DIA BUCIN OM!

80 1 0
                                    

Gita pulang dalam kondisi manyun, tak ada senyum, dan di sepanjang perjalanan dia lebih banyak termenung sehingga tak fokus dengan arah yang dia tuju. Sudah dua kali dia salah jalan akibat terlalu memikirkan apa yang terjadi di hidupnya seharian, malang betul nasibnya, sudah menerima tiap terkaman dari anak majikan, dan saat akan minta izin pulangpun dia harus kuat menerima kata-kata tajam dari pria blasteran itu dengan alasan sidak harian. Mimpi apa dia semalam, dapat majikan yang ketus ditambah anak majikan yang buas.

Huft, mungkin selama ini Gita kufur nikmat. Tak bersyukur dengan segala hal yang dia dapat, kebanyakan mengeluh, dan sekarang Tuhan benar-benar memberikannya ujian dengan majikan yang bar-bar.

Matahari semakin turun, kini ujungnya hampir sepenuhnya ditelan lautan. Gita memacu langkahnya agar segera sampai ke tempat kediamannya. Di otaknya, semakin cepat dia pulang, maka semakin cepat juga dia bisa mengutarakan keluh kesah pada tunangannya tersebut.

***

Gita kembali duduk di batu, di pesisir dengan angin yang berhembus cukup tenang, menempelkan telepon selularnya di telinga, lalu memanggil tunangannya itu untuk mengadu dan meminta solusi apa yang terjadi di hidupnya seharian.

"Halo Om?" ucapnya pelan.

Jevi yang masih sibuk di kantor segera menyingkirkan berbagai laporan di hadapannya untuk sementara. Hatinya sedang berbunga, baginya kabar Gita adalah yang ditunggu-tunggu setiap harinya.

"Halo Sayang, gimana jadi seorang pengasuh anak, menyenangkan?"

"Nggak Om. Gita tertekan, anaknya yang Gita jaga nggak sebaik harapan. Om dulu waktu diasuh Ibu Gita, Om sifatnya kayak gimana?"

Jevi tertawa, sepertinya kesialan Gita jadi pengasuh benar-benar menuruni kesialan Mbak Sumi yang jadi pengasuh Jevi berpuluh tahun yang lalu.

"Gue barbar sih dulu, tapi Mbak Sumi sabarnya kelewatan, dulu gue di umur 3,5 tahun aja, kata Mbak Sumi dimandiin aja susah, disuapin gue kunyah tapi habis itu gue muntahin ke muka Mbak Sumi, terus suka nendang Mbak Sumi juga. Makanya sekarang gue hutang budi, anaknya gue mandiin, gue muntahin juga sih tapi di dalam rahimnya, dan —"

"Om Gita lagi serius!"

"Kan serius Sayang, intinya lu sabar aja, ntar anak seperti itu akan terbiasa juga dengan semuanya. Hadapi dengan cinta, gue percaya anak itu cuman kesepian aja, kan kemaren lu bilang dia anak piatu. Ya karena dia kehilangan sosok Ibu berarti. Ya sederhananya seperti itu Git! Oh iya, lu sering-sering aja ajak dia keluar rumah, biar dia nggak bosan dan tambah barbar."

Gita terdiam sesaat, mulai memikirkan saran mantan majikannya itu.

"Gita, gue yakin lu kuat, penerus Mbak Sumi itu punya kemampuan buat ngelunakin hati seseorang. Lu liat aja gue bisa jadi budak cinta lu Git. Tenang aja."

"Om Gita juga takut Pak Keenan, dia ketus banget ke Gita. Tadi sebelum pulang Gita dimarahin karena Alvaro nggak bersih dimandikan, padahal anaknya aja yang nggak bisa diam. Akibatnya Gita dibentak-bentak dekat Bi Minah sama Pak Asep. Ah, sedih Gita Om!"

Jevi jadi penasaran siapa sebenarnya sosok Keenan yang menjadi majikan Gita tersebut.

"Keenan yang lu bilang udah tua itu kan ya? Emang gimana sih dia Git?"

"Dia bucin Om, nggak bisa move on dari mantan istrinya. Jadinya suka marah-marah, anaknya pun dia marahi. Aneh amat itu orang emang!"

Jevi jadi berkaca dengan dirinya sendiri. Sepertinya ada kesamaan antara dirinya dan Keenan.

