalu disudutkan dan kini duduk di sudut bangku ruang UGD segera mengangkat tubuhnya untuk menghadapi pria tampan tersebut. Dia menekur karena tak kuat melihat muka Jevi yang sudah murka seperti hendak menghajarnya habis-habisan. Mahasiswa dan mahasiswi lain harap-harap cemas karena takut nama mereka disebut-sebut. Tapi Jevi tak semudah itu melepaskan mereka yang tersisa di sini, dia tau kejahatan ini terorganisir, maka dari padanya dia giring anak-anak nakal ini ke kantor polisi.

"Kalian semua ikut gue sekarang ke kantor polisi, kalian bakal gue penjarain satu-satu!"

Mereka semua melongo dan saling berpandangan satu sama lain, seakan tak paham dengan apa yang Jevi bicarakan sebentar ini.

"Paham nggak sih? Nama kalian satu kelas ada di kertas ini. Samson lu ikut sama gue! Lu bakal jadi saksi kunci dalam masalah ini. Gue nggak mau anak wali gue nggak dapat perlakuan yang adil dalam kasus ini!"

Mereka semua hanya menekur sedangkan Samson sudah dibawa Jevi seorang diri.

***

Jevi benar-benar tak main-main, dia benar-benar melaporkan mereka semua. Satu demi satu mahasiswa maupun mahasiswi yang terlibat dalam membully Gita hari ini, datang ke kantor polisi. Ada yang menangis-nangis karena harus dia tahan untuk sementara waktu, tapi ada juga yang kabur karena tak merasa bersalah, siapa lagi kalau bukan Geng Cantik sebagai provokator kenapa semua ini terjadi.

Sudahlah yang pasti saat Jevi melaporkan semua, benar-benar tak ada satupun pertanda jika masalah ini akan diselesaikan dengan kekeluargaan. Jevi yang dulu di masa sekolahnya juga sering ditindas juga sangat merasakan bagaimana rasanya tertekan akibat tindakan pembullyan. Beberapa mahasiswa bersujud-sujud di kakinya karena takut dimarahi orang tua karena bermasalah, tapi tetap Jevi tak ada sedikitpun niat untuk mencabut laporannya. Tidak ada! Biarkan bocah ingusan itu mempertanggungjawabkan perbuatannya meski itu artinya harus mengorbankan masa depan mereka.

***

Tepat jam 12 siang Jevi balik lagi ke rumah sakit tersebut. Gita sudah dipindahkan ke ruang perawatan, dan Bu Sisi sudah minta izin untuk pulang dan hanya Jevi yang ada di dalam ruangan VIP tersebut. Sebenarnya gadis itu sudah sadar, tubuhnya sudah dibersihkan, rambut panjangnya yang indah sekarang dipotong sebahu karena rusak parah, bajunya yang mengeras juga sudah diganti ke pakaian pasien rumah sakit, tapi kepalanya masih pusing, kalau berjalan tidak stabil, dan telinganya sering berdenging. Kata Dokter ada cidera kecil yang terdapat pada otak kecil yang bertanggung jawab untuk mengatur keseimbangan tubuhnya itu.

Jevi menangis, tersedu, melihat keadaan Gita yang begitu. Gadis itu hanya kebingungan menatap Jevi yang baru datang dari arah pintu.

"Om, kenapa? Jangan lebay deh ih, Gita nggak mati. Ini udah sadar lagi, tapi laptop sama HP gita dirusakin teman-teman Gita," ucap Gita yang sekarang terbaring di ruang perawatan tersebut.

"Gue penjarain mereka satu-satu, lu tunggu aja beritanya ntar keluar di TV, biar giliran mereka dah dibully sama satu Indonesia, mampus tuh semuanya," ucap Jevi sambil mendekat ke arah Gita.

"Om kok tega benar Om? Kan yang jahat nggak semuanya."

"Seseorang yang ikut mendukung kejahatan juga termasuk penjahat Git dan mereka semua itu adalah penjahat!"

Jevi sekarang menyentuh puncak kepala Gita, menelusuri rambut Gita yang kasar karena masih ada gumpalan semen yang melekat.

"Maafin gue ya, ternyata mereka berbuat begitu karena merasa lu itu adalah sugar baby gue yang nggak pantas berkuliah di situ. Ya gue salah juga karena terlalu dekat dengan lu sehingga lu dibully. Aduh, anak wali gue kenapa jadi berantakan gini sih!"

Gita mengerucutnya bibirnya kesal, dia lipat tanganya di bawah dada, lalu menghindari tatapan Jevi seketika itu juga.

"Udahlah males sama Om, Om juga harusnya di penjara, kalau bukan karena Om, ini nggak bakal kejadian!" ucap Gita kesal.

"Emang lu tega liat gue dipenjara?"

"Nggak sih, tapi Om ngeselin tadi pagi, jadi sok-sok perhatian gitu ntah karena salah maka apa. Lebay tau nggak sih Om, nyebelin juga dan tentunya bikin risih. Gita nggak suka diperlakukan kayak gitu!"

Jevi hanya berusaha menarik perhatian Gita serta membuat gadis ini jatuh cinta, tapi apa daya dan bukannya terpesona, Gita malah menganggap Jevi lebay luar bisa dan membuat dia merasa hidupnya terganggu karena diperlakukan demikian.

Sekarang Jevi malah bertanya-tanya sejak kapan teknik-teknik dalam membuat wanita jatuh cinta jadi berubah, perasaan di generasi milenial, teknik ini sangat ampuh diterapkan. Tapi mengapa di generasi Z hal ini tak berlaku sama sekali dan malah mengundang perdebatan.

"Iya, nggak lagi ya Sayang!" ucap Jevi lembut.

"Nggak usah panggil sayang-sayang, sayang dari Om nggak berarti, karena ngomongnya ke semua cewek. Murahan!"

Jevi tersentak, sejak kapan Gita mempermasalahkan kata sayang darinya. Biasanya wanita ini biasa saja dan tak menanggapi apa-apa, jangan-jangan sudah ada rasa kepada Jevi.

"Cemburu ya lu?" tanya Jevi dengan jantung berdegup kencang.

"Om itu udah tua, mana mau Gita suka yang udah tua. Lagian cowok seumuran Gita juga banyak dimana-mana!"

Jevi terdiam lama, menggenggam sakit hatinya sendiri kuat-kuat. Lalu mengeraskan rahangnya.

"Jangan marah Om, kan kita beda generasi. Ya kali Gita cemburu sama Om yang harusnya udah jadi Bapak orang!"

Huft, Gita masih menganggap Jevi sebagai seseorang yang hatinya tak boleh disentuh karena perbedaan usia. Tapi Jevi tak akan menyerah begitu saja.

"Itu Lee Dong Wook yang Om-om artis korea itu, kenapa lu suka?" balas Jevi tak terima.

"Ya beda atuh Om, dia menang ganteng dibanding Om, baby face gitu Om muka dia! Jadi nggak keliatan udah berumur gitu Om."

"Jadi lu mau bilang muka gue tua?"

Seriusan Jevi sakit hati, dia toyor kepala Gita kasar, geger otak, geger otak deh ini Gita sekalian. Sebal amat sama bocah penyembah artis korea kayak Gita.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Där berättelser lever. Upptäck nu