LU YAKIN MAU HAMIL DALAM WAKTU DEKAT?

149 2 0
                                    

Bulan sabit tergantung di langit hitam, memantulkan cahaya keperakan pada laut dengan ombak yang cukup tenang. Sepasang insan duduk berhadap-hadapan untuk menunggu pesanan makan malam mereka datang. Sudah jam delapan malam, perut dua-duanya sudah keroncongan karena olahraga yang mereka lakukan barusan di dalam kamar tak hanya membuat senang, tetapi juga membuat energi mereka cepat berkurang.

"Capek Git?"

Jevi membangunkan lamunan Gita yang jauh mengembara ke arah lautan luas. Wanita cantik itu saat sampai di sini pikirannya terlalu terdistraksi dengan situasi tempat ini, sehingga seolah-olah tak mempedulikan pria tampan yang duduk tepat di hadapannya tersebut.

"Capeknya hilang Om kalau ngeliat laut kayak gini. Bagus banget walaupun tanpa matahari."

Mata Gita sekarang menatap Jevi lamat-lamat. Laki-laki itu sontak tersenyum nakal ke arah kekasihnya tersebut.

"Lagi ya Git? Malam ini kita begadang sampai benar-benar tepar! Puas-puasin ya?"

Gita mengangguk pelan, "Boleh sih Om, tapi jangan pakai karet pengaman dong, rada-rada tak nyaman!"

Jevi mengangkat sudut bibirnya. Wanita ini tau sekali cara mengkomunikasikan apapun yang dikeluhkannya dalam bercinta. Sudah tak ada malu-malu di antara mereka berdua.

"Git, lu yakin mau hamil dalam waktu dekat dengan keadaan gue masih terikat sama Mak Lampir itu?" tanya Jevi meragukan.

Gita berubah sendu, menyadari hubungannya yang sangat rumit dengan tuan muda itu.

"Om lebih sayang Kak Dahlia dibanding Gita ya? Gita bukan tipe yang akan Om nikahi ya?" Tatapan Gita berubah tajam setajam perkataannya barusan. Meskipun merasa terancam, Jevi dapat merasakan

ada secercah kebahagiaan yang menyelimuti hatinya di antara semua kecemburuan Gita terhadap Dahlia. Laki-laki itu merasa lebih berharga karena tau jika tunangannya itu benar-benar menginginkannya.

"Ciee, cemburu. Lebih sayang elu lah Git, tapi semuanya sekarang lebih rumit Git. Nenek lampir itu bisa saja berhasil membawa gue ke pelaminan dengan modal bukti VCS itu. Jadi sebelum gue bisa memastikan dia menyingkir dalam kehidupan gue, lu jangan hamil dulu ya. Kita main aman aja!"

Gita mendengus, lalu melipat tangannya di bawah dada. Rasa kemarahannya memberontak hebat.

"Terserah sih! Om selalu bermain dalam api tapi selalu ingin menjadi yang terselamatkan! Om egois!"

"Terus gue harus gimana, Gita? Gue di posisi terjepit tapi gue nggak mau ngikutin semua maunya Dahlia. Gue juga ingin hidup bareng lu, hidup bahagia dan berumah tangga dengan lu yang gue cinta. Tapi lu sabar ya kita musti beresin satu-satu dulu. Kalau masalah Dahlia ini selesai, lu boleh hamil kapan aja dan gue pasti nikahin lu kapanpun lu butuh pengakuan negara untuk anak kita dan hubungan kita!"

Gita menghela napasnya. Wanita yang memakai kemeja Jevi yang kebesaran di badannya itu tak bisa berkomentar apapun saat ini juga. Dia alihkan perhatiannya ke nyiur yang melambai di bibir pantai.

"Git, maafin gue ya. Gue tau gue nggak sempurna untuk jadi pendamping lu kelak. Gue punya masa lalu yang suka jahat ke banyak wanita. Mungkin ini karma dari Tuhan, jadi saat gue bertemu orang yang benar-benar gue cinta, kesulitan yang harus gue hadapi harus kayak gini. Maafin gue ya Git! Tapi please lu bertahan dan lu musti yakin kalau kita berdua juga punya masa depan meskipun dengan banyak masalah yang akan datang menghadang!"

Mata Gita berkaca-kaca menatap Jevi yang sedang bersungguh-sungguh mengucapkan alasannya. Di pikirannya sekarang, dia harus mengalah karena bagaimanapun Jevi juga sudah menderita didera banyak masalah.

"Selamat makan Bapak, Mbak, saya pamit undur diri dulu, jika ada pesanan lagi silahkan pencet saja bel ini!"

Jevi mengangguk dan berterima kasih ke arah pelayan restauran yang tiba-tiba datang menyajikan makanan di meja. Saatnya berhenti berdebat dan melarutkan diri dengan nikmatnya makan malam di resort ini serta tentunya mengubah topik pembicaraan agar momen ini akan menjadi kisah yang indah untuk dikenang suatu hari nanti.

***

"Om, Om kenapa beli pakaian kayak gini sih, emang pakaian kayak gini mau dipakai kemana? Sedangkan pakaian bulan kemaren aja yang talinya diiketin di tekuk, Gita nggak tau harus pakainya ke acara apa. Takut diliatin pria hidung belang dan nggak ada yang belain ntar!"

Gita menaikkan satu lingerie hitam tinggi-tinggi dengan satu tangannya. Ini lebih parah dibanding pakaian kurang bahan yang pernah dibelikan Jevi untuknya dulu. Gaun ini menerawang, serat kainnya jarang-jarang, dan ya tentunya sangat menantang.

"Emang kenapa Sayang? Dipakai ya malam ini!"

Jevi menghampiri Gita yang sedang membuka bungkusan itu dengan alis yang dipertemukan. Sepertinya wanita itu belum mengerti dengan maksud dan tujuan pakaian 'dinas malam' itu diberikan padanya.

"Om, ini dipakai saat kita berdua aja kan ya? Bukan buat jalan-jalan?"

Jevi sontak tertawa, Gita masih menyisakan kepolosan dalam jiwanya meski di setiap aktivitas ranjang dia sudah semakin jagoan.

"Emang menurut lu gue bakal rela saat lu diliatin para laki-laki dengan pakaian seseksi itu? Lu cuman milik gue Git. Gue nggak rela bagi-bagi!"

Jevi menangkap pinggang Gita yang masih sibuk dengan pakaian tersebut. Wanita itu terperanjat dan dengan seketika Jevi membenamkan wajahnya ke tekuk Gita yang berbau harum.

"Om, Gita masih kenyang, ntar lagi ya kita mainnya?" tolak Gita halus.

"Oh gitu?"

Jevi mulai menjilat, menghisap, mencium tekuk itu sehingga Gita segera terbakar hasrat dan membuatnya mendesah hebat. Jemari Jevi menyelip ke sela-sela kemeja tersebut, lalu menghentakkannya sehingga kancingnya terlepas dan langsung terpelanting ke lantai.

"Om, Ah, te .... ru ... sin ... Ah!"

Gita mudah sekali terpancing birahi, puncak gumpalan daging di dadanya sudah dikuasai Jevi. Pria itu mempelintir berkali-kali sehingga Gita terengah-engah dan menginginkannya lagi dan lagi. Tak lama atasan Gita beserta bra yang dipakainya jatuh berserakan di lantai, seiring dengan Jevi yang sudah menjelma menjadi bayi raksasa rakus yang menghisap puncak gumpalan itu dan menggigitnya gemas sehingga membuat Gita tak tahan untuk tidak berteriak di antara desahannya yang semakin cepat.

Mereka sudah bertindihan di ranjang super king size yang ekstra luas. Jevi sudah menanggalkan semua yang melekat pada tubuh tunangannya itu tanpa menyisakan apa-apa. Gita ingin mereka segera melakukan penyatuan sehingga dia mulai menyerang Jevi agar tujuannya itu dapat segera terlaksana, tetapi sepertinya Tuan muda ini masih menunggu waktu yang tepat untuk melangsungkan semuanya.

"Pakai pakaian yang gue kasih itu ya Git, gue udah bantuin lu lepasin pakaian sebelumnya. Sekarang lu pakai lingerienya ya sayang!"

Ah, Jevi tak seru, sudah kepalang tanggung padahal, tapi apa boleh buat, Gita segera melompat dari ranjang lalu memakai pakaian tersebut di tubuhnya.


Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Where stories live. Discover now