GITA TAKUT SAMA OM!

158 1 0
                                    

Gita duduk di kamar Jevi, di kasur tepatnya. Membawa meja pendek lalu meletakkan laptopnya di sana. Dia menyandarkan dirinya ke kepala ranjang, sedangkan Jevi tiduran karena lelah bekerja seharian. Gita fokus dengan tugasnya, meski satupun tak juga bisa dijawabnya. Dia bingung dengan teks yang panjangnya sepanjang tali beruk, tapi pertanyaannya terlalu singkat, dan itu memaksanya menerjemahkan terlebih dulu dengan pakai google translate dan harus dibaca lagi satu persatu.

"Git, itu dari tadi nggak ada yang lu bisa jawab loh, udah lima belas menit loh ini gue diam kayak gini."

Jevi mulai berkata-kata untuk membuat sakit hati Gita. Ini nih susahnya kalau nanya ke majikannya tersebut, apapun jadi disalah-salahkan.

"Om, Gita lagi baca teksnya. Om ganggu aja deh ah."

Jevi menaikkan tubuhnya. Lalu menatap tulisan yang terletak di layar laptop tersebut sebentar, setelahnya dia memilih opsi jawaban yang benar.

"B Git, lu ngerti cara baca scanning nggak sih? Ini kan dia nanya siapa yang ngesahin undang-undang, ya presiden lah. Lu baca deh mana yang tulisannya ratify the law, ya tinggal lu cari yang ada tulisannya ratify, nih ada kata president di sini."

Gita mengangguk setelah Jevi menunjuk-nunjuk, lalu gadis itu menuliskan jawabannya di kertas folio yang diletakkannya di depan laptop tersebut.

Pertanyaan kedua, Gita juga pusing menjawab soal yang di hadapannya. Sepertinya otaknya sekarang bagaikan saluran air tersumbat gabus, mampet semampet mampetnya.

"Kalau nomor dua ini Git, lu jangan nyari di teks intinya, tapi harus tau arti jawaban ini satu persatu. Kan di sini disuruh nyari sinonim dari kata amandement. Nah, amandement itu artinya modification."

Gita mengangguk lalu menuliskan jawaban tersebut di dalam folionya.

Lalu gadis itu membaca kembali teks yang ada di depannya. Soal nomor tiga, dia juga menemukan kesulitan karena harus mengetahui bagaimana keberpihakan penulis terhadap penulisan teks tersebut. Jujur saja dia sekarang deg-degan karena Jevi menatapnya dengan tajam seperti sangat benci dengan namanya kebodohan.

"Git, nomor 3 ini menanyakan keberpihakan penulis. Biasanya kalau teks kayak gini, penulis bertindak netral terhadap apa yang ditulisnya, karena dia menulis berdasarkan fakta yang ada."

Gita mengangguk kembali, lalu menuliskan opsi jawaban yang benar di atas kertas tersebut.

Pertanyaan keempat adalah teks baru. Gita kembali kebingunangan padahal pola soalnya sama dengan soal pada teks sebelumnya. Jevi sudah mulai geram dengan wanita yang di sampingnya ini.

"Git, scanning woi, lu cari ini yang tulisannya balancing yang mana, dan untuk siapa itu dilakukan!"

Jevi mulai mengeras, muka Gita langsung berubah dari ketakutan menjadi kesal. Bibirnya sekarang menjadi mengerucut.

"Om, bentar!"

"Ya udah!"

Lima menit berjalan, Gita juga belum menemukan jawaban yang benar.

"Jadi apa jawabannya Gita?"

Muka Jevi sudah seperti malaikat penjaga pintu kubur, garang dan menakutkan. Mata pria itu melotot tajam, Gita merasa terintimidasi dengan pandangan tersebut.

"A Om!" ucap Gita ragu.

"Nauzubillah minzalik, gini amat sih lu begonya bahasa inggris udah tau disini ada tulisannya money, kenapa lu jawab things. Huft nggak paham lagi gue kenapa lu bisa lulus SMA dengan kemampuan lu kayak gitu."

Jevi seperti menancapkan belati di ulu hati Gita, mata gadis itu sudah berkaca-kaca saat menuliskan jawabannya.

"Lu tau apa yang harus lu lakuin di soal nomor lima kan? Buruan lu tulis jawabannya."

Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now