"Kayak gue ya Git? Lu pasti sebal ya laki-laki macam gitu?"

"Kok Om sadar? Bedanya kalau Om apapun masalah kecil dibesar-besarkan, tapi kalau Pak Keenan emang masalah besar yang menyerembet kemana-mana sih Om!"

Jevi menerima keluhan tunangannya itu. Lalu berusaha mengerti sebisanya.

"Jangan jatuh cinta ke dia ya Git, ingat tuh!"

"Lah, lagian Pak Keenan lebih tua dari Om kali, jangan ngarang deh Om! Masa Gita dicurigai mulu sih! Kebiasaan deh ih!"

Jevi tertawa, ada lega dalam hatinya.

"Kalau yang tua, lu cuman suka gue ya Git?"

"Iya."

Jevi tersenyum lebar. Hatinya bahagia. Terlalu bahagia.

"Gue juga kok Git, cewek muda yang gue suka cuman elu!" ucap Jevi jujur.

"Tapi kalau cewek tua banyak ya Om?"

Jevi ingin menggertak Gita karena meragukan ketulusannya. Tapi sudah kepalang tanggung karena dari arah pintu ada yang berteriak antusias.

"Sayaaanggggg!"

Sialan, jelmaan Mak lampir sudah ada di situ. Buru-buru Jevi mengakhiri panggilan tersebut

"Apalagi sih Lia? Nggak capek-capek ya lu gue bentak-bentak! Ya Tuhan, kena kutukan apa sih gue sampai kenal sama elu!"

Dahlia tertawa, sepertinya ada kabar berbahaya yang dia bawa. Lalu dia dudukkan tubuhnya di meja Jevi. Tak ada sopan-sopannya apalagi pakaiannya yang kurang bahan.

"Sayang, Ibumu akhirnya merestui kita untuk menikah lebih cepat, asalkan aku harus punya anak dari kamu! Katanya buat calon pewaris nugraha Grup."

Musibah! Bisa-bisanya Tresna memasukkan wanita ular ke dalam keluarga ini. Padahal sejak awal, Mami Jevi itu tak pernah setuju dengan pernikahan ini, walaupun terpaksa menerima karena kasus video itu tapi dia selalu berusaha untuk menunda.

"Pakai cara apa lu mengancam Mami Gue? Nggak mungkin Mami bakal izinin orang kayak lu masuk begitu saja tanpa persyaratan apa-apa!"

Dahlia tertawa mengikik, dia colek dagu Jevi dengan erotis, Jevi segera menghindar.

"Jangan kurang ajar lu ya! Jangan sentuh gue!"

"Jevi, kamu harus nyentuh aku agar kita punya anak!"

Jevi segera bangkit, memandangi calon istrinya itu dengan tampang yang jijik. Dia ingin beranjak dari ruangan ini dan menghindari kesialannya tersebut.

"Jevi nugraha, kamu tahu siapa laki-laki itu Jev?"

Jevi menghentikan langkahnya, lalu menoleh ka arah wanita setan itu segera.

"Ya gue lah, emang kenapa?" jawab Jevi menantang.

"Andira kurnia, kamu tau siapa wanita itu Jev?"

Andira kurnia, Andira kurnia, tak asing nama itu masuk ke telinga Jevi. Sepertinya wanita yang berasal dari bertahun-tahun yang lalu.

"Kamu ingat nggak Jev?"

"Kayaknya itu temannya Demian yang pernah FWB-an sama gue, dan dia stress karena gue tolak perasaannya. Dia kan?"

Dahlia tak lagi mengikik, dia terbahak. Sekarang kakinya melangkah menghampiri Jevi yang sedang menatapnya tajam. Laki-laki itu masih bisa menguasai dirinya saat wanita itu mengusap bahunya yang tertutupi jas itu dengan halus.

"Jevi nugraha, sepertinya kita benar-benar berjodoh karena banyak sekali kebetulan yang terjadi di antara kita berdua. Pilihan kamu sekarang hanya ada dua, berlindung memakai keberadaanku, atau membiarkan Andira akan menghancurkan hidupmu. Pikirkan itu baik-baik. Selamat tinggal sayang, besok kita bertemu lagi."

Jevi mendengus. Jujur, dia belum sepenuhnya mengerti, tapi wanita licik itu sudah membuka pintu ruangannya dan pergi begitu saja. Entah kemana.



Pesona Pembantu Seksi (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora